Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mengapa AS Akhirnya Persenjatai Batalyon Neo Nazi Azov Ukraina?
Batalyon Azov sebelumnya organisasi massa bersenjata mandiri, tapi diintegrasikan ke Garda Keamanan di bawah Kemendagri Ukraina.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Pemerintah Amerika Serikat akhirnya mengakuim eksistensi Batalyon Neo-Nazi Azov Ukraina dalam perangnya melawan Rusia.
Ini adalah perkembangan terkini jalannya peperangan di Ukraina, antara Rusia versus Ukraina dan bekingnya kekuatan NATO yang dipimpin Amerika Serikat.
Departemen Luar Negeri AS mengizinkan pengiriman senjata ke Brigade Azov Ukraina, yang anggotanya secara terbuka menganut pandangan ultranasionalis dan neo-Nazi.
Washington sebelumnya melarang transfer senjata ke kelompok paramiliter itu, karena laporan tentang ikatan unit tersebut dengan ideologi kebencian ras.
Batalyon atau Resimen Azov sebelumnya berdiri sebagai organisasi massa bersenjata mandiri, tapi kemudian diintegrasikan ke Garda Keamanan di bawah Kementerian Dalam Negeri Ukraina.
Mereka menjadi Resimen Khusus ke-12 Brigade Azov, dan pernah menjadi tulang punggung pertahanan Ukraina saat Rusia merebut kota Mariupol dan area industri raksasa Azovstal.
Baca juga: Mengenal Resimen Azov, Neo-Nazi Ukraina yang Ingin Ditumpas Habis Vladimir Putin
Baca juga: Kesaksian Pekerja Azovstal: Operasi Rusia Satu-satunya Cara Akhiri Neraka Ala Azov
Baca juga: Relawan Prancis Saksikan Kejahatan Perang Pasukan Ukraina dan Milisi NeoNazi Azov
Tidak hanya terdiri warga Ukraina, Resimen Azov menerima orang-orang berhaluan sama, ultranasionalis dan neo-Nazi, dari berbagai negara.
Azov didirikan sebagai batalion sukarelawan pada 2014 dan berpartisipasi dalam perang 8 tahun dengan warga wilayah Donbass, yaitu Luganks dan Donetsk.
Anggota inti kelompok ini terdiri aktivis dan mantan anggota kelompok ultranasionalis dan neo-Nazi, serta hooligan sepak bola sayap kanan.
Seorang pendiri Azov, Andrey Biletsky, adalah anggota organisasi supremasi kulit putih pada tahun 2000an.
Namun beberapa waktu kemudian, mungkin karena alasan politis strategis, ia mulai melunakkan retorikanya dan menyangkal hubungannya dengan neo-Nazisme.
Banyak anggota aktiv Azov menggunakan tato dan simbol Nazi yang terkait dengan Third Reich Adolf Hitler.
Brigade tersebut tetap menggunakan spanduk berlambang Wolfs Angel yang digunakan oleh beberapa divisi Nazi Jerman selama Perang Dunia II, termasuk Divisi Panzer SS ke-2 Das Reich.
Pada tahun 2018, Kongres AS melarang pengiriman senjata ke Brigade Azov, dengan alasan hubungannya dengan ideologi neo-Nazi.
Ro Khanna, seorang Demokrat dari California, mengatakan pada saat itu, pemikiran supremasi kulit putih dan neo-Nazisme tidak dapat diterima.
Kelompok Azov sudah dinyatakan terlarang di Rusia, dan organisasi itu oleh Moskow juga dimasukkan ke daftar kelompok teroris yang harus dibasmi.
Pada pernyataan terbarunya, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan, tidak menemukan bukti kelompok itu melakukan pelanggaran-pelanggaran seperti terorisme, persekusi ras etnis, dan penyiksaan.
Kelompok Azov dinyatakan tidakk memenuhi syarat melanggar Hukum Leahy yang ketat. Pengumuman keputusan ini dipublikasikan Senin 10 Juni 2024.
Hukum Leahy menyatakan secara lugas, pelarangan bantuan militer kepada unit-unit yang terlibat pelanggaran hak asasi manusia.
Apa makna keputusan Washington ini? Apa maksud tujuan pemerintah AS mengizinkan pengiriman senjata ke kelompok Azov?
Pertama, keputusan ini menunjukkan sikap putus asa Gedung Putih terhadap perkembangan buruk di Ukraina. Pasukan Ukraina diberbagai front kalah dan kehilangan wilayah.
Kedua, langkah ini melengkapi histeria Washington dan NATO, yang mulai membiarkan Ukraina menembakkan rudal-rudal jarak menengah dan jauh ke target di wilayah Rusia.
Ketiga, memperjelas kehendak AS dan NATO, menginginkan peperangan di Ukraina terus berlanjut, bahkan lebih besar dan dahsyat.
