Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
“Anak Adam” Kini Kita Saling Mendendam Karena Paham
Benarkah saat ini kita saling mendendam hanya karena paham sebagaimana tersurat dalam lagu God Bless, ciptaan Donny Fattah, berjudul “Anak Adam”
Editor: Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
Benarkah saat ini kita saling mendendam hanya karena paham sebagaimana tersurat dalam lagu God Bless, ciptaan Donny Fattah, berjudul “Anak Adam”; ; Kau dan aku, kita semua anak Adam / Datang dari satu rahim / Namun kini kita saling mendendam / Ini semua karena faham / Iri dengki datang mendera / Fitnah memfitnah / Kinipun beraksi.
Benarkah apa yang kini kita saksikan, bagaimana nilai-nilai humanisme (kemanusiaan) sebagai anak Adam telah dikoyak-koyak oleh ambisi kepentingan pragmatis atas nama pribadi, kelompok, golongan, atau ideologi.
Potensi krisis inipun semakin diperparah karena tidak terjadi komunikasi setara dalam memaknai makna toleransi dalam satu spirit harmonisasi kehidupan berbangsa. Bahkan citraan nilai kemanusiaan kini sudah menjadi tafsiran yang abu-abu. Tergantung siapa yang memberikan tafsirnya.
Celakanya, tafsir ini kemudian ditanamkan menjadi dan dijadikan instrumentasi pembenaran untuk melakukan penghalalan tindakan-tindakan agresivitas maupun intimidatif provokatif terhadap mereka yang dianggapnya berbeda paham, beda keyakinan, beda pandangan, beda pendapat, beda ideologi, juga beda pilihan poltik.
Terlihat dengan jelas dari rentetan peristiwa-peristiwa yang kita saksikan di hari ini. Bagaimana spirit pluralisme, toleransi, dan harmonisasi kerukunan hidup bersama kini pun dikoyak-koyak oleh fanatisme atau tafsir abu-abu atas nama sebuah keyakinan yang kemudian memunculkan krisis humanisme, di mana manusia sebagai sahabat bagi sesamanya (homo homini socius) berbalik menjadi manusia menjadi srigala bagi sesamanya (homo homini lupus) yang siap menerkam siapa saja.
Bagaimana pula kita saksikan tebaran-tebaran ujaran kebencian (hate speech) maupun berita bohong (hoax) digunakan untuk saling serang, saling hujat dan saling fitnah.
Celakanya lagi manakala tebaran virus-virus hate speech dan hoax ini kemudian dirancang dan dibungkus tafsir pembenaran-pembenaran atas nama sentimen primodialisme kesukuan dan keagamaan demi hasrat kekuasaan atau kepentingan politik pragmatis.
Kini kitapun sedang dihadapkan pada kegamangan. Meledaknya ujaran kebencian (hate speech) dan berita bohong (hoax) memperlihatkan pada kita bahwa adakah sesuatu yang salah dengan kita.
Atau jangan-jangan kita sendiri yang gagal paham telah terpedaya dan diperdaya oleh kepentingan politik pragmatis yang dimainkan oleh ambisius elit politik yang rakus dan haus kekuasaan.
* Alex Palit, citizen jurnalis, penulis buku “God Bless and You: Rock Humanisme”