Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Blog Tribunners

Harta Karun itu Bernama Buku

Ada satu benda yang keberadaannya sudah akrab dijumpai di sekitar kita, tapi sadarkah kita bahwa benda tersebut adalah sebuah harta karun?

Penulis: Sholihatur Rahmah
zoom-in Harta Karun itu Bernama Buku
urip.wordpress.com
Ilustrasi buku 

TRIBUNNERS - Ada satu benda yang keberadaannya sudah akrab dijumpai di sekitar kita, tapi sadarkah kita bahwa benda tersebut adalah sebuah harta karun?

Ya, harta karun yang satu ini memang tidak berkilau seperti harta karun lainnya tetapi ia berkilau dengan caranya sendiri. Memancarkan cahaya kemilauan yang menerangi jiwa-jiwa yang haus akan ilmu pengetahuan. Nama benda itu adalah buku.

Benda yang berdimensi 15cmx20cm inilah yang setiap harinya kesana kemari kita bawa, entah itu hanya untuk formalitas agar dianggap sebagai orang berpendidikan, atau juga kembali ke hakikatnya sebagai sumber ilmu bagi orang yang membacanya.

Apalah arti buku bila tidak dibaca, begitu kata orang bilang. Tapi sungguh miris rasanya mengetahui bahwa membaca bukanlah budaya masyarakat Indonesia karna menurut data dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) tahun 2012, minat baca masyarakat Indonesia masuk ke dalam golongan yng sangat rendah.

Bahkan indeks minat bacannya dilaporkan baru mencapai angka 0,001 yang artinya bahwa dari setiap 1000 orang Indonesia, hanya ada satu orang yang mempunyai minat terhadap kegiatan membaca tersebut.

UNESCO sendiri adalah organisasi internasional yang berada di bawah pimpinan PBB yang mengurusi segala hal berhubungan dengan pendidikan, sains, dan kebudayaan dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati dan berlandaskan pada keadilan, peraturan hukum, dan HAM.

Banyak faktor yang bisa kita jadikan landasan pernyataan dari UNESCO tersebut, faktor yang pertama karena memang sistem pendidikan di Indonesia yang tidak mendorong para anak didiknya untuk memiliki budaya membaca. Hal ini bisa diatasi dengan cara yaitu guru memberikan tugas membaca ke anak didiknya pada akhir pelajaran yang akan dibahas keesokan harinya.

Tugas membaca disini boleh buku apa saja dan tidak dibatasi genre bukunya. Hal ini untuk memberikan rangsangan bahwa membaca adalah hal yang menyenangkan sehingga budaya membaca dapat mengakar kuat pada setiap anak didik dan terbawa hingga ia dewasa nanti.

Yang kedua adalah banyaknya media lain seperti TV yang banyak mengambil jam produktif yang kita miliki. Jam produktif itu tidak seharusnya kita gunakan untuk menonton TV, karena sejatinya TV adalah makanan hati dan  bukan makanan otak.

Dengan melihat TV, kita dibiasakan menerima suatu pendapat dengan visual yang langsung mendukung pernyataan tersebut sehingga membuat kita menerima tanpa memikirkannya lagi. Solusi yang dapat kita terapkan adalah dengan mengurangi alokasi jam yang digunakan untuk menonton TV.

Jadikan menonton TV sebagai hadiah karena kita telah berhasil membaca buku sebanyak beberapa halaman yang kita tentukan sendiri jumlahnya sehingga kita tertantang untuk menyelesaikan buku tersebut. Selain itu, alam bawah sadar kita pun akan mencatat bahwa membaca adalah hal yang menyenangkan.

Faktor yang terakhir adalah faktor yang banyak dirasakan oleh masyarakat marjinal pada umumnya dan disebabkan oleh faktor ekonomi, yaitu pendapat bahwa harga buku berada pada kategori mahal.

Persepsi seperti inilah yang harus mulai dihilangkan mulai sekarang. Yang perlu dicatat adalah bahwa membaca tidak berarti mengharuskan kita untuk membeli buku.

Di era serba teknologi seperti sekarang ini, media lain seperti HP juga dapat digunakan sebagai sarana membaca di internet dengan biaya yang murah, mudah, dan bisa diakses kapan dan dimana saja.

Menumbuhkan minat baca masyarakat Indonesia tidak mudah memang, tapi hasilnya akan sepadan dengan usaha yang kita lakukan.

Begitu berharganya keberadaan buku seperti kata-kata kutipan dari seorang sastrawan bernama Milan Kundera bahwa, “Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya maka pastilah bangsa itu akan musnah.”

Jadi, mari kita budayakan anak-anak mulai usia dini memiliki budaya berharga dan bernilai tinggi yaitu membaca, budaya dengan buku sebagai harta karunnya, budaya dengan Indonesia yang lebih baik sebagai tujuannya.

Terakhir, untuk harta karun paling berharga yang kumiliki (buku), kuucapkan terimakasih untuk pelajaran, tawa, tangis, dan kenangan yang telah berhasil kau torehkan dari lembar-lembar tulisanmu ke lembar-lembar kosong hidupku.

Sekarang, sudah sampai disinilah aku, berdiri sambil membacamu di tempat yang sama. Tempat dimana ingatan tentang persahabatan kita lekat menyergap sudut hatiku yang paling dalam.  Bersama, menyongsong Indonesia yang lebih baik.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas