Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Layanan Digital Buka Cakrawala Bisnis Telko
Layanan digital membuka cakrawala bisnis baru operator dunia yang tidak mau berlama-lama pasarnya tergerus.
Editor: Hendra Gunawan
Oleh Moch S Hendrowijono *)
DIGITAL services (layanan digital) menjadi istilah baru seiring derasnya arus digitalisasi berupa berbagai layanan yang bisa diakses masyarakat melalui dunia digital. Layanan digital beragam, mulai dari jasa keuangan, kesehatan, dan pertukaran data, yang dilakukan secara daring.
Atau juga, layanan yang disediakan dalam format otomatis dan bisa disediakan melalui berbagai bentuk, antara lain aplikasi atau platform yang mengandalkan informasi dan data yang bersumber lebih dari satu komputer. Integrasi informasi dan data dari berbagai sumber itu tetap mengandalkan koneksi internet.
Upaya digitalisasi kehidupan dan tren efisiensi sudah terjadi sejak lama, namun pandemi Covid-19 berlipat ganda mempercepatnya. Berubahnya pola masyarakat bersosialisasi akibat harus belajar dan bekerja dari rumah, menuntut kebutuhan lebih dari sekadar mengembangkan media sosial, video dan gim.
Baca juga: Netflix Bocorkan Rencana Ekspansi ke Industri Game Lewat Layanan Cloud Gaming
Layanan digital semakin penting bagi manusia karena kehadirannya membuat hidup di muka bumi berjalan lebih simpel dan cepat. Dampak positif digital services di berbagai bidang, berkurangnya biaya manusia melakukan kegiatan, menciptakan efisiensi waktu, serta meningkatkan efektivitas kerja dan transparansi, di kalangan swasta maupun pemerintah.
Sementara jaringan operator diserang over the top (OTT) yang membawa konten tanpa bayar karena hanya merambat di atasnya, tetapi pasarnya bernilai 121,6 miliar dolar AS. Tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR – compound annual growth rate) tahun 2020 hingga 2027 bisnis ini rata-rata mencapai 29,4 persen, menembus pasar senilai satu triliun dolar AS.
Layanan digital membuka cakrawala bisnis baru operator dunia yang tidak mau berlama-lama pasarnya tergerus. Memang belum melampaui atau bahkan sama dengan yang disajikan OTT, namun upaya ini membuka peluang operator merebut pasar yang selama ini disandera OTT.
Operator terbesar Jepang, NTT DoCoMo dengan 85 juta pelanggan, mulai fokus di penyediaan konten dan hasilnya sejak 2020 hingga 2021 terjadi kenaikan layanan digital sampai 134%. Ujar Jonathan Kriegel CEO NTT DoCoMo, pihaknya bermitra dengan penyedia layanan digital dan memosisikan diri mereka sebagai mitra konektivitas all in one.
Namun karena merasa hanya mendapat bagian sedikit sebagai mitra konektivitas yang pendapatan terbesarnya justru diraih penyedia layanan konten, sejak 2018 NTT DoCoMo menawarkan sendiri beberapa layanan digital sesuai keinginan pelanggan.
Mereka memperkaya layanan dengan beragam bidang, mulai dari smart mobility, health and wellness, digital commerce, hingga enterprise or home IOT (internet of things).
Film India
Cabang bisnis baru ini menawarkan lebih dari 100 aplikasi, yang populer antara lain disaster (kebencanaan) berupa empat aplikasi peringatan dini (early warning), pesan suara khusus gempa bumi, dan sebagainya. Pergeseran model bisnis ini membuat NTT DoCoMO menjadi operator modern yang sekaligus meninggalkan perang tarif.
Baca juga: Aliansi akan Buat Perusahaan Baru Antara MUFG dan NTT Docomo Jepang
Hal sama dilakukan operator terbesar berpangsa pasar 36% di India, Reliance Jio yang menambah layanan digital mengacu pada minat masyarakat, yang sejatinya sudah dimulai sejak 2016. Aplikasi berbasis film bernama JioCinema, merujuk kegemaran masyarakat menonton film, dalam empat tahun mampu bersaing dengan OTT yang dikuasai Netflix (20%), Amazon Prime (20%), dan Disney+ Hotstar (17%).
Pangsa pasar JioCinema memang baru 7%, tetapi JioTV yang juga mereka rilis saat yang sama dan mengakomodir lebih dari 800 kanal televisi, pada 2018 sudah menjaring 31,2 juta unique visitor, tahun berikutnya meraih 74,5 juta. Jumlah penikmatnya 86 jutaan, sekitar 20% dari 413 juta pelanggan Reliance Jio, dan ini mendorong mereka merambah ke layanan kesehatan, keamanan data, gim dan berita.
Di Tanah Air, Telkomsel sebagai perusahaan layanan digital menangkap peluang itu dengan melakukan tiga strategi, melakukan investasi terhadap perusahaan rintisan, berkolaborasi membentuk perusahaan rintisan baru, dan membangun perusahaan rintisan dari nol. Ketiga strategi ini dijalankan Telkomsel dengan membentuk anak perusahaan baru, yakni Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) dan Indico (Indonesia Digital Ecosystem).
Melalui Indico Telkomsel menggagas beberapa unit bisnis baru, antara lain Kuncie (edutech), Fita (health tech), MajaMojo (game publisher), sedangkan melalui TMI, strategi investasi terhadap beberapa perusahaan rintisan. Juga strategi investasi secara langsung terhadap Gojek untuk mendukung akselerasi transformasi digital di Indonesia.
Bermata dua
Menurut Internet Development Institute, dunia digital membuka peluang bagi berbagai industri. Bidang yang paling populer di Indonesia yang diteropong sejak 2021 antara lain sektor fintech (termasuk mobile banking), e-commerce, dan mobile gaming.
Laporan tahunan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) berupa Profil Internet Indonesia 2022 mengungkapkan, ada penggunaan internet selain media sosial yang berpotensi cukup besar. Layanan keuangan dan transaksi online, akses konten hiburan (gim dan video), juga transportasi online.
Yang di luar dugaan adalah tingginya kebutuhan akan pendidikan online. Medix Group, penyedia solusi manajemen medis global mencatat, 92 persen masyarakat Indonesia memanfaatkan layanan kesehatan digital pada 2022.
Jurus-jurus itu juga dilakukan NTT DoCoMo dan operator modern dan besar macam China Mobile, AT&T, masih banyak lagi. Perusahaan telko tidak bisa menunggu terlalu lama dalam mengubah strateginya.
Terjadinya perubahan itu sudah diendus McKinsey sejak 2016. Firma konsultan manajemen global ini meletakkan telekomunikasi sebagai industri yang paling mudah digoyah disrupsi digital setelah industri media.
Digitalisasi ibarat pisau bermata dua, di satu sisi mengancam, sisi sebaliknya menawarkan peluang. Riset McKinsey menemukan fakta bahwa layanan suara (termasuk SMS) mengalami penurunan hingga 55%, tinggal sepertiga dari pendapatan operator, dan akhirnya layanan digital adalah prioritas utama mereka.
McKinsey menghitung, layanan digital akan mengurai persoalan penurunan pendapatan. Bahkan berpotensi meningkatkan pendapatan operator sebesar 35% secara total atau rata-rata muncul pertumbuhan per tahun sebesar 9%. *
*) Jurnalis Senior Telekomunikasi dan Mantan Editor Harian Kompas
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.