Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Amsal Brutus dan Mundurnya Edy Rahmayadi
Apakah Brutus tersebut adalah Jokdri, Iwan Budianto, atau Gusti Randa, atau ketiga-tiganya? Kita tidak tahu pasti.
Editor: Hasanudin Aco
Oleh: Karyudi Sutajah Putra
TRIBUNNEWS.COM - Dalam pidato pengunduran diri Edy Rahmayadi dari jabatan Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tersirat ada orang dalam PSSI yang mengkhianati mantan Pangkostrad yang kini Gubernur Sumatera Utara itu.
Dugaan pengkhianatan itu terkonfirmasi dalam program “Mata Najwa”, Rabu (23/1/2019) malam, yang mengungkap adanya pertemuan terselubung para anggota Komite Eksekutif PSSI dengan para pemilik suara atau voters di sebuah hotel di Jakarta, satu-dua hari menjelang Kongres PSSI di Bali, Ahad (20/1/2019), untuk menggalang mosi tidak percaya kepada Edy. Pertemuan itu diduga diwarnai money politics (politik uang) Rp 4 juta plus 1.000 dolar Singapura untuk setiap voter.
Mungkin tak mau dipermalukan dengan mosi tidak percaya, yang drafnya sempat beredar di kalangan media, itu Edy pun memilih undur diri.
Baca: Menyamar Jadi Orang Gila Lagi, Baim Wong Sampai Tak Dibukakan Pintu Seusai Dikasih Duit Ayahnya
Peristiwa tersebut mengingatkan kita akan kisah Markus Yunius Brutus (85–42 SM) yang tega membunuh Kaisar Romawi, Julius Caesar (100-44 SM), pada 15 Maret 44 SM.
Baca: Ketua Umum PSSI Selanjutnya Diharap Seperti Sosok Edy Rahmayadi
Padahal, Caesar pernah mengampuni kesalahan Brutus, lalu mengangkatnya menjadi gubernur dan kemudian senator serta menjadikan dia sebagai orang kepercayaannya.
Terinspirasikah Brutus oleh ungkapan Plautus dalam karyanya, “Asinaria” (195 SM), “homo homini lupus”, manusia adalah serigala bagi sesamanya, yang kemudian dikutip Thomas Hobbes dalam karyanya, “De Cive” (1651)?
Kita tidak tahu pasti. Yang jelas, bila kita cermati pidato Edy Rahmayadi, dan bila apa yang terungkap di “Mata Najwa” itu benar, maka adanya orang dalam PSSI yang diduga mengkhianati Edy tak terelakkan lagi. Lalu, siapakah orang dalam PSSI yang menjelma menjadi Brutus itu?
Disebutkan, Iwan Budianto, Gusti Randa, dan Joko Driyono yang oleh Edy didaulat menggantikan dirinya sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Umum PSSI, hadir dalam pertemuan tertutup dengan para voters malam itu.
Jokdri, panggilan akrab Joko Driyono, sebelumnya adalah Wakil Ketua Umum I PSSI, sedangkan Iwan Budianto sebelumnya adalah Kepala Staf Ketua Umum PSSI, namun kemudian posisinya dikembalikan sebagai Wakil Ketua Umum PSSI oleh Jokdri, sementara Gusti Randa adalah anggota Komite Eksekutif PSSI.
Apakah Brutus tersebut adalah Jokdri, Iwan Budianto, atau Gusti Randa, atau ketiga-tiganya? Kita tidak tahu pasti.
Yang jelas, seperti ghalibnya di dunia politik perebutan kekuasaan, Brutus akan melahirkan Brutus-Brutus berikutnya. Pengkhianatan akan melahirkan pengkhianatan baru.
Simak pula kisah Ken Arok, ada yang menyebutnya Ken Angrok, Raja Singasari (1222-1247), Jawa Timur, yang mengkhianati dan membunuh Akuwu (Camat) Tumapel, Tunggul Ametung, orang yang memberinya kepercayaan dan kekuasaan sebagai panglima perang, dan kemudian mengantarkannya menjadi raja.
Ken Arok akhirnya terbunuh dengan senjata yang sama yang ia gunakan untuk membunuh Tunggul Ametung, yakni keris Mpu Gandring, yang menelan korban hingga tujuh turunan, sesuai kutukan Mpu Gandring, sang pembuat keris.
Akankah PSSI terkena semacam kutukan Mpu Gandring? Kita tidak tahu pasti. Yang jelas, hingga menjelang usianya yang ke-89, dilahirkan di Yogyakarta pada 19 April 1930, PSSI tak kunjung mampu unjuk prestasi baik di tingkat Asia Tenggara, Asia, apalagi di tingkat dunia. Para pengurus PSSI terkesan lebih sibuk bertarung memperebutkan kekuasaan daripada memajukan prestasi sepak bola nasional.
Akankah Jokdri diadang Brutus-Brutus baru melalui mosi tidak percaya? Kita tidak tahu pasti. Yang jelas, dengan diperiksanya Jokdri oleh Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola sebagai saksi perkara suap match fixing atau skandal pengaturan skor pertandingan sepak bola, Kamis (24/1/2019), peluang ke arah sana sangat terbuka.
Apalagi, 11 orang, di antaranya pengurus PSSI, telah ditetapkan Satgas Antimafia Bola sebagai tersangka match fixing, antara lain Ketua Umum Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Jawa Tengah yang juga anggota Komite Eksekutif PSSI Johar Lin Eng, dan anggota Komite Disiplin PSSI Dwi Irianto alias Mbah Putih.
Hidayat, anggota Komite Eksekutif PSSI yang telah mengundurkan diri karena namanya disebut terlibat match fixing, Rabu (23/1/2019) lalu rumahnya di Surabaya digeledah satgas terkait kasus match fixing.
Dengan dalih para pengurus PSSI, termasuk Sekretaris Jenderal PSSI Ratu Tisha Destria, banyak tersita waktunya untuk memenuhi panggilan satgas, para voters akan dengan mudah menggulirkan mosi tidak percaya kepada Jokdri dan pengurus PSSI lainnya.
Akankah ini terjadi? Biarlah waktu yang menjawab. Yang jelas, siapa Brutus di balik Edy Rahmayadi hingga kini belum terjawab.
Karyudi Sutajah Putra: Komisioner Komite Perubahan Sepak Bola Nasional (KPSN), Jakarta.