Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Satgas Karhutla Berjibaku Padamkan Titik Api di Kalbar
Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kalimantan Barat semakin meningkat. Tim Manggala Agni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MA KLHK) ber
Dikirimkan oleh Humas Kemenhut
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kalimantan Barat semakin meningkat. Tim Manggala Agni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MA KLHK) bersama tim satgas yang terdiri dari TNI, Polri, Masyarakat Peduli Api (MPA), BPBD, pihak swasta, dan lainnya terus berjibaku memadamkan titik api.
''Tim sudah bekerja tanpa henti setiap hari, baik lewat darat maupun udara untuk memadamkan titik api. Jadi kita sudah lama kerja di lokasi,'' ungkap Direktur Pengendalian Karhutla, KLHK, Raffles B. Panjaitan pada media, Senin (20/8/2018).
Baca: Ratna Sarumpaet Beri Kritik Kepada Abu Janda untuk Jadi Orang yang Kritis
Tim darat bahkan selalu siaga di lokasi kebakaran, bahkan tak jarang bermalam di lokasi demi menjaga agar titik api tidak meluas. Beberapa lokasi yang sulit ditempuh melalui jalur darat, dilakukan pemadaman lewat udara dengan helikopter.
Untuk mengatasi Karhutla lewat udara, saat ini secara total se Indonesia telah dikerahkan 35 unit heli dari BNPB, KLHK, TNI AU, dan pihak swasta di lima Provinsi yang telah menetapkan status darurat.
Diantaranya yaitu 9 unit heli di Provinsi Riau, 16 unit heli di Sumsel, 5 heli di Kalbar (baru dideploy dari Riau 1 unit), 4 heli di Kalteng, dan 1 heli siaga di Jambi. Untuk mengendalikan meluasnya titik api, juga dilakukan langkah modifikasi cuaca dan water bombing.
Baca: Syahrini Pamer Model Rambut Baru, tapi Pinggangnya yang Super Langsing Ini Jadi Sorotan
''Khusus untuk Provinsi Kalbar yang jumlah hotspotnya kini meningkat, telah di bombing dimulai sejak 26 April dengan total air yang dijatuhkan sebanyak 18.200.000 liter air di Kota Pontianak dan Kab Kuburaya,'' jelas Raffles.
Jumlah hotspot di Kalbar pernah mencapai puncaknya pada bencana karhutla tahun 2015, sebanyak 2.712 titik api berdasarkan satelit NOAA. Kemudian menurun pada tahun 2016 menjadi 1.576 titik, dan menurun drastis pada tahun 2017 dengan hanya 642 titik api menggunakan satelit yang sama.
Sejak awal Agustus lalu, jumlah titik api di Kalbar meningkat drastis, diduga kuat karena masih banyaknya masyarakat yang membakar lahan secara serentak atau yang dikenal dengan istilah adat 'gawai serentak'.
Di bulan Agustus dan September petani yang menerapkan sistem ladang berpindah akan melakukan pembukaan lahan pertanian mereka dengan cara dibakar.
''Kemungkinan besar iya (akibat gawai serentak), karena kebakarannya terjadi bersama-sama atau serentak,'' kata Bambang Hero Saharjo, ahli kebakaran hutan dan lahan dari Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Melihat kondisi kabut asap saat ini, Bambang mengatakan sumber api sebenarnya berasal dari lahan yang tidak terlalu besar, namun jumlahnya banyak di berbagai lokasi. Hal ini tentu sangat menyulitkan tim pemadam untuk melakukan upaya pemadaman.
''Indikasi yang membakar ini adalah masyarakat biasa, bukan masyarakat adat atau tradisional. Karena hotspotnya cenderung naik turun dan tidak stabil, karena mereka membakar hanya dalam hitungan jam, tapi karena di lokasi gambut, sisa asapnya masih banyak. Ini kami lihat dari data satelit,'' jelas Bambang.
Untuk itu Bambang menyerukan agar pemerintah setempat terus mengedukasi masyarakat agar tidak membakar lahan.
''Karena yang terbakar adalah gambut yang kurang pembasahan, maka penghentian kegiatan pembakaran adalah salah satu solusi terbaik,'' tegas Bambang.(*)