Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Memberi Maaf dan Berlaku Hati-hati
Bilamana emosi memuncak maka segala kesalahan orang akan nampak dan bilamana perasaan benci itu datang maka segala kesalahan
Editor: Hendra Gunawan
Penulis Deni Nuryadin *)
SEORANG sahabat bertanya kepada temannya, "mengapa sampai dengan saat ini kamu tidak berkomunikasi lagi dengan dia?".
Lalu teman yang ditanyanya pun menjawab dan berkata; "saya tidak akan pernah memaafkan kesalahan dia 1 tahun lalu, bagaimana rasanya saya dikhianati, sakit rasanya hati ini"
Dialog dua orang sahabat di atas merupakan gambaran kehidupan kita sehari-hari. Di waktu yang sama bisikan setan mempengaruhi seseorang untuk tidak berbuat mulia dengan memberi maaf, diwaktu bersamaan pula terbersit ingatan bagaimana perilaku perbuatan buruk orang lain terhadap kita.
Bilamana emosi memuncak maka segala kesalahan orang akan nampak dan bilamana perasaan benci itu datang maka segala kesalahan orang akan muncul.
Mengapa kita tidak berjiwa besar memaafkan dengan mencontoh orang-orang mulia seperri para Nabi, apabila kita tengok sejarah perjuangan Nabi Muhammad dimana selama hidupnya didhalimi bisa kita bayangkan bagaimana perjuangan dan pengorbanan beliau dalam mempertahankan aqidah kepada Allah SWT, penderitaan dan siksaan yang Nabi terima dan seakan tidak ada habisnya tak menyurutkan kasih sayang beliau sampai pada akhir menjelang wafat usianya beliau masih memikirkan nasib iman umatnya dengan bertanya kepada malaikat Jibril bagaimana dengan nasib iman umatku,...umatku,
Begitu mulianya akhlaq dan kelembutan hati.para Nabi yang sudah dijamin masuk Surga dan senantiasa terhindar dari perbuatan salah dan dosa pada akhirnya memberikan maaf dan merangkul agar umat menjadi pengkutnya dan beriman kepada Allah SWT.
Ternyata dibalik kalimat memberi maaf Nabi ingin memberikan rahasia keutamaan bagi siapa saja yang pada saat mempunyaii kesempatan untuk membalasnya namun justru ia memberi maaf. Hal ini sesuai dengan salah satu hadist Rasulullah SAW menggambarkan keutamaan sifat pemaaf, artinya:
"terdapat tiga hal barangsiapa yang padanya tiga hal itu, (maka) dia akan akan dilindungi oleh Allah, dan Allah akan merahmatinya, dan akan memasukkan ke surga Nya, yaitu:
1. bila ia diberi, ia bersyukur.
2. bila dia mampu melakukan pembalasan, dia memberi maaf
3. dan bila ia marah, surut amarahnya"
Melupakan kesalahan orang lain dan tidak mengingatnya merupakan cerminan akhlak mulia, sebagaimana Al Hasan Al Bashri rohimahullah berkata, artinya: "Taghoful (memberi maaf) adalah akhlaq orang-orang yang mulia."
Namun demikian dalam rangka menghindari bahaya yang mengancam dan untuk keselamatan bersama, ditambah karena adanya pergantian zaman dan generasi yang mempengaruhi kondisi situasi yang terjadi dari waktu ke waktu, maka di dalam konteks di atas memberi maaf tak hanya sekedar menghilangkan kesalahan masa lalu dengan menguburnya begitu saja, namun lebih dari itu bagi orang yang memberi maaf maka hal ini seharusnya menjadi pelajaran atau hikmah atau nasehat untuk dirinya, sehingga kedepannya ia akan bersikap dan bertindak lebih waspada dan hati-hati serta berdoa agar senantiasa terhindar dan dilindungi oleh Allah SWT dari kesalahan yang sama dari masa lalu dapat berulang kembali menimpa pada generasi selanjutnya.
Sebagaimana di dalam Alquran surah Al -Mukminun ayat 94, artinya: "ya Tuhanku, janganlah Engkau jadikan aku berada diantara kaum yang dhalim"
Semoga kita menjadi golongan orang-orang yang mampu mengendalikan diri sehingga dengan memberi maaf merupakan jalan terbaik agar kita senantiasa mendapatkan rahmat- Nya, Aamiin YRA.
*) Deni Nuryadin adalah relawan BAZNAS