Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Kondisi The New Normal: Antara Ghost Protocol dan Desentralisasi Global

New Normal merupakan habitus baru dalam kehidupan manusia ketika suatu negara dalam pengaruh Covid-19.

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Kondisi The New Normal: Antara Ghost Protocol dan Desentralisasi Global
Istimewa/Warta Kota
Alumnus Lemhannas PPSA XXI yang juga Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa), AM Putut Prabantoro. 

Oleh: AM Putut Prabantoro

Alumnus Lemhannas PPSA XXI

Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa)

Presidium Bidang Komunikasi Politik Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA)

JIKA boleh diibaratkan, pemerintah Indonesia adalah Tim Mission Impossible dalam filmnya Ghost Protocol dengan Ethan Hunt sebagai tokoh utamanya.

Bersama timnya, Ethan Hunt harus menyelamatkan dunia (baca: Indonesia) dengan cara mengalahkan musuh utamanya yang tak berwujud seperti hantu yakni Covid-19.

Selain itu, Tim Ethan Hunt juga memiliki misi membangun kembali Indonesia dari kerusakan termasuk trauma masyarakat yang telah ditimbulkan oleh Covid-19.

Berita Rekomendasi

Hal yang menjadi kegundahan adalah sekalipun covid-19 masih menjadi pandemi, Tim Mission Impossible ini tetap harus dapat mengantarkan masyarakat ke dalam tatanan kehidupan baru.

Misi ini sangat berat jika tidak dapat dikatakan mustahil karena Indonesia harus menyelesaikan permasalahannya sendiri termasuk mandiri dalam segala hal.

Tanpa disadari, semua negara terperangkap dalam desentralisasi global, kondisi dimana setiap negara harus fokus pada persoalan domestik yang ternyata sama dengan Indonesia.

Setelah Covid menjadi pandemi, masing-masing pemerintah me-lockdown-kan negaranya dan melarang pendatang asing masuk ke wilayahnya.

Setidaknya 68 negara telah menyatakan larangan kepada pendatang asing termasuk Indonesia. Artinya setiap negara akan menyelamatkan hidupnya, berjalan sendiri sampai pada keyakinan pandemi sudah usai.

Karena orang harus hidup, sementara Covid belum ada penawarnya, setiap negara yang terdampak menyiapkan protokol New Normal untuk mengantarkan masyarakatnya ke tatanan kehidupan baru.

Indonesia tidak terkecuali. Indonesia harus segera membangun kembali seluruh sendi kehidupan yang terdampak Covid termasuk ekonomi dan sosial meski kondisinya sudah tidak sama.

New Normal merupakan habitus baru dalam kehidupan manusia ketika suatu negara dalam pengaruh Covid-19.

Habitus baru itu menyangkut cara baru untuk hidup termasuk berpikir, berkomunikasi, berperilaku dan bertindak. Mengingat alam itu selalu menemukan, keseimbangannya sendiri, habitus baru itu merupakan bentuk keseimbangan yang terkait antara apa yang seharusnya dan apa yang sebaiknya.

Oleh karena itu, New Normal harus dijadikan momentum bagi Indonesia untuk mewujudkan The New Indonesia yakni negara yang mandiri dan bebas dari ketergantungan.

Melalui New Normal ini, habitus baru Indonesia harus berujung pada terwujudnya ketahanan nasional yang dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk ipoleksosbudhankam, demografi, geografi dan manusianya.

Meskipun dianggap mustahil atau impossible, sebenarnya sudah kepalang tanggung. Karena desentralisasi global terbentuk, seharusnya New Normal atau habitus baru Indonesia berakhir pada terwujudnya The New Indonesia yakni negara Indonesia yang mandiri dan kuat.

Ketidakpastian akan masa depan dalam New Normal, demikian diungkapkan lebih lanjut, dihadapi seluruh negara termasuk Indonesia.

Tak satu negarapun yang dapat memastikan kapan pandemi ini berakhir atau malah ada ancaman lain yang baru. Yang perlu diperhatikan, ungkapan “survival of the fittest” atau seleksi alam semakin banyak digunakan untuk mempertanyakan kemampuan dan kekuatan suatu negara untuk dapat keluar dari krisis tersebut.

Ini seperti pepatah yang mengatakan, “Jika ukurannya adalah besar, maka gajah adalah raja rimba dan bukan singa.”

Masih terkait dengan New Normal, saya teringat tag line Ghost Protocol yakni, “No Plan, No Back-Up dan No Guide”.

Tag Line ini sekaligus mengingatkannya tentang kekalahan Jepang atas Sekutu setelah pemboman Hirosima dan Nagasaki sebagai momentum kemerdekaan Indonesia.

Tidak ada satu rencana, tidak ada dukungan kekuatan dari negara besar ataupun petunjuk menjalankan sebuah negara yang baru merdeka, ketika Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Dalam situasi yang serba tidak pasti itu, Tim Mission Impossible yang dipimpin oleh Soekarno menjalankan negara Indonesia.

Meskipun disebut mustahil, impossible, tidak mungkin, atau tidak pasti, habitus baru atau new normal tetap harus dijalankan jika ingin hidup. Hanya, kemustahilan menjadi kenyataan ketika seluruh beban dijatuhkan kepada pemerintah semata dan masyarakat bersikap terserah. Ini momentum bangsa Indonesia. Masyarakat dan pemerintah harus menjadi tim mission impossible.

Selain itu, yang tidak kalah penting, masyarakat juga harus bahu membahu bersama pemerintah dalam menghilangkan trauma terhadap Covid-19 yang ada dalam masyarakat.

Secara tidak sadar, Covid memunculkan trauma di tengah masyarakat dan ini harus dihilangkan.

Trauma karena takut akan tertular hingga kematian akibat Covid menjadi salah satu kendala keberhasilan dan poin penting yang harus diperhatikan dalam The New Normal. (*/)

Artikel Juga Sudah Tayang di Tribun Batam dengan Judul  The New Normal: Antara Ghost Protocol dan Desentralisasi Global,

Sumber: Tribun Batam
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas