Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Jaringan 3G Tak Dapat Diandalkan Lagi
Standar kecepatan Google untuk unduh konten video YouTube sejalan jutaan video yang rata-rata beresolusi HD 720p
Editor: Hendra Gunawan
Oleh Moch S. Hendrowijono *)
PERCEPATAN transformasi digital takkan terjadi jika kemampuan jaringan internet tidak mumpuni, tidak mendukung kebutuhan akses digital karena teknologinya usang yang tidak dapat dikembangkan. Salah satu agenda pemerintahan Presiden Joko Widodo, penghapusan (fadeout) jaringan 3G, Jaringan yang sudah melayani Indonesia 10 tahun lebih, ke generasi 4G.
Teknologi 3G menggantikan 2,75G yang mengakomodir penggunaan trasmisi data setelah penggunaan jaringan telekomunikasi berubah dari voice dan pesan ke layanan berbasis data (video, suara, dll).
Kecepatan semula 2 Mbps dianggap cukup, namun seiring dengan bertambahnya keragaman konten, kecepatan layanan digital, maupun bertambahnya pengguna, 3G sudah dianggap obsolete.
Standar kecepatan Google untuk unduh konten video YouTube sejalan jutaan video yang rata-rata beresolusi HD 720p dan rekomendasi mereka, kecepatan download minimal 2,5 Mbps. Sementara saat melakukan online meeting, Zoom menyarankan kepada pengguna kecepatan unduh 3,8 Mbps dan kecepatan unggah 3 Mbps.
Baca juga: Daftar Harga HP Xiaomi Bulan Agustus 2022, Redmi 10 5G hingga Redmi 9A
Semakin tinggi resolusi, kian tinggi pula kecepatan unduh yang dibutuhkan yang tak mungkin dipenuhi jaringan 3G dan ini diendus produsen perangkat. Xiaomi, misalnya, pada 2014 merilis smartphone berkapabilitas akses jaringan 4G, didahului Samsung saat merilis Galaxy S4, dan Value Edition jadi seri pertama yang disisipi chipset 4G.
HMD Global, pemegang brand Nokia yang mau tak mau ikuti perkembangan teknologi, sampai hari ini masih merilis features phone, tetapi berstandar 4G. Tidak ada lagi produsen yang hanya memproduksi ponsel 3G.
Produsen chipset untuk ponsel pintar atau tablet sejak lama bergegas menyiapkan prosesor-prosesor 4G/LTE dan Qualcomm memproduksi minimal chipset 4G, salah satunya adalah Snapdragon 680. Prosesor ini dirancang setelah Qualcomm melihat perubahan besar pada kebiasaan penggunaan smartphone.
Snapdragon 680 yang 4G itu mengakomodir pemutaran multimedia yang lebih panjang, mendukung game online yang makin butuh grafis dan reaksi cepat, juga kebutuhan fotografi. Qualcomm bahkan mengakui produk yang lebih cocok digunakan di smartphone entry level ini mampu men-support streaming video maupun audio dari konten-konten masa kini.
Jansen (32 tahun), seorang pemilik toko di bursa ponsel Roxy Mas Jakarta mengaku tidak lagi menjual ponsel 3G. “Enggak ada yang nanya, konsumen maunya 4G yang kameranya bagus, yang layarnya lebar,” ujarnya.
Tidak efisien
Ironis jika Indonesia masih mempertahankan jaringan 3G sementara industri terutama konsumen justru telah menikmati layanan 4G/LTE.
Menurut Asosiasi Penyelenggara Telepon Seluler Seluruh Indonesia (ATSI), pemakaian jaringan 3G di Indonesia Juli lalu tinggal 10 persen dari keseluruhan trafik data seluruh operator di Indonesia.
Bagi operator, melayani minoritas sangat tidak efisien walau bagi konsumen tidak ada bedanya, mereka membayar sama untuk menggunakan jumlah data yang sama di 3G. Generasi ke-4 ini jauh lebih cepat, benefitnya lebih tinggi, sehingga dalam satu waktu, pengguna dapat mengunduh atau streaming lebih banyak daripada yang bisa dilakukan 3G.
