Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Waspada Anemia Defisiensi Besi
Anemia yang dibiarkan dalam jangka waktu yang lama akan berdampak buruk bagi kesehatan. Dampak buruk yang terjadi bisa mengenai sembarang usia.
Editor: Sri Juliati
Oleh: dr Wahyu Djatmiko SpPD KHOM
Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
DI Indonesia, anemia masih merupakan masalah kesehatan. Gejalanya yang beragam, dari yang tanpa gejala sampai dengan bergejala berat, membuat anemia sering kali diabaikan.
Padahal anemia yang dibiarkan dalam jangka waktu yang lama akan berdampak buruk bagi kesehatan. Dampak buruk yang terjadi bisa mengenai sembarang usia.
Pada usia balita dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang, masalah kognitif dan rentan terhadap infeksi.
Pada usia anak dan remaja dapat menyebabkan turunnya daya konsentrasi belajar yang berdampak terhadap prestasi di sekolah.
Sementara pada usia dewasa dapat berakibat terjadi penurunan produktivitas kerja.
Bahkan jika anemia defisinsi besi terjadi pada ibu hamil, akan memberikan risiko kelahiran bayi prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah.
Anemia defisiensi besi juga meningkatkan risiko kejadian kematian ibu dan anak.
Mengapa hal ini dapat terjadi?
Seperti diketahui anemia adalah kondisi di mana terjadi penurunan jumlah sel darah merah dan atau kadar hemoglobin di dalam sirkulasi darah tubuh kita.
Penurunan ini mengakibatkan kemampuan sel darah merah dalam mengedarkan oksigen yang ditangkap oleh paru-paru akan terganggu.
Sehingga metabolisme sel-sel tubuh yang sangat membutuhkan oksigen pada gilirannya juga ikut terganggu.
Kadar normal hemoglobin pada laki-laki dewasa minimal 13g/dL, pada wanita dewasa adalah 12g/dL. Sementara pada wanita hamil setidaknya 11g/dL.
Cukup banyak penyebab anemia. Defisiensi atau kekurangan zat besi adalah salah satu penyebab tersering.
Zat besi memegang peran penting dalam pembentukan sel darah merah.
Hemoglobin yang berada di dalam sel darah merah membutuhkan 4 ion besi agar strukturnya sempurna.
Kekurangan zat besi dapat diakibatkan oleh kurangnya asupan zat besi dari makanan.
Kebiasaan pola makan sehari-hari yang miskin asupan zat besi, misalkan pada vegetarian juga berpotensi mengakibatkan anemia defisiensi zat besi.
Penyebab lainnya adalah serapan zat besi di saluran cerna yang tidak adekuat maupun akibat kehilangan darah dalam jumlah yang cukup banyak dan sering, misalkan pada wanita yang mengalami haid berkepanjangan.
Demikian pula pada kondisi kebutuhan zat besi yang meningkat seperti pada kehamilan.
Seseorang yang mengalami anemia defisiensi besi dapat merasakan beberapa hal seperti kondisi lesu, mudah letih, mudah berdebar-debar saat beraktivitas, mata berkunang-kunang, pusing, sesak napas dan sulit untuk berkonsentrasi.
Sebagian orang dengan anemia defisiensi besi juga mengeluhkan rasa kesemutan pada kaki dan telinga berdengung.
Sementara orang yang diduga menderita anemia defisiensi besi dapat dilihat dari tampilan fisik berupa kulit yang pucat, ada luka di sudut bibir, lidah yang biasanya kasar berubah menjadi licin dan kuku yang rapuh.
Beberapa pemeriksaan biasanya akan dilakukan oleh dokter jika menemui kondisi seperti itu.
Pemeriksaan darah lengkap ditujukan untuk melihat kadar hemoglobin dan jumlah sel darah merah.
Pemeriksaan gambaran darah tepi untuk menilai bentuk sel darah merah dan yang tidak kalah pentingnya adalah pemeriksaan cadangan zat besi yang ada di dalam tubuh.
Pada anemia defisiensi besi berat, cadangan zat besi dalam tubuh bisa mendekati nol.
Pengobatan anemia defisiensi besi tergantung kadar hemoglobin dan kondisi yang mendasarinya.
Mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi seperti daging merah, ikan laut, telur, kacang-kacangan dan sayuran hijau dapat meningkatkan asupan zat besi.
Konsumsi buah-buahan yang kaya dengan vitamin C dapat membantu proses serapan zat besi di saluran cerna.
Namun pada anemia defisiensi besi yang agak berat sumber zat besi dari makanan seringkali tidak mencukupi.
Sehingga harus diberikan suplementasi obat yang mengandung zat besi, baik yang diminum ataupun yang diberikan melalui suntikan.
Bahkan kalau kadar hemoglobin darah sangat rendah, dokter akan mempertimbangkan pemberian transfusi sel darah merah agar segera dapat meningkatkan kadar hemoglobin darah.
Kondisi yang juga perlu dikelola adalah penyebab lain yang mengakibatkan kehilangan darah.
Misalkan pada wanita dengan siklus menstruasi yang tidak normal, durasi yang panjang atau interval antar haid yang terlalu dekat, perlu berkonsultasi dengan dokter.
Di Indonesia, juga masih perlu dipertimbangkan pemeriksaan tinja.
Temuan adanya telur cacing di tinja merupakan petanda adanya infeksi cacing yang dapat mengakibatkan kehilangan darah dan akan mengakibatkan anemia defisiensi besi.
Mengonsumsi obat cacing setidaknya sekali dalam 6 bulan, dipertimbangkan jika ditemukan kondisi tersebut.
Jika mendapatkan gejala-gejala seperti disebut di atas, jangan ragu untuk konsultasi dengan dokter agar segera dapat dicari penyebabnya dan diberikan solusi pengobatan yang tepat.