Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Sepuluh Kelemahan Kesebelasan Nasional Indonesia (Bagian 2)
Ada 10 kelemahan kesebelasan Indonesia. Tanpa pembenahan kesepuluh kelemahan ini, tim Indonesia tidak bakal pernah berjaya.
Editor: Dewi Agustina
Penulis: Wina Armada Sukardi
ADA 10 kelemahan kesebelasan Indonesia. Tanpa pembenahan kesepuluh kelemahan ini, tim Indonesia tidak bakal pernah berjaya.
Berikut 10 kelemahan kesebelasan Indonesia.
(1) Kurangnya Kebiasan Pemain Indonesia Berlari Tanpa Bola
Para pemain Indonesia dalam satu dekade terakhir lebih banyak terpaku pada tempatnya.
Kalau pun bergerak atau berlari tanpa bola tidak otomatis, tidak antisipatif, lebih sporadis serta tidak terencana.
Padahal berlari tanpa bola merupakan hal mendasar dan penting dalam sepak bola.
Berlari tanpa bola memberikan banyak kemanfaatan.
Berlari tanpa bola pertama-tama akan membuat pemain lebih dekat kepada pemain yang memegang bola.
Selama ini pemain nasional yang menguasai bola hampir selalu kesulitan mau memberikan operan kepada siapa.
Pemain yang memegang bola sering tak menemukan anggota kesebelasannya yang dapat menerima operan bola karena berada pada posisi yang jauh atau pada posisi dikawal atau dibayangi lawan.
Akibatnya aliran bola sering tersendat dan menghambat serangan, bahkan dapat membahayakan pertahanan.
Kemudian berlari tanpa bola juga akan membuat pemain yang menguasai bola akan selalu dapat memgoper bola kepada temannya, membuka ruang-ruang baru sehingga pertahanan lawan dapat ditembus.
Selama ini para pemain kesebelasan kita karena kurang berlari tanpa bola menjadi kehilangan kreativitas.
Apalagi kalau lawan menarik sebagian pemainnya ke belakang, pemain Indonesia bingung bagaimana menembus pertahanan lawan.
Baca: Daftar Susunan Pemain PSIM vs Persis Liga 2 2019, Kedua Tim Targetkan Kemenangan
Berlari tanpa bola juga dapat membuat komposisi strategi lawan kocar-kacir.
Banyaknya pemain yang berlari tanpa bola terus membuat lawan perlu memperhatikan atau menjaga pemain yang berlari tanpa bola.
Buntutnya komposisi yang sudah diatur lawan dapat kacau balau dan membuat kesebelasan kita membuat banyak peluang.
Selama ini pemain nasional kita amat jarang berlari tanpa bola. Mereka hanya berpindah tempat ala kadarnya, atau berlari sporadis kalau mau ada serangan balik.
Tak mengherankan boro-boro dapat memporakporandakan komposisi dan strategi lawan, sebaliknya pemain kita hampir selalu kesulitan mau memberikan bola kepada siapa.
Jangan dilupakan pula, berlari tanpa bola pun memberikan pesan kepada pihak lawan, bahwa kesebelasan kita berniat untuk menang dan ingin menguasai pertantingan. Ini bagian dari perang psikologis yang penting.
Dalam sebuah pertandingan sepak bola, bukan aspek teknis aja yang menentukan hasil pertandingan, tetapi juga persoalan mental.
Kesebelasan yang mentalnya tertekan akan lebih banyak kehilangan konsentrasi, tidak fokus dan sebagian kemampuannya.
Baca: BREAKING NEWS: Guru SMK Ichthus Manado Diduga Ditikam Siswanya
Selama ini pemain kesebelasan kita kurang berlari tanpa bola sehingga lawan tak begitu gentar dan berani kepada kesebelasan kita. Lawan juga menjadi nyaman lawan kesebelasan kita.
Ke depan pemain kita harus diajari terus berlari tanpa bola.
(2) Kurang Jemput Bola
Kekurangan kedua dari kesebelasan nasional Indonesia, para pemain Indonesia jarang sekali “menjemput” bola.
Para pemain cenderung selalu menunggu bola. Ketika lawan mengoper bola ke kawannya, pemain Indonesia menunggu di belakang pemain yang menerima operan, tidak memotong atau “menjemput” bolanya.
Walhasil, pemain kita sulit merebut bola dari lawan. Hal ini juga menyebabkan pemain lawan memiliki kesempatam membuat variasi piliham dan manuver.
Tanpa kebiasaan jemput bola kesebelasan kita membiarkan lawan bebas menerapkan strategi yang mereka pilih.
Tiadanya tradisi jemput bola membuat lawan dapat menguasai jalan pertandingan dan sekaligus menciptakan terobosan berbahaya.
Akibat pemain Indonesia hampir selalu dalam posisi bertahan, baik dalam pertandingan kandang apalagi pertandingan tandang.
Baca: Wury Estu Handayani Curi Perhatian, Berikut 4 Fakta Menarik Sosok Istri Maruf Amin
Ketika Mener Will Cover menjadi pelatih PSSI dulu, dia selalu mengajar agar pemain kita melakukan jemput bola.
Hasilnya, kesebelasan kita masuk babak final penyisihan pra dunia di salah satu group Asia.
Waktu itu Indonesia hanya kalah adu pinalti lawan Korea Utara. Tetapi setelah itu pemain Indonesia kembali hampir tidak melakukan jemput bola.
Jarangnya pemain Indonesia “jemput bola” lantaran pemain kita tidak ada inisiatif membaca kemana bola bakal dioper lawan, tetapi cenderung menunggu apa yang terjadi, baru bereaksi.
Dampaknya selain sering terlambat juga membiarkan lawan mudah menjebloskan bola ke gawan kita. (bersambung)