Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Penambahan Fakultas Kedokteran Baru Perlu Dipikir Ulang
Rencana pemerintah yang akan menambah delapan fakultas kedokteran pada tahun ajaran baru mendatang ditanggapi dingin oleh DPR.
Ditulis oleh : Yayuk Sri Rahayu Ningsih
TRIBUNNERS - Rencana pemerintah yang akan menambah delapan fakultas kedokteran pada tahun ajaran baru mendatang ditanggapi dingin oleh DPR.
Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi NasDem Yayuk Sri Rahayu Ningsih menyatakan, bertambahnya fakultas kedokteran memang tidak berarti mengancam mutu kelulusan.
Akan tetapi yang harus diperhitungkan adalah seberapa mampu ia akan memenuhi strandar pendidikan kedokteran.
"Yang dikawatirkan bila penambahan itu tidak memenuhi aturan yang ada," ungkapnya, Selasa (10/5/2016).
Sebab, sambung Yayuk, selama ini jurusan kedokteran tidak hanya soal mahalnya biaya. Mutu kelulusannya pun sangat sulit didapat. Ironisnya lagi, banyak tenaga didiknya yang belum bersertifikasi menjadi dosen.
Dia juga menyesalkan banyaknya fakultas kedokteran yang tidak mempunyai rumah sakit sendiri sehingga lulusan dokter harus dititipkan di tumah sakit daerah lainnya.
"Kemenristek jangan mudah menambah fakultas kedokteran jika tidak bisa memenuhi prasarana, baik tenaga dosennya maupun fasilitasnya. Fakultas kedokteran yang ada saja masih banyak yang belum mempunyai rumah sakit," katanya.
Yayuk, yang juga dokter gigi ini, menyarankan Kemenristek agar tidak membuka FK baru. Meskipun banyak mahasiswa yang mampu bayar, namun jika kualitas tidak diperhatikan maka akan mengancam penanganan pasien nantinya.
"Nanti akan Saya tanyakan alasan membuka prodi baru tersebut," tuturnya.
Legislator daerah pemilihan Jawa Timur VII ini juga menyinggung aspek lain dalam studi kedokteran selama ini. Jika dibandingkan dengan jurusan lain, betapa susahnya untuk lulus jadi sarjana kedokteran. Tidak hanya itu, meski sudah jadi sarjana, ia masih tetap harus melewati tahap Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI).
Yayuk khawatir, hal demikian justru akan menjadikan dokter-doker tidak mempunyai jiwa sosial lagi.
Sebagai orang yang pernah mengenyam pendidikan kedokteran, Yayuk merasakan betul kesulitan yang dihadapi oleh seorang mahasiswa kedokteran.
"Saya bahkan menghendaki dibentuknya pansus yang berkaitan susahnya kelulusan sarjana kedokteran," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, menjelang tahun ajaran baru, pemerintah berencana membuka delapan fakultas kedokteran baru. Dengan demikian, kini ada 83 fakultas kedokteran di seluruh kampus di Tanah Air.
Sayangnya, dari jumlah tersebut, 45 persennya berakreditasi C.
Kondisi ini dikhawatirkan mengancam mutu kelulusan. Padahal, mereka para dokter nantinya bertanggung jawab atas nyawa dan kesehatan masyarakat.