Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Negara Berkembang Terobsesi Gedung Pencakar Langit

Laporan Knight Frank gedung pencakar langit sebagai sarana optimal dalam mengatasi tantangan utama ekonomi dan geografis.

zoom-in Negara Berkembang Terobsesi Gedung Pencakar Langit
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Sejumlah gedung bertingkat berdiri di Kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (8/4/2015). Pertumbuhan pembangunan gedung pencakar langit ini diperkirakan akan terus meningkat, seiring dengan perputaran perekonomian Jakarta yang mencapai 80 persen dari total seluruh Indonesia. WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA 

Ditulis oleh : Lamudi

TRIBUNNERS - Dalam 15 tahun terakhir, hampir 190 gedung pencakar langit dibangun di Dubai, sedangkan menurut Knight Frank, di London, Inggris terlihat 23 konstruksi gedung pencakar langit baru dalam rentang waktu yang sama.

Pada akhir tahun depan, akan ada sekitar 800 bangunan dengan tinggi lebih dari 152 meter di Tiongkok dan FMG memperkirakan negara itu akan membangun gedung pencakar langit yang bisa digunakan untuk mengisi 10 kota seukuran New York pada tahun 2025.

Selanjutnya, data dari Pusat Gedung Pencakar Langit mengungkapkan bahwa sekarang Jakarta memiliki lebih dari 160 bangunan yang tingginya lebih dari 100 meter dan bulan lalu, telah dikonfirmasi bahwa bangunan tertinggi dunia akan dibangun di Saudi Arabia.

Pertanyaannya adalah, mengapa negara berkembang begitu mendorong proyek-proyek konstruksi bertingkat tinggi?

Laporan Knight Frank Skyscrapers 2015 mengacu kepada gedung pencakar langit sebagai sarana optimal dalam mengatasi tantangan utama ekonomi dan geografis yang dihadapi saat ini.

Banyak kota di negara berkembang mengalami perkembangan pesat, dalam hal ekonomi, industri serta pertambahan penduduk juga perbaikan infrastruktur.

Berita Rekomendasi

Banyak kota-kota besar di negara berkembang misalnya Jakarta, Metro Manila, Mexico City dan Kolombo mengalami urbanisasi yang cepat.

Hal ini, ditambah dengan pertambahan penduduk yang ekstrim, menghasilkan gap antara penawaran dan permintaan real estate perumahan dan unit komersial. Karena jumlah penduduk yang tinggal di kota makin bertambah, jumlah tanah yang tersedia menurun, maka akibatnya harga meningkat.

Kian Moini, co-founder dan managing director platform real estate yang berfokus di pasar negara berkembang, Lamudi Global, berkomentar, “gedung pencakar langit yang semakin populer di pasar negara berkembang tidak hanya untuk para pemburu hunian yang sedang mencari tempat tinggal saja, namun untuk para investor real estate juga. Perkembangan ini mengatasi masalah kekurangan lahan, kepadatan penduduk, penawaran versus permintaan serta kekurangan ruang usaha dalam satu bangunan."

"Gedung pencakar langit menyediakan solusi bagi kota itu sendiri karena dapat membuat perumahan, unit kantor bahkan ritel dalam satu bangunan. Selain itu, karena hidup di perkotaan menjadi semakin populer, para profesional di bidang industri mengungkapkan keinginan mereka untuk tinggal lebih dekat ke tempat kerja. Dengan menciptakan lebih banyak ruang perumahan dekat perkantoran, gedung pencakar langit dapat memotong waktu tempuh, dan meningkatkan kualitas hidup bagi banyak orang,” lanjutnya.

“Tak hanya lebih banyak orang pindah ke kota yang berkembang, bisnis pun begitu. Lebih banyak perusahaan yang kini beroperasi di seluruh dunia dan ini tentunya meningkatkan permintaan unit kantor. Akibatnya, kita melihat kenaikan perkembangan pembangunan gedung yang serbaguna. Gedung pencakar langit memberikan solusi yang tepat untuk proyek-proyek berskala besar yang memerlukan sejumlah ruang besar di kota-kota yang belum tentu memiliki banyak lahan tersedia,” Moini menyimpulkan.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas