Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Tak Ingin Ibu Tetap Mengamen Nova Kejar Mimpi Menjadi Desainer Muslimah
Siapa yang tega bila melihat sang ibu yang telah melahirkan kita yang seharusnya berada di rumah untuk mengurusi urusan rumah tangga harus terus beker
Ditulis oleh : Ridhuan Habibie
TRIBUNNERS - Siapa yang tega bila melihat sang ibu yang telah melahirkan kita yang seharusnya berada di rumah untuk mengurusi urusan rumah tangga harus terus bekerja. Apalagi dengan resiko yang tinggi hanya demi mencari sesuap nasi.
Itulah yang kini dialami Nova Alawiyah, gadis belia berusia 17 tahun asal Tegalega, Bogor yang menjadi santri Rumah Gemilang Indonesia (RGI).
Sejak kecil setiap pulang sekolah Nova tak pernah menghabiskan waktunya untuk bermain. Ibunya mengajak Nova dan adiknya untuk mengamen di lampu merah di daerah Pangrango, Bogor.
Ibu Nova bersama seorang temannya yang juga ikut mengamen, bertugas sebagai penyanyi sambil membawa tape kecil yang dikalungkan di leher.
Sementara Nova yang saat itu masih kecil bersama adiknya bertugas untuk berkeliling memungut saweran kepada kendaraan dan warga yang ia temui.
Dari hasil mengamennya itu, Nova mengaku paling banyak hanya mendapat uang Rp 70 ribu.
Dan itu harus dibagi lagi dengan teman ibunya. Hal ini hampir setiap hari dilakukan Ibu Nova bersama temannya.
“Meski dapetnya gak seberapa asal cukup untuk makan hari itu Ibu udah seneng," ujar Nova.
Ayah Nova sebenarnya masih bekerja. Namun karena penghasilannya hanya cukup untuk membayar kontrakan harus memaksa ibunya ikut mengais rezeki di pinggir jalan.
Nova bersama keluarganya tinggal di rumah kontrakan yang hanya berukuran 3x3 meter dan harus rela berhimpitan ketika tidur.
Lokasinya persis di pinggir jalan tol Jagorawi sehingga selalu bising dengan kendaraan.
Saat lulus SMP di tahun 2015 Nova mengalami kesulitan biaya sehingga ia tak bisa melanjutkan sekolah ke SMA.
Ia kemudian mendaftar menjadi santri Rumah Gemilang Indonesia jurusan tata busana. Di RGI ini ia bertekad kuat di masa depan harus menjadi orang hebat agar ibunya berhenti menjadi pengamen.