Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mari Dengarkan Keluhan Para Perawat
Keluhannya kalau diuraikan satu per satu mungkin tidak akan ada habisnya berlembar lembar. Tapi coba dipersingkat di bawah ini.
Penulis: Brajakson Siokal
Ditulis oleh : Daeng Nai, Dosen UMI
TRIBUNNERS - Masih banyak yang belum mengetahui tentang keluhan orang- orang yang kuliah dengan jurusan ilmu keperawatan. Atau bahkan yang telah menjadi perawat baik perawat profesional maupun vokasional.
Keluhannya kalau diuraikan satu per satu mungkin tidak akan ada habisnya berlembar lembar. Tapi coba dipersingkat di bawah ini.
Kurangnya lapangan pekerjaan profesi perawat
Sejujurnya persepsi ini bersifat subyektif. Masih banyak perawat yang justru lebih dari satu pekerjaannya selain bekerja di rumah sakit.
Contoh ada perawat yang bekerja di klinik sambil menjadi dosen. Ada juga perawat yang bekerja di luar negeri. Maaf, bukan sebagai TKI ilegal justru perawat profesional yang bertugas menjaga lansia.
Ada salah satu alumni UMI atas nama Hardiman sekarang telah diterima bekerja di Jepang. Selain itu ada juga perawat yang bekerja di Timur Tengah seperti Arab Saudi dan lain lain.
Ada juga perawat yang membuka klinik sendiri, seperti klinik perawatan luka, hypnotherapy dan lain lain.
Ada juga informasi terbaru dari Ibu Yulia Prihartini, S.Kep, Ns, M.Kep, bahwa saat ini banyak perawat perawat dari Indonesia yang justru memilih bekerja di Belanda ketimbang memilih kembali di Indonesia setelah menyelesaikan kuliahnya.
Dan saya kira masih banyak lagi lapangan pekerjaan dari profesi perawat. Jadi hilangkan mindset ‘kerjanya perawat hanya menjadi dosen atau PNS’.
Semua bergantung kepada usaha dan doa yang kita lakukan. “Where there is will, there is way….”, dimana ada kemauan di situ ada jalan.
Keluahan Beban kerja yang berat
Memang bagi sebagian orang menganggap bahwa menjadi perawat bukanlah pekerjaan yang mudah. Tetapi tetap pekerjaan yang mulia, berjasa dan berpahala yang tinggi (bagi yang bersungguh-sungguh menjalaninya).
Sebenarnya walaupun telah menjadi perawat, masih banyak perawat yang belum paham jobdesnya sebagai perawat.
Sayangnya kebanyakan perawat berada di garis ini. Mengeluh melakukan banyak pekerjaan setiap harinya.
Sayangnya setelah disuruh menyebutkan satu per satu yang dia lakukan ternyata semua yang dia lakukan adalah bukan kewenagannya. Justru lebih kepada pelimpahan wewenang, yang seharusnya wewenang dari Profesi lain, yaitu d*kter.
Jadi wajar saja kalau capek, lelah, letih dan sebagainya. Yah pada akhirnya memang akan dirasa sangat berat.
Belum lagi ditambah dengan beban psikologi yang berkaitan dengan keluarga dan lain lain. Ini pernah dikeluhkan dan disuarakan oleh Pak H.Rendra Kurniawan S.Kep, Ns calon M.Kep.
beliau Perawat senior di salah satu Puskesmas di Makassar.
Saya belum mendapatkan informasinya apakah beliau sudah mendapatkan kejelasan akan tugas dan wewenangnya di Puskesmas itu atau belum.
Sebenarnya pertanyaannya sudah tahu tidak kewenagan klinis perawat? Perawat tidak lagi seharusnya memasang infuse (Terapi IV), menjahit luka dan lain lain.
Sejujurnya ini kewenagan klinis profesi d*okter.
Boleh dibuka kembali UU Keperawatan Tahun 2014. Keluhan ini juga pernah diutarakan oleh ibu Rochfika Arsid,S.Kep,Ns,M.Kes,Sp.Kv sewaktu beliau bersamaan menguji ujian proposal penelitian mahasiswa tentang tindakan pemesangan infuse. Masih ada keluhannya? Boleh disampaikan di kolom komentar.