Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Benarkah Pasukan Barat Belum Terlibat Pertempuran di Ukraina?

Macron secara terbuka menyebut, Rusia tidak boleh menang dalam peperangan. Ia pun menambahkan, Rusia berniat menyerang Eropa.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Benarkah Pasukan Barat Belum Terlibat Pertempuran di Ukraina?
Jonathan Nackstrand / AFP via Getty Images
Tentara Ukraina menerima pelatihan dari instruktur tempur asal Norwegia sebagai bagian dari program NATO pada Agustus 2023 di Trondheim, Norwegia. 

TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Presiden Prancis Emmanuel Macron secara terang benderang mengungkapkan hasrat politik perangnya melawan Rusia.

Pada pertemuan para pendukung Ukraina di Paris, Senin (26/2/2024), Macron mengatakan tak mengesampingkan pelibatan tentara NATO dalam pertempuran di Ukraina.

Macron secara terbuka menyebut, Rusia tidak boleh menang dalam peperangan. Ia pun menambahkan, Rusia berniat menyerang Eropa.

Banyak yang menyebut pernyataan Macron ini agresif dan bernada permusuhan. Sebagian waswas rencana ini bisa menyeret Eropa dalam perang besar melawan Rusia.

Lantas, apa sebenarnya maksud dan pesan Macron? Benarkah tentara NATO belum dilibatkan dalam perang Rusia-Ukraina?

Baca juga: Ditemukan di Ranjang, Wanita Tentara Bayaran Inggris Anggota Pasukan Khusus Ukraina Tewas di Kiev

Baca juga: Rusia: Pasukan NATO Disusupkan ke Pasukan Ukraina Sebagai Tentara Bayaran, Terungkap di Avdiivka

Pertama soal maksud dan pesan Macron, bisa jadi ini manuver Prancis mengisi kekosongan dukungan logistik untuk Ukraina oleh AS.

Eropa ingin menaikkan posisi dan peran penentu dalam geopolitik Eropa. Kedua, Macron dan Prancis ingin diperhatikan kembali sebagai faktor kunci keamanan Eropa.

BERITA REKOMENDASI

Ketiga, hasrat Macron itu hanya gertak sambal, yang pastinya akan ditentang masyarakat Eropa yang sudah jenuh dengan perang Ukraina.

Dampak peperangan ternyata tidak ke Rusia, tapi jadi bumerang perekonomian Eropa yang merosot tajam karena krisis energi.

Berikutnya, tentang penerjunan tentara NATO ke palagan Ukraina, sesungguhnya Macron hanya menutupi fakta sesungguhnya di lapangan.

Ukraina adalah proksi NATO melawan Rusia. Penggalangan jauh dilakukan sebelum 24 Februari 2022 ketika mesin tempur menggeruduk Ukraina.

Sejak sebelum Euromaidan 2014, kudeta berjenjang yang menjungkalkan rezim Kiev yang pro-Rusia, NATO sudah masuk Ukraina.

Mata-mata dan pasukan khusus dari berbagai negara anggota NATO sudah diterjunkan ke wilayah Ukraina, mempersiapkan perang panjang melawan Rusia.

Seorang pejabat pertahanan Eropa dikutip media terkemuka Inggris, Financial Times, mengatakan, semua orang tahu pasukan khusus barat sudah berada di Ukraina.

“Semua orang tahu ada pasukan khusus barat di Ukraina, mereka hanya tidak mengakuinya secara resmi,” kata pejabat yang tak mau disebut namanya dikutip oleh Sputniknews.

Jerman, Italia, Polandia, Finlandia, dan Hongaria, masih menjauhkan diri dari komentar Macron, dan menekankan mereka tidak berniat mengerahkan pasukan ke Ukraina.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengomentari pernyataan Macron sebagai sebuah kesadaran atas kekalahan NATO mendukung Ukraina.  

Sementara Menlu Rusia Sergey Lavrov mengatakan pernyataan Macron semata mereaksi karena belum adanya hasil nyata peningkatan bantuan senjata ke rezim Kiev.

Negara-negara barat dan sekutu dekatnya telah memberikan bantuan militer dan keuangan ke Kiev sejak dimulainya operasi militer khusus Rusia di Ukraina pada Februari 2022.

