Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Guru Besar Kiai Ma'ruf Amin dan Tradisi Keilmuan Pesantren

Tradisi keilmuan pesantren sekaligus dapat mengakomudasi perkembangan modernitas pendidikan dengan pendidikan tradisonal.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Guru Besar Kiai Ma'ruf Amin dan Tradisi Keilmuan Pesantren
Repro/KompasTV
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Maruf Amin (tengah) mengadakan jumpa pers usai menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (31/3/2017) siang. 

Oleh: M. Cholil Nafis, Ph D.p

TRIBUNNERS - Hari ini saya menghadiri anugerah gelar tertinggi akademik kepada KH Ma'ruf Amin sebagai Guru Besar Mu'amalah Syar'iyah di Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Kiai Ma'ruf yang juga Ketua Umum MUI itu memberikan tema orasi Ilmiah, "Solusi Hukum Islam (Makharij Fiqhiyyah) Sebagai Pendorong Arus Baru Ekonomi Syariah di Indonesia".

Tradisi kiai-kiai sepuh Nadhlatul Ulama akhir-akhir ini banyak yang mendapat gelar doktor melalui proses pengembangan ilmu keagamaan dan pengabdian di masyarakat.

Di antara mereka ada Kiai Sahal Mahfudz, Kiai Mustafa Bisri, Kiai Tholhah Hasan, termasuk Kiai Ma'ruf Amin sebelum beliau dianugerahi gelar profesor.

Namun para generasi muda NU banyak yang mendapat gelar doktor dan profesor melalui proses formal dan normal.

Fenomena warga NU mulai masuk jalur formal, baik melalui proses formal atau informal, karena capaian keilmuan yang dirintis di masyarakat menunjukkan sistem pendidikan di lingkungan NU mampu menjaga tradisi keilmuan pesantren sekaligus dapat mengakomudasi perkembangan modernitas pendidikan.

Berita Rekomendasi

Kini kita bisa menyaksikan beberarapa pesantren yang menerapkan duel sistem pendidikan sekaligus, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum, pendidikan tradisional dan pendidikan modern.

Para alumni pondok pesantren sudah menyebar dan banyak memberi manfaat kepada masyarakat di segala sektor.

Banyak lembaga pendidikan yang hendak meniru sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan berasrama.

Namun, semua itu tak bisa sepenuhnya dapat menyamai pesantren. Sebab ada sesuatu di pendidikan pesantren yang tak mudah ditiru, selain sebagai tempat pendidikan karakter yang diarahkan langsung oleh pengasuh, di sana ada kekuatan riyadhah bathiniyah (upaya spiritual) yang dilakukan oleh pengasuh dan para guru.

Sehingga lulusan pesantren mendapat barokah (tambahan ilmu dan kebaikan dari Allah SWT) dan berperan maksimal di masyarakat.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas