Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Kekeringan Melanda Gunungkidul, ACT DIY Kirimkan 200 Tangki Air

Beberapa wilayah di Gunungkidul, DIY, saat ini tengah menghadapi kekeringan air bersih. Wilayah yang terdampak antara lain, kecamatan Rongkop, Tepus,

zoom-in Kekeringan Melanda Gunungkidul, ACT DIY Kirimkan 200 Tangki Air
ISTIMEWA

Siaran Pers Act

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Beberapa wilayah di Gunungkidul, DIY, saat ini tengah menghadapi kekeringan air bersih. Wilayah yang terdampak antara lain, kecamatan Rongkop, Tepus, Semin, Tanjungsari, Saptosari, Ponjong, Nglipar, Panggang, Semanu, Gedangsari dan Purwosari.

Melihat permasalahan yang mengkhawatirkan tersebut, ACT DIY menyalurkan air bersih kepada warga desa yang terdampak.

Baca: Trotoar di Kawasan Gelora Bung Karno Dilarang untuk Parkir Kendaraan

Upaya pengiriman air bersih ini merupakan program yang dilakukan ACT DIY sejak setahun lalu.

Air bersih dikirimkan menggunakan armada truk tangki berkapasitas 5000 liter.

“Rencananya dropping air bersih di Gunungkidul akan dilakukan kembali mulai Rabu (25/07) pekan ini. Dengan tahap awal sebanyak 200 Truk tangki dan akan ditambah sesuai kebutuhan," ujar Agus Budi Hariyadi selaku Kepala Cabang ACT DIY.

Berdasarkan pendataan awal, tempat-tempat yang menjadi sasaran awal pengiriman air bersih adalah kecamatan Girisubo, Semanu, Paliyan, Ponjong dan Gedangsari.

Berita Rekomendasi

“Harapannya semoga satu truk tangki dapat mencukupi kebutuhan sebanyak 30-50 KK untuk satu pekan,” ujar Kharis Pradana selaku penanggung jawab program Dropping Air Bersih dan Wakaf Sumur – Global Wakaf ACT.

Sementara itu, selain ikhtiar melakukan pengiriman air bersih, upaya lain yang dilakukan adalah menyiapkan program wakaf sumur.

Kharis mengatakan, Wakaf Sumur merupakan program jangka panjang global wakaf – ACT DIY.

Lewat amanah para pewakif, dana wakaf digunakan untuk membangun sumur bor di titik-titik rawan kekeringan di Gunungkidul.

Baca: CBA Nilai Lelang di BNPB Berpotensi Rugikan Negara

“Harapannya dengan adanya program pengeriman air bersih dan wakaf sumur, masyarakat Gunungkidul perlahan dapat dimudahkan masalahnya. Terutama untuk masalah air bersih yang telah melanda sejak beberapa bulan terakhir,“ tambah Kharis.

Sampai dengan saat ini, program wakaf sumur – Global Wakaf ACT di Yogyakarta telah berjalan di delapan titik. Satu titik berada di wilayah Kota dan tujuh titik lainnya berada di Kabupaten Gunungkidul.

“Global Wakaf ACT DIY berkomitmen untuk terus membangun dua sampai empat wakaf sumur setiap bulan di wilayah DIY. Semoga dengan adanya wakaf sumur permasalahan kekeringan dan ketersediaan air bersih di Yogyakarta khususnya di Gunungkidul dapat teratasi,” pungkas Kharis.

Mengingat tentang Jogja, bukan hanya menyimpan banyak tempat-tempat wisata, namun juga menyimpan beragam permasalahan.

Di Kabupaten Gunungkidul misalnya, hampir setiap tahun wilayah ini mengalami masalah yang sama, yakni masalah kekeringan dan minimnya ketersediaan air bersih.

Apalagi di pertengahan tahun seperti hari-hari ini, kemarau panjang makin membuat ketersediaan air bersih di Gunungkidul hampir nihil.

Karakter tanah pun menjadi salah satu penyebab utamanya. Hampir seluruh wilayah Gunungkidul merupakan perbukitan karst.

Kawasan karst merupakan wilayah dengan karakteristik bebatuan kapur dengan porositas yang tinggi, artinya ketika kawasan tersebut terkena air hujan maka air hujan tidak dapat tertampung di permukaan tanah.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan musim kemarau pada 2018 sudah dimulai di bulan April dan kemungkinan akan berakhir di Bulan September mendatang.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, ketika kemarau tiba biasanya masyarakat Gunungkidul hanya mengandalkan belik (mata air sungai) yang jauhnya sekitar dua kilometer dari pemukiman.

Air yang diambil dari mata air sungai pun hanya digunakan seperlunya untuk kebutuhan cuci rumah tangga, dan untuk minum ternak. Kondisi sulit air tentu mengganggu aktifitas masyarakat dan produktifitas peternakan mereka.

“Saat ini masyarakat di Desa Pacarejo, Semanu mengandalkan sumur galian yang sudah mulai mengering. Sebagiannya sudah membeli air bahkan sejak awal Bulan Juli kemarin. Sebagian lagi bertahan dengan mengambil air dari jeriken di dusun sebelah,” ujar Suhadi, lurah Desa Pancarejo ketika ditemui tim ACT DIY. 

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas