Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Transformasi Ekonomi dan Urgensi Meningkatkan Kompetensi SDM
transformasi ekonomi dan urgensi meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di Indonesia, karena alasan kebutuhan di perubahan zaman saat ini.
Editor: Content Writer
Oleh: Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI/Dosen Pascasarjana Universitas Borobudur, Universitas Trisakti, Universitas Jayabaya dan Universitas Pertahanan RI (UNHAN)
TRIBUNNEWS.COM - Kompetensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia patut mengalami penyesuaian dan peningkatan, karena alasan kebutuhan maupun perubahan zaman. Bukan semata-mata karena perkembangan teknologi, tetapi penyesuaian dan peningkatan kompetensi SDM Indonesia menjadi pilihan tak terhindarkan karena relevansinya dengan momentum transformasi ekonomi nasional.
Ketika aktivitas dan mekanisme produksi memasuki era Industri 4.0 dengan dukungan artificial intelligence (AI), tuntutan bagi peningkatan kompetensi SDM atau angkatan kerja menjadi keniscayaan. kecenderungan itu tak hanya dihadapi Indonesia, melainkan juga angkatan kerja pada semua negara di dunia.
Dalam konteks Indonesia, peningkatan kompetensi SDM patut dipahami sebagai kebutuhan mendesak, terutama bagi generasi muda yang akan memasuki dunia kerja. Urgensi tentang peningkatan kompetensi itu menjadi semakin nyata karena relevansinya dengan kehendak mewujudkan transformasi ekonomi nasional.
Komitmen untuk mewujudnyatakan proses transformasi ekonomi itu telah dipertegas Presiden terpilih Prabowo Subianto dalam beberapa kesempatan, baru-baru ini. Komitmen itu dia tuangkan dalam tulisan opininya di Newsweek pada pekan kedua Juni 2024, dengan judul 'The Road Ahead for Indonesia-One of the Fastest Growing Economies in Asia'.
Sebelumnya, di Qatar Economic forum di Doha, Prabowo juga menegaskan tema yang sama. “Hilirisasi industri wajib dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri," ujarnya saat itu.
Visi dan tekad Prabowo mewujudnyatakan proses transformasi ekonomi nasional harus dipahami sebagai jawaban terhadap perubahan zaman. Proses transformasi ekonomi yang lebih bersungguh-sungguh dan terencana harus dimulai dari sekarang.
Sebagai sebuah proses yang berkelanjutan, transformasi ekonomi yang dimulai sejak sekarang menjadi warisan dari generasi orang tua yang akan diteruskan oleh generasi milenial, Gen-Z dan generasi Alpha.
Maka, pada waktunya nanti, para ahli yang ditunjuk Prabowo diharapkan semakin intensif menyosialisasikan tema transformasi ekonomi itu untuk membangkitkan kepedulian generasi muda.
Kehendak merealisasikan transformasi ekonomi nasional dimulai ketika dunia sudah menapaki era industri 4.0 dan semakin meluasnya pemanfaatan AI. Berbasis kekayaan negara-bangsa, disepakati bahwa perekonomian Indonesia akan bertransformasi dengan hilirisasi ragam sumber daya alam (SDA). Prabowo bertekad memperluas kebijakan hilirisasi hingga mencakup 12 komoditas. Semua elemen bangsa diharapkan mendukung agenda transformasi ini.
Sangat penting dan juga sangat beralasan untuk bersikap realistis ketika menetapkan bagaimana dan darimana transformasi ekonomi itu akan dimulai. Paling utama adalah kesadaran bersama tentang adanya tantangan. Utamanya tantangan yang berkaitan langsung dengan kompetensi SDM.
Baca juga: Di Hadapan Kaukus Perempuan Politik Indonesia, Bamsoet Dorong Peningkatan Kesetaraan Gender
Transformasi dengan agenda hilirisasi SDA menuntut perubahan pola pikir (mindset) pada aspek tata kelola SDA. Dan, agar transformasi dan hilirisasi bisa berproses dengan efektif, semua institusi negara yang terkait harus didorong untuk responsif dengan gagasan dan inisiatif yang relevan.
Perhatian terhadap urgensi meningkatkan kompetensi SDM Indonesia harus masuk skala prioritas, sebab faktor paling utama dalam hilirisasi SDA adalah SDM lokal yang kompeten untuk kerja pemrosesan, produksi dan rekayasa material. Pada waktunya nanti, semua pihak tentu berharap hilirisasi SDA tidak lagi mengagendakan kebutuhan akan tenaga kerja asing.
Tantangan lain yang wajib untuk dikalkulasikan adalah fakta bahwa hilirisasi SDA memiliki ketergantungan akan barang modal berharga sangat mahal yang harus diimpor. Itu sebabnya, investasi untuk proyek hilirisasi saat ini sangat mahal.