Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Nikita Vs Maaher: Siapa Menang?
Sebenarnya tidak kotor-kotor amat ketika Nikita menyebut di Instagram Story-nya bahwa habib yang baru pulang dari Arab tukang obat.
Editor: Hasanudin Aco
Oleh: Karyudi Sutajah Putra
TRIBUNNEWS.COM - Nikita bukan perempuan suci.
Nikita perempuan biasa. Bahkan bagi sebagian orang, artis kontroversial ini dianggap kotor.
Minimal abu-abu. Ketika dari otak Nikita menyembur kata-kata yang dianggap kotor, meskipun sebenarnya tidak, tak seberapa gaungnya.
Berbeda halnya dengan orang suci.
Atau setidaknya orang yang menganggap dirinya suci. Katakanlah Maaher At-Thuwailibi yang bernama asli Soni Eranata.
Ketika dari otaknya meluncur kata-kata kotor, maka gaungnya sungguh cetar membahana.
Baca juga: Nikita Mirzani Terharu Perseteruannya dengan Ustaz Maaher At-Thuwailibi Banjir Dukungan
Bila noda hitam yang muncrat dari otak Nikita mengenai pribadinya yang abu-abu atau bahkan hitam, maka bercak noda itu tak terlampau kelihatan.
Sebaliknya, bila noda hitam yang muncrat dari otak Maaher mengenai pribadinya yang putih, maka bercak noda itu akan tampak hitam legam.
Sebenarnya tidak kotor-kotor amat ketika Nikita menyebut di Instagram Story-nya bahwa habib yang baru pulang dari Arab tukang obat.
Tukang obat bukan kata kotor. Hanya saja, ketika diksi "tukang obat" disandingkan dengan diksi "habib", maka makna habib mengalami peyorasi.
Tapi tidak kotor. Kalau dianggap kotor, maka para tukang obat sedunia patut protes.
Berbeda jauh dengan Maaher yang menyebut Nikita dalam komentar di Instagramnya sebagai, mohon maaf, "lonte" dan "penjual selangkangan".
Bukannya "lonte" dan "selangkangan" menjadi suci mengikuti pribadi sosok yang melontarkannya, melainkan justru pribadi yang melontarkannya itulah yang menjadi kotor ternoda.
Bagaimana bisa dari otak seseorang yang berpribadi suci, atau paling tidak merasa suci, semacam Maaher menyembur kata-kata kotor?
Kalau dari otak Nikita meluncur kata-kata kotor, itu sudah biasa. Meskipun tetap tak bisa dibenarkan.
Siapa Menang?
Usai "tweet war" (perang cuit), Nikita dan Maaher saling ancam lapor polisi, bahkan kini sudah melapor. Lantas, siapa yang akan keluar sebagai pemenang?
Tidak hanya lapor polisi. Maaher juga mengancam akan menggeruduk rumah Nikita dengan massa yang tak kepalang tanggung jumlahnya: 800 orang!
Maaher sudah mendapat tambahan kekuatan dari Rizieq Syihab. Saat berceramah di kediamannya di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat, dalam rangka Maulid Nabi Nuhammad SAW dan menikahkan putrinya, Najwa Syihab, Sabtu (14/11/2020), Rizieq, sebagaimana Maaher, menyebut Nikita sebagai, maaf, "lon**".
Bagaimana bisa dari mulut seorang habib yang konon suci, dan mungkin disucikan, membuncah kata-kata kotor? Kata adalah cerminan hati.
Hati adalah sumber dari akhlak. Akhlak bangsa saat ini sedang hendak ia revolusi.
Adapun Nikita mendapat tambahan kekuatan dari hanya 50 orang pendukungnya yang mayoritas emak-emak yang menyalakan lilin di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Sabtu (14/11/2020) malam, namun harus bergeser ke kawasan Monas, Jakarta Pusat, karena diusir polisi.
Baca juga: Sebut Nikita Mirzani Wanita Tunasusila, Ustaz Maaher: Kenyatannya Tindakan Dia Lebih Tidak Beradab
Nikita, 34 tahun dan "single parent" dari tiga anak, juga mendapat tambahan amunisi, yakni jejak digital Maaher di media sosial yang diduga menyerang kehormatan Habib Luthfi Bin Yahya dari Pekalongan.
Meski sudah dihapus, namun jejak digital itu tak akan pernah hilang.
Ada seseorang yang kemudian melaporkan Maaher ke polisi terkait Habib Luthfi.
Rumah Nikita di bilangan Petukangan, Jakarta Selatan, kemudian mendapatkan penjagaan dan pengamanan dari Polres Jaksel. Inilah yang memicu kritik dari Rizieq bahwa, mohon maaf, "lonte" dijaga polisi.
Nikita yakin, Maaher akan masuk penjara. Lalu bagaimana dengan Nikita?
Kalaupun harus masuk penjara, bui bukan tempat yang asing bagi Nikita.
Mungkin tak akan terlalu menjadi beban bagi mantan istri pengusaha Dipo Latief ini.
Nikita bahkan sedikit diuntungkan dari kasusnya ini. Setidaknya "image" dia sebagai artis miring akan sedikit bergeser.
Bahkan kini Nikita seakan menjadi ikon perlawanan terhadap radikalisme, ketika tak seorang pun berani melakukannya.
Memang bagi siapa pun, dan juga pemerintah, mendukung Nikita tak terlalu menguntungkan.
Sebab akan dicap miring. Tapi apa boleh buat. Para musuh radikalisme tak punya banyak pilihan.
Sejauh ini belum ada sosok seberani Nikita dalam melawan mereka. Termasuk Presiden Joko Widodo.
Sebaliknya, kalau Maaher masuk penjara, para pendukungnya pasti akan geger.
Lalu ramai-ramai menyulut api fitnah dan menuduh pemerintah melakukan kriminalisasi ulama. Nah, lho!
* Karyudi Sutajah Putra, pegiat media, tinggal di Jakarta.