Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Saat Puisi Sukmawati Jadi Bahan Bakar Baru Pemicu Polarisasi Bangsa
Persatuan di tengah bangsa yang terjaga sedemikian lama Itu bukanlah sesuatu yang tercipta secara instan.
Editor: Choirul Arifin
Saya sebagai bagian dari anak muda bangsa ini, merasa lelah mengamati banyak tokoh bangsa ahir-ahir ini yang bersikap tidak bijak dalam menyampaikan sesuatu, tanpa pikir panjang.
Persatuan di tengah bangsa yang terjaga sedemikian lama Itu bukanlah sesuatu yang tercipta secara instan, tapi hasil kerja keras dari banyak tokoh bangsa.
Tidak tepat rasanya jika satu waktu kita katakan bahwa bangsa ini harus bersatu, namun di waktu yang lain kita siramkan bensin pada api yang masih menyalah dan berkobar karena pernyataan Ahok, lalu di lanjutkan dengan pernyataan Viktor Laiskodat, mantan anggota DPR RI Nasdem, lalu sekarang ditambahkan lagi 'bensìn'nya oleh Sukmawati dengan puisinya.
Saya meyakini, siapapun yang telah menuliskan puisi tersebut adalah pribadi yang tidak memiliki kemampuan mengimajinasikan seberapa besar dampak dari potensi kerusakan bagi persatuan bangsa Dengan membandingkan kemerduan suara kidung Ibu Indonesia dengan suara azan.
Jurang perbedaan yang kian curam di tengah bangsa yang tengah dirajut ulang oleh para tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah dengan puisi Sukmawati akan menjadi mentah kembali.
Kelompok Islam kanan akan semakin menarik diri pada sisi yang semakin jauh dari kelompok nasionalis. Begitu pun sebaliknya, kelompok nasionalis pun akan semakin mejauhkan diri dari kelompok Islam.
Hasil ahirnya, polarisasi akan semakin menguat di tengah bangsa. Mungkin perlu di pertanyakan pada Sukmawati, apakah Indonesia berahir di 2030 Itukah yang menjadi keinginannya dengan puisinya tersebut?
Baca: Kisah Restorasi BMW E30 Tampil Orisinil Berbiaya Rp 500 Juta, Komponen Full Baru dari Jerman
Imbas Negatif ke PDIP
Selain Itu tidakkah Sukmawati menaruh empati pada Ibu Megawati, karna pastinya PDIP-lah yang akan terkena imbas paling besar, Bisa Jadi calon-Calon kepala daerah yang di dukung PDI P juga akan menangung akibatnya.
Pastinya hal ini juga akan memberi dampak besar bagi pilpres di 2019.
Hal ini akan menambah panjang cacatan buruk pemerintah, menurut umat muslim yang menjadi mayoritas di Negara ini, karna Sukmawati di persepsi sebagai bagian dari rezim hari ini.
Diperlukan kebijaksaan semua tokoh bangsa saat ini, untuk tidak semakin menambah tajam perbedaan yang Ada di tengah bangsa.
Rakyat sudah sangat lelah dengan situasi hidup yang berat, tanpa harus di tambahi lagi dengan kegaduhan-kegaduhan yang tidak berarti, yang tidak bisa menghadirkan solusi bagi persoalan bangsa.