Kremlin secara konsisten memperingatkan agar tidak melanjutkan pengiriman senjata ke Kiev, dengan mengatakan hal itu akan berakibat meningkatkan eskalasi konflik.

Tentang kehadiran elemen-elemen militer NATO dan mata-mata barat di Ukraina, sejak lama dipublikasikan media-media di Rusia.

Media terkemuka AS, New York Times dan Intercept, pernah merillis laporan penempatan operasi rahasia CIA di Ukraina dilakukan sejak 2016.

Bahkan menurut laporan NYT, ketika Presiden Joe Biden menyatakan takkan mengerahkan pasukan AS ke Ukraina, beberapa personel CIA terus beroperasi di negara tersebut secara diam-diam.

Beberapa bulan sesudah dimulainya perang Ukraina, Intercept mengklaim ada kehadiran personel dan sumber daya CIA dan operasi khusus AS yang jauh lebih besar di Ukraina.

Menurut Intercept, operasi rahasia AS di Ukraina dilakukan berdasarkan otorisasi rahasia oleh Presiden AS. Intercept mengutip keterangan sumber pejabat tinggi AS.

Pada November 2022, pemerintahan Biden mengumumkan akan mengirim ahli senjata militer ke Ukraina.

Sementara pada Februari 2023, Washington Post mengungkapkan Pentagon ingin memasukkan pasukan komando AS dalam bentuk tim kontrol di Ukraina, Eropa Timur atau di negara tetangga.

Pada April 2023, informasi yang bocor di Pentagon mengungkapkan setidaknya 97 prajurit pasukan khusus dari lima negara NATO – termasuk 14 personel militer AS – telah beroperasi di Ukraina.

Keaslian dokumen yang tampaknya bertanggal Februari dan Maret 2023 itu belum dibantah oleh Pentagon.

Kebocoran Pentagon memicu kekhawatiran di dalam Kaukus Kebebasan DPR yang berulang kali menganjurkan penarikan pasukan AS dari misi luar negeri yang belum disetujui oleh Kongres.

Oleh karena itu, pada 17 April 2023, wakil Partai Republik Matt Gaetz (FL-01) memperkenalkan Resolusi Penyelidikan Istimewa, yang mendesak Presiden Joe Biden untuk memberikan salinan dokumen apa pun yang menguraikan rencana bantuan militer ke Ukraina kepada DPR AS.

“Pemerintahan Biden dan negara-negara sekutu lainnya telah menyesatkan dunia mengenai keadaan perang di Ukraina. Harus ada transparansi total dari pemerintahan ini kepada rakyat Amerika ketika mereka berjudi perang dengan musuh nuklir dengan mengerahkan pasukan khusus yang beroperasi di Ukraina,"kata Gaetz saat itu.

Pada bulan yang sama, Quincy Institute for Responsible Statecraft, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di DC, juga mengajukan pertanyaan mengenai berapa banyak tentara AS yang dikerahkan Washington di Ukraina.

“Hal yang tidak banyak kami ketahui adalah berapa banyak pelatih dan personel intelijen yang mungkin bekerja berdasarkan kontrak untuk pemerintah AS di Ukraina,” tulis lembaga pemikir  tersebut.

“Penggunaan kontraktor, baik dari Amerika atau pihak ketiga, telah meluas sejak Amerika melancarkan Perang Global Melawan Teror setelah 9/11,” imbuh mereka dalam pernyataan publiknya.

QI mengutip Layanan Riset Kongres yang memperkirakan ada sekitar 22.000 personel kontraktor yang bekerja untuk Pentagon di seluruh wilayah tanggung jawab Komando Pusat AS, pada akhir 2022.

Baru-baru ini, sebuah kejutan NYT mengungkapkan jaringan dari 12 pangkalan rahasia CIA telah beroperasi di Ukraina sejak tahun 2014, menunjukkan kehadiran mata-mata dan militer AS di Ukraina bahkan lebih besar dari yang dapat dibayangkan.

Berbicara kepada Sputniknews pada 28 Februari 2024, seorang komandan unit sukarelawan Angkatan Bersenjata Rusia di dekat Artemovsk mengatakan pasukannya telah melihat Pasukan Khusus NATO di Ukraina pada beberapa kesempatan.

“Perwakilan pasukan operasi khusus negara-negara NATO telah lama terlihat di wilayah Artemovsk. Ini bukan rahasia. Unit pencegahan yang tidak mengizinkan Ukraina mundur sering kali terdiri dari mereka. Kami sudah bertemu mereka di sini, " kata sumber tersebut.

Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina mengikuti kursus pelatihan taktis, pertempuran, dan pertolongan pertama selama invasi militer Rusia ke wilayah Ukraina.
Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina mengikuti kursus pelatihan taktis, pertempuran, dan pertolongan pertama selama invasi militer Rusia ke wilayah Ukraina. (AFP/Scanpix/ICDS)

Sebelumnya, mereka mencoba menampilkan mereka sebagai sukarelawan dan tentara bayaran, namun akhirnya status mereka yang sebenarnya menjadi jelas.

“Di dekat Bogdanovka, orang-orang kita menghancurkan sekelompok Spec Ops, dan pertahanan di area ini hancur, pasukan hancurkan, Ukraina menyerah,” lanjutnya.

Selain itu, masih menurut laporan Sputniknews, ada spesialis militer asing yang mengoperasikan senjata canggih tingkat NATO, serta di jajaran pemberi sinyal, pilot dan konsultan militer.

Juru bicara Kemenlu Rusia, Maria Zakharova dalam berbagai kesempatan meyakinkan, personil militer NATO telah lama berada di Ukraina dan secara aktif membantu militer Ukraina di lapangan.

Media Inggris, The Guardian pada 23 April 2023, hampir setahun lalu, merilis laporan intelijen AS yang menyebut ada 50 tentara khusus Inggris dikerahkan ke Ukraina.

Dokumen-dokumen yang bocor menunjukkan lebih dari separuh personel pasukan khusus barat yang hadir di Ukraina antara Februari dan Maret 2023 diyakini warga Inggris.

Tidak disebutkan kegiatan apa yang mungkin dilakukan pasukan khusus tersebut atau apakah jumlah personelnya tetap dipertahankan pada tingkat ini.

Pasukan militer elit Inggris, yang aktivitasnya biasanya dirahasiakan, terdiri dari beberapa unit termasuk Special Air Service (SAS).

Pemerintah Inggris belum mengungkapkan keterlibatan perang pasukan khususnya di medan tempur Ukraina.

Sebelum invasi Rusia, pada Juni 2021 Kedutaan Besar Inggris di Kyiv mengatakan pasukan khusus mereka telah melakukan kegiatan pelatihan dengan pasukan Ukraina.

Kementerian Pertahanan (MoD) menolak mengomentari pengungkapan atau menjawab pertanyaan tentang personel Inggris di Ukraina dalam beberapa bulan terakhir.

Namun, dalam sebuah cuitan, departemen tersebut mengatakan kebocoran tersebut menunjukkan tingkat ketidakakuratan yang serius.

Dokumen yang bocor, yang belum diverifikasi, adalah bagian dari serangkaian file rahasia militer dan intelijen AS yang diposting di Discord, sebuah platform yang digunakan oleh para gamer.

Saat ini, sumber asli file tersebut masih belum diketahui.

Dalam beberapa hari terakhir, dokumen-dokumen tersebut, yang kini beredar di media sosial dan forum diskusi online, telah memicu serangkaian pemberitaan media tentang penilaian militer dan intelijen AS, terutama tentang perang di Ukraina.

Meskipun beberapa file yang dibagikan secara online tampaknya telah direkayasa, outlet berita AS termasuk New York Times melaporkan para pejabat AS mengakui banyak dokumen tersebut asli dan pada awalnya dibagikan secara online tanpa perubahan.

The Guardian telah meninjau sebagian dari dokumen yang bocor, yang berisi foto-foto dari setidaknya dua pembaruan harian terkait perang Rusia-Ukraina.

Tanda-tanda pada dokumen tersebut menunjukkan dokumen tersebut dipersiapkan untuk pejabat senior pertahanan AS.

Berlabel rahasia, dua update harian tersebut tampaknya dibuat pada Februari dan Maret 2023.

Dokumen tersebut berisi informasi terkini tentang operasi militer, logistik, pengiriman senjata, dan pelatihan pasukan Ukraina oleh AS dan sekutu NATO-nya.

Dalam satu bagian, berjudul “SOF AS/NATO di UKR”, dokumen tersebut memuat daftar jumlah pasukan khusus barat yang ada di Ukraina.

Dokumen tersebut tampaknya bertanggal Februari dan Maret 2023.

Berdasarkan dokumen tersebut, para pejabat AS saat itu menilai dari 97 prajurit pasukan khusus negara-negara NATO yang aktif di Ukraina, 50 di antaranya berasal dari Inggris.

Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan jumlah pasukan khusus yang dikerahkan AS dan Prancis, yang masing-masing berjumlah 14 dan 15 personil pasukan khusus.

Dokumen-dokumen tersebut tampaknya memberikan gambaran sebagian dari penilaian militer AS terhadap keadaan perang dan dukungan sekutunya terhadap Ukraina.

Mereka tidak memuat informasi apapun tentang tujuan penempatan Inggris atau kontingen pasukan khusus lainnya.

Dokumen-dokumen tersebut menunjukkan pasukan khusus tersebut dapat menjadi bagian dari komando pasukan khusus NATO yang dikoordinasikan oleh markas operasi khusus aliansi militer tersebut.

Namun rincian pasti tentang bagaimana pasukan tersebut diorganisir tidak disebutkan secara spesifik.

Pasukan khusus Inggris termasuk SAS, Special Boat Service, Special Reconnaissance Regiment, serta beberapa unit militer rahasia lainnya seperti Resimen Sinyal 18 (UKSF).

Unit-unit tersebut, yang melakukan operasi penyamaran serta operasi pengawasan dan pengintaian rahasia, adalah organisasi paling rahasia di militer Inggris.

Berbeda dengan badan intelijen, pasukan khusus tidak tunduk pada pengawasan eksternal parlemen.

Dari serangkaian informasi yang dirilis media barat ini, maka sesungguhnya pernyataan kontroversial Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak relevan lagi.

Elemen militer NATO sesungguhnya sudah terlibat pertempuran langsung dengan Rusia, jauh melampaui kewenangan aliansi militer tersebut di Eropa.

Ukraina bukan negara anggota NATO atau Uni Eropa. Sehingga mestinya NATO tidak berhak, tidak berwenang, dan tidak bisa melampaui kewenangannya.

Karena itu narasi konflik terjadi antara Rusia versus Ukraina, sejak awal menjadi tidak menemukan konteksnya.

Hal sungguhnya, konflik terjadi antara AS yang mengendalikan NATO, melawan Rusia sebagai entitas negara yang kini menampilkan diri sebagai kekuatan kunci di dunia.

Runtuhnya Uni Soviet membuat dunia saat itu berubah total. AS tampil sebagai kekuatan tunggal pengendali dunia karena lawan sepadannya tumbang.

Hegemoni AS bertahan selama beberapa dekade, sebelum dunia mulai berubah sesudah tampilnya China dan Rusia sebagai kekuatan penyeimbang.

Dunia unipolar bergerak ke tata dunia baru yang multipolar. Pengaruh dan kekuatan terbagi ke banyak wilayah.

Washington tidak lagi bisa leluasa bergerak menghegemoni negara lain. Karena faktor inilah, hasrat impulsif AS sebagai kekuatan neoimperialism muncul.

Hasrat itu terlihat nyata dalam konteks Ukraina, ketika AS dan NATO ingin memperlebar pengaruhnya ke Eropa Timur, mengingkari komitmen mereka sesudah Uni Soviet runtuh.

Ekspansi ke Eropa Timur ini bertujuan tunggal melemahkan, atau bahkan meruntuhkan kembali Rusia sebagai kekuatan baru di bekas Uni Soviet.

Tetapi mereka lupa, Rusia lah kekuatan yang dalam sejarah pernah mengalahkan kekuatan imperialis fasis pada masanya.

Napoleon Bonaparte dari kekaisaran Prancis dihancurkan, dan pasukannya gagal mencapai Moskow. Demikian pula Adolf Hitler dari Jerman

Operasi Barbarossa yang bertujuan merebut Rusia, berakhir sangat tragis. Pasukan Jerman hancur lebur di Leningrad, Stalingrad, Kiev, dan banyak tempat lainnya.

Sekarang AS, Prancis, Inggris, dan NATO ingin kembali menghancurkan Rusia lewat langkah awal menggunakan Ukraina sebagai proksi.

Belajar dari sejarah, hasrat itu akan menemui jalan buntu. Rusia kini jauh lebih siap ketimbang beberapa masa sesudah komunisme tumbang di Soviet.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas