Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Presiden Tegaskan Semangat Berdikari Jadi Dasar Membangun RI dari Pinggiran
"Semangat Berdikari itulah yang membuat kami semangat memperbaiki retribusi aset, memberikan modal usaha pada rakyat," tutur Presiden.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNERS - Presiden Joko Widodo mengapresiasi sejumlah inovasi di bidang ekonomi kerakyatan yang telah dikembangkan oleh kader-kader Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan.
Apresiasi tersebut disampaikan Kepala Negara saat menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Tiga Pilar PDI-Perjuangan, pada Sabtu, 16 Desember 2017, di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang.
Rakornas tersebut mengusung tema Berdikari untuk Indonesia Raya.
Baca: Jawaban Gempa di Tasikmalaya Getarannya Terasa Sampai Jakarta
"Saya sangat bangga terhadap inovasi-inovasi kerakyatan yang telah dikembangkan oleh kader-kader PDIP," ujar Presiden.
Meskipun demikian, Presiden tak ingin berpuas diri. Ia mengajak para kader PDI-Perjuangan untuk terus menumbuhkan semangat berdikari, gotong royong, dan kerja sama guna mewujudkan Indonesia yang berdaya saing tinggi serta bisa memenangkan persaingan global.
"Tugas berat itu membutuhkan kerja sama, kerja bareng antar kita. Dengan semangat gotong royong, wajib kita perkuat. Cita-cita membangun keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," ungkap Presiden.
Lebih lanjut Presiden menyatakan bahwa semangat berdikari jugalah yang mendasari pemerintah untuk terus membangun Indonesia dari pinggiran dan desa serta memberdayakan masyarakat bawah.
"Semangat Berdikari itulah yang membuat kami semangat memperbaiki retribusi aset, memberikan modal usaha pada rakyat," tutur Presiden.
Infrastruktur misalnya, pemerintah telah berusaha keras untuk membangun infrastruktur mulai dari perbatasan, pelabuhan, jalan, hingga jalur kereta api yang diyakini dapat memberi nilai lebih pada produk rakyat di kampung-kampung dan UMKM.
Selain itu, Presiden juga meyakini bahwa infrastruktur bukan hanya masalah ekonomi, tetapi infrastruktur juga dapat mempersatukan dan menjaga persatuan bangsa Indonesia.
"Karena pemerataan di bidang infrastruktur ini kalau betul-betul bisa kita kerjakan akan bisa memberikan rasa keadilan, rasa persatuan bagi seluruh rakyat Indonesia," ucap Presiden.
Di samping itu, petani dan nelayan juga tak luput dari perhatian Kepala Negara. Ia berharap agar para kader PDI-Perjuangan membantu pemerintah meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan Tanah Air.
Salah satunya dengan mengorganisir petani dan nelayan ke dalam kelompok-kelompok besar sehingga mereka akan memiliki kekuatan modal, produksi, dan pemasaran agar bisa bersaing dengan perusahaan besar di dalam maupun luar negeri.
"Kita ingin agar kader PDI Perjuangan bisa mengorganisasi petani-petani dalam kelompok besar usaha gotong royong," ujar Presiden.
Dalam sambutannya, Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri, mengatakan bahwa demokrasi ekonomi Pancasila harus berwujud dalam suatu keputusan perencanaan pembangunan, tujuannya adalah untuk mewujudkan Indonesia Raya yang berdiri diatas kaki sendiri.
“Pembangunan berdikari merupakan perencanaan pembangunan menyeluruh ‘overall planning’ di segala bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan dan mental,” ucap Presiden Republik Indonesia ke-5 tersebut.
Perencanaan pembangunan tersebut harus menjadi milik dari rakyat dan dilaksanakan oleh seluruh elemen rakyat indonesia, artinya ruang partisipasi rakyat dalam pembangunan harus dibuka lebar inilah yang dimaksud dengan implementasi gotong royong dalam perekonomian nasional, hakikinya rakyat selalu dilibatkan.
Hadir dalam acara tersebut adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla, Presiden Republik Indonesia ke-3 B.J. Habibie, para Menteri Kabinet Kerja, dan para kader PDI-Perjuangan dari seluruh Indonesia.
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden
Bey Machmudin