Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Tugas Berat Sudah Menanti Kepala BIN yang Baru

Badan Intelijen Negara (BIN) sebagai mata dan telinga Presiden mempunyai tugas dan fungsi yang sangat penting dan mendasar.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Tugas Berat Sudah Menanti Kepala BIN yang Baru
Tribunnews.com/ Muhammad Zulfikar
Ketua DPR RI Ade Komarudin menunjukan surat usulan Presiden Jokowi yang menunjuk Komjen Pol BVudi Gunawan untuk menjadi Kepala BIN. 

TRIBUNNERS - Badan Intelijen Negara (BIN) sebagai mata dan telinga Presiden mempunyai tugas dan fungsi yang sangat penting dan mendasar.

Berbagai kebijakan taktis dan strategis Presiden mutlak membutuhkan informasi yang tepat, cepat dan akurat.

Oleh karenanya kesalahan maupun ketepatan kebijakan presiden sangat dipengaruhi oleh berbagai infomasi yang diterimanya. Di sinilah terletak tugas penting kepala BIN.

Lingkungan strategis yang berubah dengan sendirinya berubah pula tantangan dan ancaman yang ada.

Kini Indonesia dihadapkan pada era digital atau cyberspace dengan berbagai ancaman baru yang beragam.

Berbagai ideologi radikal dan terorisme pun kini kian gencar menggunakan teknologi canggih karena mendapatkan berbagai alat dan ruang baru sebagai konsekuensi munculnya era digital tersebut.

Bahkan ternyata mereka pun mampu dengan cepat menyesuaikan pola gerakannya mengikuti trend yang sedang berkembang.

Berita Rekomendasi

Parahnya media mainstream dan juga para pengguna medsos seringkali tidak sadar menjadi “agen” bagi para pencipta teror. Memperparah terjadinya teror di ruang publik sehingga agenda mereka berhasil!

Sementara papan catur dunia kini sedang terkonsentrasi di Asia Pasifik.

Kompetisi antara Tiongkok dan AS dengan negara-negara sekutunya di wilayah ini praktis menempatkan Indonesia di tengah kancah pertarungan global.

Di tengah terpuruknya harga minyak dunia yang berlarut, ancaman defisit APBN, dan nilai tukar rupiah yang labil berbagai rencana pembangunan pun kian terlihat buram.

Kondisi seperti ini jelas sangat tidak mentolerir adanya riak kegaduhan maupun chaos di dalam negeri.


Padahal efek pemotongan anggaran K/L serta dana transfer daerah sudah menunjukkan potensi kegaduhan tersendiri.

Di sisi lain, eskalasi konflik Laut Cina Selatan yang ada di depan mata terus bergolak Diikuti oleh berbagai letupan yang mengancam wilayah regional, efek percaturan global yang terkonsentrasi di Asia Pasifik.

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas