Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kecepatan Jaringan Yang Mengalahkan Tarif
Pengguna yang mengaku memakai untuk akses media sosial ada 98,02%, mondar-mandir ke Instagram, Facebook, TikTok, YouTube.
Editor: Hendra Gunawan
Oleh Moch S Hendrowijono *)
TARIF tidak lagi jadi tuntutan konsumen telekomunikasi, karena kualitas jaringan dengan indikator faktor kecepatan (speed) dan kestabilan (stability) jadi lebih penting. Keinginan pengguna ini muncul setelah terjadi peningkatan pemakaian internet menggunakan jaringan baik mobile broadband maupun fixed broadband.
Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) yang dirilis Juni lalu mengindikasikan, pengguna naik 77,02 persen dengan jumlah pengguna internet sebesar 210.026.769 jiwa. Dari sisi penggunaan, rata-rata 50 % masyarakat mengakses internet antara 1-5 jam/hari 31 % lainnya antara 6-10 jam, angka itu paling dominan.
Baca juga: MTEL Akan Akuisisi 3.000 Menara Telekomunikasi di 2022
Dari beragam layanan jaringan internet, menurut APJII, peran operator telekomunikasi terbesar, diakses 77,64 % pengguna internet, akses WiFi di bawah 21 % . Hampir separuh (47,15 % ) pengguna internet mengaku, sinyal paling kuat dari operator sebagai alasan berlangganan.
Pengguna yang mengaku memakai untuk akses media sosial ada 98,02 % , mondar-mandir ke Instagram, Facebook, TikTok, YouTube.
Akses mencari berita sebanyak 92,21 % , hampir sama dengan membuka medsos. Sementara kebijakan akibat pandemi Covid-19 berupa belajar atau bekerja di rumah ada di urutan ketiga, 90,21 % .
Dengan utilitas seperti ini, kecepatan dan kestabilan amat relevan dengan tuntutannya. Dan, semua operator punya hak mempromosikan jaringannya merupakan yang tercepat.
Tetapi kesahihan data yang independen dan netral disajikan oleh OpenSignal, yang mengukur performa jaringan operator seluruh dunia. Secara berkala lembaga ini mengukur dengan melibatkan partisipasi pengguna, dan mereka dianggap paling fair.
Awal Juli 2022 ini, OpenSignal melaporkan pengukuran performa jaringan yang diambil berdasarkan data 1 Februari hingga 31 Mei 2022. Performa yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan adalah kecepatan unduh dan menunjukkan dua operator dengan speed di atas 15 Mbps, antara lain XL Axiata (18,7 Mbps) dan Telkomsel (16,26 Mbps). OpenSignal memberi catatan bahwa XL telah melakukan banyak improvement sehingga mampu menunjukkan hasil terbaik.
Lonjakan signifikan
Indikator lain, kemampuan jaringan operator mengakomodir pengalaman menikmati video. Saat ini konten streaming video maupun film menanjak secara eksponensial, tak hanya YouTube dan TikTok, juga layanan berlangganan film.
Untuk indikator pengalaman video semua operator, OpenSignal menampilkan yang kecepatannya di atas 40 Mbps. Masing-masing, Indosat 40,9 Mbps, Telkomsel 43,1 Mbps dan XL Axiata 44,8 Mbps.
Menurut analisis OpenSignal, baru kali ini XL Axiata menggungguli Telkomsel dengan temuan selama periode pengukuran, selain tercepat juga paling stabil.
Baca juga: Jaringan Tri Hilang dan Jadi Trending di Twitter, Ini Cara Mengatasi agar Internet Lancar Kembali
Pengalaman menikmati video sangat mengandalkan kecepatan tinggi dan kestabilan. Hal ini berlaku untuk seluruh resolusi video yang disediakan penyedia layanan. Mulai resolusi 360p, 720p, bahkan standar resolusi video streaming saat ini untuk kebutuhan digital broadcast, 4K.
