Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Memboyong Anna De Kyiv ke Jakarta
Sebuah supermarket mini dengan bahan makanan halal menjadi pelengkap mesjid tersebut.
Editor: Hasanudin Aco
Catatan Perjalanan Ukraina Egy Massadiah
TRIBUNNEWS.COM - Menjelang pukul 13.00 siang Dubes Yuddy mengajak saya ke Mesjid Arrahma yang berjarak 10 menit berkendara mobil dari kantor KBRI Kyiv di Jalan Otto Shmidta St, 8, Kyivs'ka Oblast, 04107.
Untung tak terlambat, khutbah jumat masih berlangsung. Di mesjid yang berkapasitas 3.000 an jemaah itulah muslim Kyiv melaksanakan aktifitasnya.
Sebuah supermarket mini dengan bahan makanan halal menjadi pelengkap mesjid tersebut.
Usai shalat jumat sekalian ashar -- saya gabung saja karena itu fasilitas sebagai musafir -- masuk telepon dari Fedir Balandin.
Balandin, pemilik restoran Cupidon yang juga Presiden Indonesia House Ukraina, semacam komunitas pecinta Indonesia di Kiev mengajak jumpa pada hari Senin pagi.
Tentang Balandin, saya berkenalan setahun lalu atas kebaikan Gatot Amrih Djemirin HOC KBRI Kyiv teman sejak 2012. Ketika itu diplomat gesit ini bertugas di KBRI Rumania.
Saat itu saya mendampingi ketua Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla menghadiri forum Club Of Rome di Bucuresti.
Senin pagi Balandin kemudian mengajak saya ke City Council kantor walikota Kyiv. Kami jumpa dengan dua kawannya, Viktoria dan Taras pejabat di kotamadya Kyiv guna membahas pengiriman dan pemasangan Patung Anne De Kiv ke Jakarta.
Bekerjasama dengan Pemprov DKI rencananya saat ulang tahun Jakarta 22 Juni 2019 patung tersebut akan menghiasi sebuah taman di wilayah kotamadya Jakarta Barat.
Inisiasi tersebut dirintis team KBRI Kyiv dibawah komando Dubes Yuddy bersama Gatot Amrih dengan melibatkan Pemprov DKI.
Sebagai refrensi, Anna, putri bungsu Kyivan Rus Pangeran Yaroslav "Mudryi", dipinang Raja Henry ke I Capet di Katedral Reims Perancis. Anna lahir sekitar 1024 dan dibesarkan di Kyiv.
Anna menguasai beragam bahasa, termasuk Old Church Slavonic, Greek, Cyrillic, dan Glagolitic alphabets.
Zaman itu, tidak semua warga di Eropa melek huruf, apalagi wanita. Anna dapat menunggang kuda, berpengetahuan luas di bidang politik, dan aktif berpartisipasi dalam memerintah Prancis, terlebih setelah suaminya meninggal.
Henry ke I sangat menghormati istrinya Anna sehingga banyak dekritnya bertuliskan "Dengan persetujuan istri saya Anna" dan "Di hadapan Ratu Anna."
Sejarawan Prancis mencatat, tidak ditemukan adanya kasus lain dalam sejarah Prancis ketika Dekrit kerajaan memuat prasasti semacam itu.
Inilah bentuk pengawasan, tanggungjawab manajemen tempo dulu. Tradisi arif yang saat sekarang sulit kita jumpai -- karena boleh jadi rawan penyelewengan.
Perihal Monumen Anna De Kyiv - Kyiv Princess diciptakan oleh duo kreatif seniman Ukraina terkenal Konstantin Skrytutsky dan Fedir Balandin.
Patung itu dibuat pada tahun 2015 dan bertengger di pusat kota Kyiv serta di kota Lviv Square, yang merupakan gerbang barat ibukota Ukraina.
Bahan patung adalah perunggu artistik khusus, dengan berat - sekitar 50 kilogram, tinggi hingga 140 cm.
Sebelumnya pada Februari 2018, atas prakarsa KBRI Ukraina, Konstantin dan Balandin pernah memamerkan karya karya fotonya yang bertajuk "Musim Dingin dan Summer di Kiev Ukraina" di Museum Diorama Monas Jakarta Pusat.
Peresmian dilakukan oleh Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno ditandai dengan pertukaran buku tentang wisata Jakarta dan buku Famous Ukraina.
Monumen Indonesia di Kyiv
Jangan berkecil hati dengan mengira hanya monumen karya seniman Ukraina yang (akan) terpasang di Jakarta.
Pertengahan 2017, saat baru saja memangku jabatan Duta Besar untuk Ukraina, Georgia dan Armenia, Yuddy langsung mewujudkan sebuah taman Indonesia di kota Kyiv.
Miniatur Indonesia terhidang di sebuah taman indah bersanding dengan ikon ikon terkemuka negara negara lainnya.
Yuddy berkisah. Konon ide membangun miniatur Indonesia sudah muncul sejak 10 tahun silam.
Namun tak kunjung terealisasi. Yuddy pun menyambangi petinggi National Botanical Garden, semacam Kebun Raya Bogor yang memang sudah menyiapkan lahan.
Semula pihak Botanical Garden kurang yakin. Maklum sudah 10 tahun lalu tawaran mereka belum juga bergayung sambut.
