Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pemimpin Wanita? Mengapa Tidak
Kepemimpinan wanita baik di sektor swasta dan publik di Indonesia sudah tak diragukan lagi. Banyak wanita yang memegang posisi penting dan merupakan s
Ditulis oleh: Ahmad Andre Efendi (Mahasiswa Ilmu Komunikasi / Universitas Muhammadiyah Sidoarjo)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepemimpinan wanita baik di sektor swasta dan publik di Indonesia sudah tak diragukan lagi. Banyak wanita yang memegang posisi penting dan merupakan seorang pengambil keputusan yang baik.
Di sektor publik, terdapat sederet nama wanita yang mentereng karena prestasiunya. Sebutlah Tri Rismaharini. Walikota Surabaya ini mampu menata kota Surabaya menjadi rapih, tertib, dan bersih. Ia juga membenahi tata administrasi dan pelayanan publik.
Namanya semakin melambung setelah berhasil menutup tempat prostitusi terbesar di Asia, gang Dolly.
Walikota yang menjabat sejak 28 September 2010 ini berhasil membuat Surabaya meraih piala adipura selama 3 tahun berturut turut yaitu di tahun 2011,2012 dan 2013.
Bukan hanya itu di bawah kepemimpinanya Surabaya mendapat penghargaan tingkat Asia-Pasifik yaitu Future Goverment Award 2013 di 2 bidang sekaligus dan membawa Surabaya sebagai kota yang terbaik partisipasinya se-Asia Pasifik pada tahun 2012 versi Citynet.
Baca: MK Minta Gugatan Soal Presidential Threshold Munculkan Alasan Konstitusional Baru
Risma telah membuktikan, bahwa perempuan bisa berperan di ranah publik. Dengan semakin banyaknya wanita yang memutuskan terjun dan berkarya di ranah publik, semakin mengangkat kesederajatan mereka dengan kaum pria.
Meskipun tak memiliki kemampuan fisik seperti pria, namun wanita memiliki potensi yang sama dengan kaum pria, seperti konseptual, merumuskan masalah, dan mencari penyelesaian dan jalan keluar dari sebuah masalah.
Kemampuan-kemampuan tersebut dibutuhkan untuk bekerja melayani publik, selain kemampuan kepemimpinan, dan manajerial.
Baca: Sebulan Pasca Kematian Tragis Kedua Orangtua, Citra Kharisma: Papa Mama Nginap Tak Ada Firasat
Oleh karena itu bukan lagi zamannya, memilih calon kepala publik berdasarkan gender, namun jauh lebih tepat mempertimbangkan, kapabilitas, rekam jejak, dan hal-hal lainnya yang dapat diukur dan logis.