Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Sanur Village Festival ke XIV: Dharmaning Gesing – Memuliakan Bambu
Dharmaning Gesing dapat diartikan secara harafiah sebagai hal dalam memuliakan atau kewajiban berbuat baik terhadap bambu. Tanaman bambu menjadi bahas
Editor: Toni Bramantoro
Dharmaning Gesing dapat diartikan secara harafiah sebagai hal dalam memuliakan atau kewajiban berbuat baik terhadap bambu. Tanaman bambu menjadi bahasan kesadaran filosofi bambu di Bali.
Bambu merupakan salah satu jenis tanaman yang paling banyak digunakan mayarakat Bali dalam kehidupan sehari-hari. Hampir di setiap upacara keagamaan, bambu pasi digunakan, baik daun maupun batangnya.
Bambu juga menjadi salah satu unsur penting bangunan arsitekur adat Bali. Bagi masyarakat Bali, bambu memang memiliki filosofi kuat dan sangat mendalam.
Sifat-sifat baik dan keunggulan bambu dibandingkan tanaman lainnya menjadi spirit dan semboyan hidup bagi masyarakat Bali.
Bambu semasa kecil tumbuh tegak, namun saat tua akan merunduk. Ini adalah lambang filosofi Hindu Bali yang selalu menjaga sopan santun.
Disamping itu bambu juga memiliki sifat semakin lama semakin kuat, baik akar yang membentuk rumpun kesatuan maupun batangnya yang kuat.
Sebagai salah satu contoh, bambu yang dimanfaakan dalam sunari. Benda yang terbuat dari buluh bambu yang dilubangi dan dapat mengeluarkan suara saat diterpa angin.
Dalam keyakinan Hindu Bali, sunari merupakan symbol Dewa Brahma, dan pada lengkungannya terdapat kera yang merupakan symbol maruti, yang berasal dari kata marut atau angin.
Sunari yang bentuknya bambu utuh menjulang tinggi ini erat kaitannya dengan akivitas dan budaya agraris. Sunari yang konon berarti sunar atau sinar memiliki makna sebagai penerang umat manusia dalam hidup dan kehidupan.
Konteks Sunari juga mendekatkan pada Sanur yang dulunya adalah wilayah agraris serta nama Sanur sendiri yaitu Saha Nuhur atau sinar suci yang dapat memberikan penerang bagi kehidupan.
Sanur Village Festival mengusung tema bambu bukan saja membicarakan mengenai bambu secara materi saja, namun juga melalui kesadaran dan falsafah hidup disamping memahami manfaat dan fungsinya, serta kelestariannya.
Melalui tema Dharmaning Gesing Sanur Village Festival ingin mendekatkan kembali sebuah penghormatan pada unsur alam yang menjadi guru dan petunjuk bagi keselarasan hidup di muka bumi ini.