Baca juga: Telkomsel Matikan Jaringan 3G di 140 Kota di Maluku dan Papua
Karena, jika Anda memiliki uang sebesar Rp 10.000 lalu dibayarkan untuk jaringan 3G, akses ke internet yang diperoleh misalnya hanya 2 buah. Dengan uang yang sama, menggunakan jaringan 4G, akses internet bisa 4 atau lebih karena faktor kecepatan.
Salah satu operator telekomunikasi yang paling getol meng-upgrade 3G menjadi 4G adalah Telkomsel, proses penggantian di kalangan pelanggan sudah berlangsung lama. Telkomsel optimis dapat merampungkan proses migrasi jaringan 3G ke 4G/LTE tuntas di 2022, dengan lebih 49.000 BTS 3G di 504 kota/kabupaten mulai Maret.
“Upaya ini meningkatkan pengalaman gaya hidup digital masyarakat, sekaligus membuka percepatan transformasi perekonomian nasional melalui pemanfaatan teknologi berbasis digital,” tutur Nugroho, Direktur Network Telkomsel.
Baca juga: Telkomsel Sudah Nonaktifkan 3G di Tiga Daerah, Jabodetabek Kapan?
Peningkatan jaringan tak hanya berdampak bagi masyarakat perorangan. Industri juga membutuhkan keandalan jaringan yang lebih cepat untuk proses bisnis mereka. Sebuah studi yang dilakukan oleh operator EE di Inggris menyebutkan ada lima kebutuhan mendesak atas kehadiran 4G.
Kebutuhan akan kecepatan transfer file, kecepatan pengaturan di seluruh tempat kerja, pengaplikasian konsep M2M (machine to machine) dan pemantauan jarak jauh. Juga konferensi video dan kolaborasi media, serta akses aplikasi yang dapat dilakukan di mana saja.
Dengan Bakti membangun
Studi diperkuat fakta, sebanyak 47% perusahaan mengaku dapat memangkas biaya produksi, sebanyak 39% pebisnis sukses memenangkan lebih banyak bisnis.
Jaringan 3G harus ditinggalkan, terutama jika di tengah proses up grade berlangsung pembangunan jaringan baru guna pemerataan di kawasan-kawasan yang belum memperoleh akses. Keduanya harus bersamaan menggunakan teknologi 4G, seperti yang ditetapkan pemerintah dalam memenuhi kewajiban layanan umum, universal service obligation (USO).
Melalui Bakti Kominfo, Telkomsel merancang pembangunan 7.772 BTS 4G/LTE titik desa, menghadirkan pemerataan akses jaringan broadband di wilayah 3T (terdepan, tertinggal dan terluar) di Indonesia. Agar seluruh masyarakat punya hak menikmati akses jaringan internet.
Negara-negara Asia Tenggara maju dengan kebijakan meng-upgrade jaringan 3G-nya, Vietnam mematikan seluruh jaringan 3G tahun ini. Kini mayoritas pelanggan 4G di 4 operatornya mencapai 89,42%, sisanya pelanggan 3G 10,04% dan sisanya 0,54% pelanggan 5G.
Di Malaysia, Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC) sejak awal 2021 mengedukasi pelanggan agar pindah ke 4G. Proses migrasi dituntaskan sampai akhir tahun dan sukses memigrasi 1,2 juta pelanggan 3G ke 4G.
Baca juga: Telkomsel Tingkatkan Layanan Jaringan dari 3G ke 4G Bertahap hingga Akhir 2022
Proses up grade jaringan di seluruh BTS berjalan simultan hingga berhasil meningkatkan 94,03% jangkauan 4G di seluruh area. Hasil pengukuran kecepatan unduh pasca September 2021 menembus 31,34 Mbps.
Sri Lanka yang sedang krisis pun melakukan hal serupa. Salah satu operator, yaitu Airtel Lanka (Bharti Airtel) sejak 24 Juni lalu mematikan 3G, pelahan ganti ke 4G dengan target 15 bulan ke depan.
Artinya improvement jaringan 3G menjadi 4G adalah sebuah keniscayaan. Agar semua senang, semua menang. (*)
*) Penulis adalah Jurnalis Telekomunikasi Senior dan Mantan Editor Harian Kompas