"Indonesia mendapat dua tempat. Satu yang sifatnya miniatur dengan luas sekitar 50 an meter persegi. Satu area lagi luasnya lebih besar karena keseluruhannya ada 120 hektar dan kami Indonesia mendapatkan lahan sekitar 5 ribu meter," ungkap Yuddy ketika itu.
Nasionalisme Yuddy pun terusik setelah menyaksikan miniatur ikon Jepang dan Korea sudah tegak. Ia pun bertekad mewujudkan wacana yang sudah tertunda 10 tahun itu. Lebih cepat lebih baik. Tapi KBRI Ukraina belum menganggarkannya. Apa boleh buat Yuddy merogoh kocek pribadinya.
Lima ikon utama Indonesia kini tak lagi menjadi khayalan. Sudah tersaji miniatur Borobudur, Monas, Pura Ulun Danu Brata, Mesjid Istiqlal dan Gereja Katedral lapangan Banteng.
Musim panas 2017 lalu masyarakat Ukraina yang berkunjung ke taman sudah dapat menikmati miniatur produksi perajin asal Boyolali Jawa Tengah. Pemilihan bahan baku tembaga mengingat cuaca di Ukraina yang bersalju dan super dingin.
Program Bahasa Indonesia
Kebanggaan lain, pada 3 Juli 2018, ada 7 mahasiswi program studi bahasa dan sastra Indonesia di Taras Shevchenko National University of Kyiv mengikuti upacara wisuda S2 setelah menempuh proses perkuliahan sekitar 6 tahun. Bahkan 5 diantaranya lulus dengan predikat cum laude.
"Ini momen yang sangat mengharukan sekaligus kebanggaan bagi kami. Kefasihannya berbahasa Indonesia dan juga pemahaman yang baik akan budaya Indonesia akan semakin memudahkan KBRI mempromosikan tanah air di manca negara, " ujar Dubes Yuddy didampingi Counsellor Pensosbud KBRI Kyiv Gatot Amrih Djemirin dan Prabowo Himawan salah seorang dosen sastra Indonesia dari Tarash University.
Untuk diketahui prodi bahasa dan sastra Indonesia di Tarash University berdiri tahun 2009. Wisuda prodi bahasa Indonesia ini adalah yang pertama kalinya untuk jenjang S2.
Menurut Gatot Amrih, tahun ini juga akan dibuka prodi S3 untuk Bahasa Indonesia. "Pihak universitas Tarash akan memberikan beasiswa bagi mahasiswa Tarash yang akan melanjutkan S3 nya," tambah Gatot.
Acara yang berlangsung di aula universitas ketika itu dihadiri antara lain Kepala Departemen Tarash Prof. Dr. Ivan Boodarenko, Direktur Institut Filologi Tarash Prof. Dr. Hrihori Semenyuk dan Rektor Tarash University Prof. Dr. Leonid Huberski.
Adapun wisudawati program studi bahasa dan sastra Indonesia yaitu Anna Lisyuk, Anastasiya Pustylnyk, Olena Koval, Valeria Rumyanstseva, Violeta Torgovytska, Yana Katkova dan Mykola Savchenko.
Satu orang lulusan diangkat sebagai pengajar yaitu Anna Lisyuk. Sementara dua lainnya mendapat rekomendasi melanjutkan ke jenjang S3, Anastasya Pustylnik dan Violeta Torgovytska.
Anna Lisyuk gadis berparas cantik mengaku bahagia setelah kelulusannya ini. "Saya menemukan banyak hal hal baru tentang Indonesia selama masa masa kuliah," ungkapnya bangga sambil memerkan piagam kelulusannya.
Tradisi Pergantian Musim
Sabtu siang 9 Maret 2019, saya menemani Dubes RI untuk Ukraina Prof Dr Yuddy Chrisnandi menghadiri sebuah acara tradisi warga Ukraina yang bernama Masliana.
Masliana adalah sebuah kearifan lokal warga Ukraina memperingati pergantian musim dari Winter ke Spring. Dari Musim Dingin ke Musim Semi.
Sambil menyantap aneka hidangan khas Ukraina serta mendengarkan gadis gadis jelita Kyiv bernyanyi, saya sempat diwawancarai oleh sejumlah wartawan.
Diantaranya AlkatRa TV, kelompok relawan yang berkampanye climate change, global warming serta penyelamatan lingkungan.
Saya langsung teringat sahabat saya Letnan Jenderal Doni Monardo yang kini mengkomandoi Badan Nasional Penanggulangan Bencana di Indonesia.
Ketimbang mengarang ngarang, saya langsung saja mengutip slogan BNPB: "kita jaga alam, alam menjaga kita.".
Saya juga meneruskan pesan pesan Doni yang kerap ia lontarkan dalam berbagai kesempatan khususnya perang terhadap sampah plastik dan ajakan menanam pohon serta tidak membuang sampah di sungai.
Di depan kamera dengan moncong mikrofon wartawan, saya serasa membayangkan diri sebagai "staf khusus resmi" kepala BNPB berpidato di luar negeri meski dengan bahasa Inggris yang terseok seok.
Teya Davitai reporter AllatRa TV yang mewawancarai saya berjanji akan mengirimkan videonya setelah ditayangkan.
Sebagai bentuk kecintaan kepada penyelamatan bumi, saya kemudian merekam dengan kamera handphone dua gadis cantik dengan kostum tradisional Ukraina untuk menyampaikan slogan BNPB: Kita jaga alam, alam jaga kita.
Selamat Sore dari Kyiv
Penulis mantan wartawan, dan aktivis teater