Indikator krusial lainnya yang relevan dengan tren peningkatan penggunaan dilaporkan APJII, menikmati hiburan (salah satunya main game online). Di sisi ini, empat operator saling bersaing sama kuat, yaitu Smartfren, Telkomsel, Tri dan XL Axiata. Namun OpenSignal melihat lonjakan paling signifikan terjadi pada jaringan milik XL Axiata.
Sementara operator lain nyaris stabil, grafik operator yang identik dengan warna biru itu terlihat terus menanjak sejak Maret sampai Mei. Hasilnya untuk indikator pengalaman gim Tri berkecepatan rata-rata 66,97 Mbps, sedang XL Axiata menyusul di speed 63,37 Mbps.
Secara keseluruhan data OpenSignal di berbagai indikator memperlihatkan empat operator menampilkan performa yang stabil sejak Februari 2021. Namun agak berbeda dengan jaringan XL Axiata yang grafik kecepatannya mendaki sangat signifikan.
Seperti apa pengembangan yang dilakukan operator, khususnya XL Axiata yang terlihat paling menanjak. Faktor perubahan yang memberi pengaruh nyata adalah strategi mematikan jaringan 3G, sekaligus migrasi ke 4G bertahap. Perubahan ini menurut Direktur & CTO XL Axiata, I Gede Darmayusa meningkatkan kecepatan jaringan hingga 15 % .
“Jer basuki mowo beyo”
Langkah lain yang juga tengah dikembangkan adalah terus membangun jaringan serat optik (FO) yang menjadi infrastruktur utama generasi kelima (5G) karena BTS pada milimeterband tidak membutuhkan menara. Spektrum frekuensi milimeterband disebarkan lewat FO yang ditanam dan muncul setiap 200 hingga 300 meter, sesuai kemampuan radius cakupannya.
Jaringan broadband internasional vital untuk menghubungkan dengan jaringan dari negara lain. XL Axiata punya jaringan kabel laut (SKKL – sistem komunikasi kabel laut) 700 km antara Batam dan Sarawak yang dinamai BaSIC (Batam Sarawak International Cable System). SKKL berkapasitas 48 TB yang diresmikan Juni lalu menghubungkan jaringan XL ke Sarawak lalu Hongkong, ke dunia luar.
“Terhubungnya SKKL ke jaringan XL Axiata meningkatkan kualitas koneksi internet bagi pelanggan dan masyarakat Indonesia,” tambah I Gede Darmayusa.
Menjelang akhir Juni silam SKKL Echo Golden Buoy muncul di pantai Tanjung Pakis Karawang, Jabar. Jaringan sepanjang 15.000 km ini dari California melintasi Samudera Pasifik, mampir di Tanjung Pakis masuk ke sistem jaringan XL Axiata, diteruskan ke Singapura, dan sepanjang 4.000 km di antaranya ada di Indonesia.
Selain XL Axiata, Tekom juga memiliki sarana serat optik menghubungkan ke jaringan tulang punggung dunia sepanjang 170.035 km, di antaranya 105.335 km kabel laut domestik dan 64.701 km internasional.
Upaya yang dijalankan oleh sejumlah operator ini demi meningkatkan kemampuan broadband jaringannya mendapat respon dari pengguna internet di Indonesia. Kembali ke data survei APJII terbaru, sebagian besar (34.08 % ) memberi poin 8 (dari rentang 0 hingga 10), berarti puas.
Meskipun pelanggan harus maklum, semua peningkatan – untuk sejahtera – itu membutuhkan biaya. Seperti ungkapan kuno Jawa, jer basuki mowo beyo.
Kenyataan di masyarakat, pengguna internet Indonesia terbanyak (46,8 % ) mau mengeluarkan biaya internet sebesar antara Rp 50.000 hingga Rp 100.000 per bulan. Mereka rela mengeluarkan biaya lebih tinggi dari sebelumnya, asal kecepatan jaringan lebih baik. *
*) Jurnalis Senior Telekomunikasi dan Mantan Editor di Harian Kompas