Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Diskriminasi di Kantor Imigrasi: Larang Laki-laki Bercelana Pendek, Perempuan Tidak
Kantor Imigrasi, kata saya, adalah kantor pelayanan publik, yang seharusnya melayani semua warga negara tanpa memandang apapun pakaiannya
Editor: Yudie Thirzano
Saya lalu meminta, Kantor Imigrasi Jakarta Timur mencabut aturan diskriminatif ini. Namun, tak ada jawaban memuaskan dari pejabat-pejabat level menengah di Kantor Imigrasi ini. Saat akan meninggalkan ruangan, pejabat yang paling muda di ruangan itu malah menyeletuk, "Namanya etiket masuk kantor orang."
Saya yang sudah tenang karena mendapat sambutan baik sebelumnya tentu saja tersengat mendengar kata itu. "Anda tolong ralat pernyataan itu. Ini kantor negara yang dibiayai pajak rakyat. Saya ikut bayar pajak," kata saya.
Setelah itu, saya meninggalkan ruangan kantor. Saya pergi ke bagian para pengurus paspor sedang antre. Saya menemukan, banyak orang-orang di dalam yang mengenakan sandal jepit yang hampir mirip saya pakai, namun bercelana panjang. Tapi sejumlah perempuan terlihat bercelana pendek dan bersandal.
Saya lalu menarik seorang Satpam untuk melihat seorang perempuan bercelana pendek. "Itu juga bercelana pendek dan bersandal, mengapa dia boleh masuk?" saya bertanya.
Si satpam ini menjawab, "Kan beda, Pak. Dia perempuan."
Saya pun akhirnya memilih keluar lagi, tak meladeni. Saya berdiri di pintu depan, menunggu istri dari luar. Dan lebih kurang setengah jam menunggu, sejumlah orang bersandal jepit pun lalu-lalang masuk dan keluar gedung. Memang ini aturan yang aneh, tidak perlu dan tidak efektif diterapkan.