Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Jacinda Ardern, Pemipin Muda yang Berani
Penembakan di Christchurch masih menimbulkan kesedihan mendalam dan kemarahan seluruh warga Selandia Baru.
Editor: Rachmat Hidayat
Oleh Tantowi Yahya, Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Penembakan di Christchurch masih menimbulkan kesedihan mendalam dan kemarahan seluruh warga Selandia Baru.
Perasaan itu mereka tumpahkan bukan dalam bentuk ajakan kebencian, tapi seruan untuk saling menyayangi.
Hari Minggu lalu hampir 12.000 warga Wellington dari berbagai agama dan ras memenuhi sebuah lapangan untuk bersama-sama berdoa untuk kedamaian mereka yang telah menjadi korban, dan ketabahan mereka yang ditinggalkan.
Jumat besok, warga Wellington kembali akan berkumpul untuk memperingati seminggu aksi teror tersebut, yang perempuan diharapkan mengenakan tutup kepala seperti hijab sebagai bentuk penghormatan kepada ummat Islam.
Baca: Insiden Penembakan di Selandia Baru, Menhan Minta Masyarakat Bersabar dan Tidak Terpancing
PM Jacinda Ardern yang merupakan pemimpin dunia termuda (38 tahun), dianggap tidak berpengalaman menunjukkan kelasnya sebagai pemimpin yang berani dan berempati.
Dalam waktu cepat, ia mengumumkan ke dunia penembakan brutal di Christchursch sebagai aksi terorisme. Hal yang tidak dilakukan oleh pemimpin dunia manapun ketika di negerinya terjadi aksi brutal yang memakan korban ummat Islam.
Sehari setelah penembakan ia langsung terbang ke Christchurch menemui para korban dan keluarganya untuk menunjukkan simpati dan perhatiannya sebagai kepala pemerintahan.
Baca: Kesaksian Dosen asal Indonesia yang Selamat dari Penembakan Brutal di Masjid Selandia Baru
Dia peluk keluarga korban dan bisikkan agar tenang dan tabah. Pemerintahnya akan bergerak cepat untuk memastikan semuanya akan kembali normal. Dia pun memberikan jaminan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Ketika Presiden Trump menelfonnya dan bertanya apa yang Amerika bisa lakukan, dia jawab "Ramahlah kepada ummat Islam". Tak berapa lama Trump bikin Tweet "I love New Zealand".
Pasca kejadian, suasana di Selandia Baru berangsur normal meski tetap ada rasa khawatir dan sedih. Tidak ada hoaks, tidak ada orang serta kelompok yang mempolitisir keadaan untuk kepentingan tertentu.
Tidak ada pula yang maki-maki dan demo untuk melampiaskan kemarahan. Semuanya mendengarkan dan turut ke pemerintah karena mereka tahu pemerintah akan membuat perhitungan ke teroris dengan caranya sendiri.