Dari kesemuanya ini, langkah putus asa Washington pada akhirnya memperkuat klaim Rusia, operasi khusus ke Ukraina sejak 24 Februari 2022, satu di antara alasannya adalah denazifikasi atau memusnahkan kelompok neo-Nazi Ukraina.
Michael Maloof, mantan pejabat Pentagon di bidang analisis kebijakan keamanan, mengritik keputusan terbaru pemerintah Amerika Serikat ini.
Sikap putus asa Washington juga mencerminkan hipokrisi terang-terangan atas berbagai kejahatan dan pelanggaran yang dillakukan kelompok fasis ini.
Maloof mengatakan, tidak mungkin kelompok Azov berubah dari orang berdosa menjadi orang suci hanyadalam waktu semalam.
Kelompok itu nyatanya masih menggunakan gaya dan salam sama, memakai simbol swastika, slogan sama, serta kultur organisasi sama dengan Nazi Jerman dan kolaboratornya.
Tokoh sejarah yang diunggulkan Azov adalah Stephen Bandera, figur ultranasionalis Ukraina yang jadi kolaborator Nazi Jerman saat menyerbu Rusia.
Perubahan sikap Washington terhadap Brigade Azov menurut Maloof, memberi pesan tidak ada lagi yang bisa dipercaya apapun yang dikatakan Kementerian Luar Negeri negaranya, apalagi komunitas intelijen Amerika Serikat.
Apakah langkah dan keputusan berani AS ini untuk meningkatkan moral di kalangan warga Ukraina atas kemunduran pasukan Ukraina di berbagai front?
Rasanya sulit dipercaya. Kemajuan ofensif pasukan Rusia di berbagai front timur Ukraina adalah kewajaran akibat kemerosotan moral dan menipisnya material pasukan Ukraina.
Justru dengan memberi dukungan besar ke kelompok neo-Nazi Azov, menunjukkan para beking Ukraina telah kalah secara politis.
Mendukung Azov hanya menambah minyak ke dalam api peperangan. Ironisnya apa yang dilakukan Amerika ini pada hakikatnya mendukung sudut pandang Rusia bahwa perang Ukraina adalah tentang memerangi Nazisme di Ukraina.
Apakah akan mengubah atau bahkan membalikkan jalannya peperangan? Kecil kemungkinan berhasil.
Kemunduran militer Ukraina melawan ofensif Rusia sudah sedemikian dalam, dan Moskow terus menekan keras hingga Ukraina bersedia duduk di meja perundingan untuk menyelesaikan perselisihan.
Situasi buruk ini terlihat dari upaya Volodymir Zelensky dan rezim di Kiev mengeluarkan dekrit pemaksa mobilisasi umum dengan memudakan usia wajib militernya.
Ukraina kekurangan sumber daya manusia untuk dikirim ke garis depan pertempuran. Jutaan penduduk Ukraina telah pergi ke luar negeri sejak perang pecah.
Seruan terbaru Zelensky, yang meminta penduduk Ukraina yang sekarang berada di luar negeri untuk pulang dan bertempur, juga menunjukkan sisi lain kemerosotan itu.
Bagi kelompok Azov, kekalahan di Mariupol dan terutama kota industri berbenteng Azovstal, telah memberi pukulan sangat telak.
Ribuan petempur asing yang pernah bergabung ke Batalyon Azov, tewas atau tertangkap, atau pulang ke negaranya meninggalkan bayang-bayang kengerian, siapa sesungguhnya musuh yang mereka hadapi.
Artinya, langkah Washington mempersenjatai Batalyon Azov secara strategis tidak akan mengubah apapun di Ukraina.
Rusia memiliki konteks kuat yang membenarkan misi operasi mereka ke Ukraina sejak dua tahun lalu. Situasi ini pasti akan membuat pasukan Moskow semakin bersemangat di garis depan maupun yang di belakang
Bagaimanapun, secara historis Rusia memiliki kontribusi yang sangat besar atas kalahnya Nazi Jerman, dan datangnya era baru di benua Eropa sesudah itu.
Serangan balik pasukan Moskow, telah menyapu bersih kekuatan Adolf Hitler, dan menyelamatkan jutaan manusia dari persekusi keji Nazi Jerman.
Amerika Serikat yang juga berperan besar memusnahkan Nazi Jerman, sejak mendarat di Normandia. Sayang, mereka memilih jalan historis berbeda dengan mendukung eksistensi kelompok neo-Nazi Ukraina.
Konflik di Ukraina semakin hari semakin menggambarkan betapa perang itu bukanlah semata perang Ukraina melawan Rusia.
Konflik Rusia-Ukraina adalah pertempuran besar melibatkan kekuatan hegemonik, antara Rusia melawan NATO, dengan Amerika Serikat di garda terdepannya.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)