Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mengenal The Theranos dan Skandal Teknologi Kesehatan di AS
Bisnis ini menggaet tokoh-tokoh ternama AS, termasuk Jenderal James Mattis, mantan Menteri Pertahanan era Presiden Donald Trump.
Editor: Setya Krisna Sumarga
OLEH : AWESTI TUNGGO ARI, Alumnus FH UGM/Ibu Rumah Tangga
SKANDAL besar sebuah start up di Silicon Valley yang meramaikan dunia, bernilai US$ 9 billion, kembali dibicarakan orang.
Pendirinya yaitu Elizabeth Holmes dinyatakan bersalah. Empat dari 11 tuduhan yang diajukan jaksa, dikabulkan pengadilan di San Jose, California, Amerika Serikat, pada 3 Januari 2022.
Proses peradilan berjalan cukup lama, dari September 2021 sampai Januari 2022.
Awal mulanya adalah sebuah terobosan, disrupsi teknologi di bidang lab testing. Tes laborat konvensional memerlukan setidaknya sebotol sampel darah untuk setiap macam tesnya.
Ini memerlukan waktu untuk mendapatkan hasil tesnya. Nah, The Theranos diklaim foundernya hanya memerlukan satu drop darah untuk melakukan tes.
Mulai yang sederhana, seperti tes kolesterol hingga kanker dan analisis genetika yang kompleks. Slogan perusahaannya berbunyi ”One tiny drop changes everything”.
Klaim ini langsung dipercaya, sebab menawarkan kepraktisan dan menekan beaya. Tes konvensional memerlukan banyak beaya dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil.
Sedang The Theranos menawarkan beaya murah dan hasil bisa didapat dalam waktu empat jam. Perusahaan dibangun pada 2003, dan pada 2014 telah mencapai nilai US$ 9 billions.
Klaim mereka telah melahirkan revolusi di bidang diagnosis penyakit dengan mesin kecil bernama Edison merupakan tehnologi yang dijanjikan Theranos.
Sekali finger prick untuk pengambilan sampel darah, lebih dari 200 macam tes bisa dilakukan.
Gaet Investor Kakap
Klaim tersebut menyebabkan The Theranos tidak hanya mampu menggaet investor kelas kakap, tetapi juga public figure ternama untuk menjadi dewan direksi dan komisaris perusahaan.
Program TV 60 minutes Australia menyebutkan ada 3 former US Cabinet Secretary, 2 former US Senator, retired Marine Court General, retired Navy Army yang duduk dalam board.