Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kreativitas dan Dukungan Akademik Antar Mahasiswa Kedokteran UPH Raih Juara RMO 2018
Karakter kreatif dan mandiri ditunjukkan oleh Hubert Subekti dan Irene, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (UPH) angkatan 2015,
Dikirimkan oleh Meishiana Tirtana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Karakter kreatif dan mandiri ditunjukkan oleh Hubert Subekti dan Irene, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (UPH) angkatan 2015, peraih medali emas cabang Urogenital ajang tahunan Regional Medical Olympiad (RMO) 2018.
Namun kreativitas saja tidak cukup. Di FK UPH mahasiswa yang mengikuti kompetisi juga didukung secara akademik oleh dosen pembimbing sekaligus Urologist RS Siloam Karawaci, Dr dr Edwin Tobing, SpU dan dr Christiano Tansol, SpU.
Prestasi di bidang ini bukan yang pertama, karena sebelumnya dua tahun berturut-turut FK UPH selalu menempati juara 1.
Baca: Peringkat Militernya di Bawah Indonesia, Filipina Bakal Bantu Yordania Perangi ISIS, Ini Daftarnya
“Dengan kesibukan sebagai dokter spesialis, dosen kami masih mau meluangkan waktu membimbing kami dalam menghadapi kompetisi RMO,” ujar Hubert.
Baca: 1 Muharram 1440 H - 3 Amalan Utama yang Baik Dilakukan Saat Tahun Baru Islam
Hal tersebut diungkapkan Irene karena persiapan mengikuti lomba ini tidaklah mudah.
Mereka harus berlatih sambil tetap mempersiapkan bahan perkuliahan mereka di semester berikutnya. Penyocokan jadwal bimbingan pun sempat menjadi kendala.
Namun berkat komunikasi yang baik dengan dosen pembimbing, hal tersebut bisa diatasi.
Baca: Erick Thohir Jabat Ketua Timses Jokowi-Maruf, Ahmad Dhani: Kita Punya 99 Orang seperti Dia
“Saya salut dengan mereka karena dengan keterbatasan waktu dan jadwal yang padat, mereka tetap mau mempersiapkan kompetisi ini sampai bisa juara,” ungkap dr Edwin.
Pernyataan ini didukung pula oleh Hubert dan Irene. Dalam proses bimbingan selama beberapa bulan, terkadang mereka tidak sempat bertatap muka.
Karena itu masing-masing pihak saling mendukung. Hubert dan Irene diberikan dukungan akademik dalam bentuk latihan-latihan soal dan materi pendukung berupa buku atau e-book.
Begitu pula bila mereka memilki pertanyaan, maka dr Edwin, dan dr Christiano tak segan untuk menjawab.
Itulah bentuk kreativitas dan kemandirian mereka. Hasilnya, FK UPH berhasil mempertahankan juara 1 di cabang Urogenital ini, setelah tahun lalu juga meraih juara yang sama.
Selain Hubert dan Irene, FK UPH juga berhasil menggondol empat juara lainnya, yaitu juara 2 dari cabang kardiorespirasi dan cabang infeksi tropis, serta juara 3 dari cabang neuropsikiatri dan cabang muskuloskeletal.
Kompetisi RMO ini diadakan oleh Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) yang diadakan rutin tiap tahun di tiga regional.
UPH tergabung dalam regional dua bersama berbagai universitas dari wilayah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, juga Kalimantan Barat.
Untuk tahun ini ada total 11 universitas yang ikut, terdiri dari universitas negeri dan swasta.
Hubert dan Irene bercerita tentang perjuangan mereka bersaing dengan para peserta lain.
“Walaupun harus bersaing dengan banyak universitas negeri terbaik, kami juga tidak minder dan tetap berjuang sebaik mungkin,” ungkap Irene. Keduanya memang sudah langganan juara lomba.
Baca: Jose Mourinho Terus Dikritik, John Terry: Dia Pernah Mempermalukanku di Depan Seluruh Pemain Chelsea
Khusus untuk RMO tahun ini, mereka terlebih dahulu mengikuti tes di tingkat fakultas, yang meliputi tes tertulis dan interview.
Setelah terpilih, mereka maju bersaing lewat babak penyisihan. Pada babak ini, para peserta diberikan tes tertulis dan lab. Enam universitas kemudian lolos ke babak semifinal.
Pada babak ini, mereka masih diberikan tes tertulis ditambah clinical examination, yaitu tes dengan kasus tertentu, dan peserta diminta memberikan analisis penyakit tersebut, tes fisik, juga bagaimana cara terapinya.
Lalu pada babak final, terpilih tiga universitas terbaik yang masih harus menghadapi beberapa rangkaian tes. Peserta diberikan sebuah kasus lagi, dan diminta untuk menjelaskan tentang penyakit tersebut, mulai dari berapa besar persentasenya di dunia, bagaimana cara penularannya, bagaimana cara mengobatinya, sampai upaya public health untuk masyarakat. Di akhir lomba, ada soal cerdas cermat dalam bentuk rebutan.
Untuk rencana dalam waktu dekat, Hubert dan Irene akan ikut berlaga di ajang Indonesian International Medical Olympiad (IMO) pada bulan Oktober mendatang. Lomba ini berskala internasional dan akan diikuti oleh universitas dari seluruh Indonesia, bahkan dunia. Mereka berharap bisa menang di kompetisi ini.
“Kita akan berusaha yang terbaik untuk IMO,” ungkap Irene. (it)