Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Perjalanan Seekor Kuda, Adaptasi Kisah Wayang Dalam Wujud Pentas Teater
Sebagai ruang publik berbasis digital yang didedikasikan untuk masyarakat, Galeri Indonesia Kaya senantiasa menampilkan ragam pementasan dari beragam
Siaran pers IMAGE DYNAMICS
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai ruang publik berbasis digital yang didedikasikan untuk masyarakat, Galeri Indonesia Kaya senantiasa menampilkan ragam pementasan dari beragam pelaku seni di setiap akhir pekannya.
Hari ini, pementasan teater yang berjudul Perjalanan Panjang Seekor Kuda oleh kelompok seni teater asal Jakarta, Teater Tetas hadir kehadapan para penikmat seni di Auditorium Galeri Indonesia Kaya.
Baca: Mulai Obat hingga Drone, 10 Barang ini Tidak Diizinkan Masuk Bagasi Kabin Pesawat
“Memiliki banyak kisah klasik yang terus berkembang dari masa ke masa, sore ini, Teater Tetas menyajikan pertunjukan yang diadaptasi dari salah satu kisah sastra wayang. Kami harap dengan menyaksikan pertunjukan ini, penikmat seni yang didominasi oleh generasi muda dapat lebih memahami tentang sejarah dan menghargai tradisi budaya Indonesia. Karena dengan memahami sejarah dan tradisi budaya, generasi muda dapat menyikapi segala dinamika dan masalah kehidupan yang dihadapi saat ini,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Baca: BRI Indonesia Open 2018: Justin Harding Tetap di Pucuk Klasemen Sementara Dibayangi Scott Vincent
Perjalanan Panjang Seekor Kuda bercerita tentang seorang Ibu bernama Dewi Wilutama yang terpisah karena takdir dengan Aswatama, anaknya.
Dewi Wilutama adalah seorang bidadari yang pernah dikutuk menjadi seekor kuda karena para dewa terganggu dan haus dengan paras dan pakaian yang dikenakan oleh Wilutama.
Seiring berjalannya waktu, Wilutama melahirkan seorang anak yang bernama Aswatama. Namun Wilutama tidak dapat membesarkan dan bertemu lagi dengan anaknya karena ia berhadapan dengan janji Kumbayanan yang membawanya menjadi istri manusia.
Ketika akhirnya bertemu dengan anaknya, ternyata Wilutama harus menerima kenyataan pahit bahwa anak satu-satunya itu akan menjadi tumbal dari sebuah peristiwa perang besar dalam kisah klasik Mahabharata. Pementasan ini juga diiringi oleh alunan musik tradisi khas Indonesia seperti keprak dalang, suling, gender, dan rebab yang dipadukan dengan sentuhan musik modern seperti drum, cymbal, dan crash.
Baca: Jalan-jalan ke Palembang, Kaesang Pangarep Ungkap Pempek paling Enak Menurutnya
“Sejak didirikan 40 tahun yang lalu, kami berusaha untuk selalu melestarikan nilai-nilai sejarah budaya dengan berbagai cara ke dalam setiap karya pementasan. Salah satunya adalah dengan mengadaptasi kisah-kisah klasik pewayangan. Merupakan tantangan tersendiri bagi kami untuk bisa menyisipkan unsur sejarah dalam setiap karya, namun inilah komitmen dan cara kami untuk mengenalkan sejarah dan tradisi budaya Indonesia kepada khalayak ramai, khususnya generasi muda. Kami harap penikmat seni dapat mencermati, mendalami, menghargai dan mengambil hikmah dalam pementasan Perjalanan Panjang Seekor Kuda pada hari ini,” ujar Harris Syaus, Sutradara Perjalanan Panjang Seekor Kuda.
Teater Tetas merupakan kelompok teater kontemporer di Jakarta yang didirikan pada 1978 oleh AGS Aria Dripayana dan sejumlah aktivis teater lain di Gelanggang Remaja Bulungan, Jakarta Selatan.
Dalam karyanya, Teater Tetas sering mengadaptasi cerita dari sastra wayang berdasarkan kisah epik Mahabharata yang berkembang selama ratusan tahun di Indonesia. Tujuannya adalah untuk menunjukkan pemahaman bahwa sejarah budaya tradisi merupakan hal yang penting dalam menyikapi dinamika kehidupan sekarang. Sejak didirikan sampai sekarang, Teater Tetas aktif berpentas di pusat-pusat kesenian dan tempat lain di seputar Jakarta serta kota-kota lain di Indonesia.