Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mama Patronella Harus Berjalan 3 KM Untuk Rayakan HUT Kemerdekaan
Mama Petronella (47), warga Dusun Fatoleno harus berjalan 3km naik turun bukit bebatuan menuju lapangan kantor Desa Foeka, Kecamatan Nanaet Duabesi, B
Ditulis oleh : Info Menteri Desa
TRIBUNNERS - Mama Petronella (47), warga Dusun Fatoleno harus berjalan 3km naik turun bukit bebatuan menuju lapangan kantor Desa Foeka, Kecamatan Nanaet Duabesi, Belu, NTT.
Bersama empat anaknya yang masih sekolah, Mama Patronella sangat antusias menyongsong acara istimewa, yakni upacara peringatan hari kemerdekaan RI ke-71, 17 Agustus 2016.
Banyak kegiatan yang diselenggarakan dalam upacara ini, mula tari-tarian hingga lomba tarik tambang.
Yang lebih spesial tentunya kehadiran khusus Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi Eko Sandjojo untuk memimpin upacara sekaligus berbaur dengan masyarakat mengikuti lomba.
"Baru ini saya melihat menteri. Kami merasa senang karena banyak program dari negara yang ada sekarang," ujar Mama Petronella.
Desa Nanaet Duabesi merupakan salah satu desa di kawasan perbatasan Indonesia-Timor Leste. Jarak desa ini dengan negara tetangga tak lebih dari 3 Km.
"Suami saya tinggal di Timor Lesti, sudah tidak pulang selama 4 tahun," tutur Mama Petronella.
Wilayah Desa Nanaet yang berbukit dan tandus merupakan tantangan berat bagi masyarakat berpenduduk 657 jiwa ini.
Mama Petronella adalah salah satu warga yang sehari-hari bertani. Komoditas yang ditanam bermacam-macam, ada jagung, ubi, juga tomat dan aneka buah-buahan. Pada musim hujan, mereka juga mencari madu lebah.
Hasil pertanian ini dijual ke Pasar Atambua yang ditempuh dalam waktu 2 jam perjalanan menggunakan mobil truk penumpang atau puck up yang lewat kampung dua kali dalam sehari.
"Sekali jalan ongkosnya Rp 60.000 PP. Kalau jualan hasil kebun seminggu sekali dapat sekitar Rp 200.000 - Rp 500.000. Tapi kadang juga dapat Rp 50.000 bahkan kadang tidak dapat jual sehingga habis buat ongkos," tuturnya.
Kendati hudup dalam kondisi sulit, Mama Petronella dan warga lainnya mengaku bahagia dalam NKRI. Terlebih saat ini perhatian pemerintah sangat banyak mereka rasakan. Sekolah gratis dari SD sampai SMP, sedangkan SMA bayar Rp60.000 sebulan.
"Ini tidak ada di Timor Leste. Makanya anak-anak saya tak ada yang ikut ayahnya di sana. Anak harus sekolah," ujarnya.
Menteri Desa PDT, Transmigrasi Eko Sandjojo mengakui betapa tangguhnya masyarakat di Kabupaten Belu.
Usai memimpin upacara, Mendes Eko langsung menyapa warga sekaligus menularkan semangat bahwa semua masyarakat desa, terutama di Belu harus sama-sama keluar dari kondisi sulit.
Masalah kesulitan air, transportasi, dan ekonomi masyarakat harus terus tumbuh.
"Desa Nanaet adalah wilayah perbatasan, dan jelas komitmen pemerintahan Presiden Jokowi memprioritaskan pembangunan desa perbatasan. Segera ekonomi desa ini harus maju," tandasnya.
Banyak program kementeria.
Desa bisa masuk ke desa-desa di belu. Dana Desa juga harus dimanfaatkan untuk mempercepat kebutuhan desa, terutama dalam memajukan ekonomi desa.
Langkah kongkrit yang dijalankan, misalnya membangun sumber air untuk menunjang pertanian.
"Setelah air, maka pertanian harus digeber dengan komoditas unggulan yang berskala besar. Kelola dengan baik karena dana desa akan meningkat terus dari tahun ke tahun," tandas Mendes Eko.