Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Presiden ke-8 RI Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Tercapaikah?
Untuk mencapai target 8% tahun depan, maka investasi harus bisa tumbuh 10?n ekspor tumbuh 9%.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Oleh: Dr Katno Hadi SE MM
Pelaku Usaha/Ketua Umum Senkom Mitra Polri
TRIBUNNERS - JAKARTA - Lekat dengan julukan 08. Menjadi Presiden ke-8. Menargetkan pertumbuhan ekonomi 8 persen.
Itulah Prabowo Subianto, Presiden RI Periode 2024-2029. Mantan Komandan Jenderal Kopassus ini menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% tahun 2025. Akan tercapaikah?
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, perekonomian Indonesia tumbuh 4,95% pada Triwulan III-2024. Berdasarkan angka ini, apakah target pertumbuhan 8% akan tercapai tahun depan?
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kita harus menjadi bangsa yang optimistis. Gantungkanlah cita-cita kita setinggi langit, dan apabila terjatuh maka kita akan jatuh di antara bintang-bintang. Tetap tinggi.
Apalagi, target 8% tersebut bukan tanpa alasan. Indonesia pernah mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, yakni tahun 1995. Saat itu pertumbuhan ekonomi didorong oleh sektor manufaktur, industri otomotif, jasa dan investasi.
Baca juga: Ahmad Muzani: Target Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen Sangat Mungkin Kita Capai
Untuk mencapai target 8% tahun depan, maka investasi harus bisa tumbuh 10?n ekspor tumbuh 9%. Sektor konsumsi juga harus dijaga agar tetap tinggi.
Saya optimistis, program makan bergizi gratis yang dicanangkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang tahun 2025 nanti anggarannya mencapai Rp71 triliun akan mampu menggerakkan perekonomian rakyat dan mengerek tingkat konsumsi masyarakat.
Adapun sektornya di lima tahun ke depan perlu fokus pada hilirisasi, jasa, pariwisata, konstruksi dan perumahan, ekonomi digital, pengembangan ekonomi baru (semikonduktor) dan transisi energi.
Dalam konteks ini, target pembangunan rumah sejumlah 3 juta unit per tahun yang ditugaskan kepada Kabinet Merah Putih akan sangat menunjang. Plus, pembangunan pabrik baterai mobil listrik di Indonesia.
Terkait transisi energi, pemerintah bisa menjadi produsen "green energy" (energi hijau) tertinggi di dunia.
Lihat saja Papua Barat yang mengalami pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan ekonomi nasional, bahkan yang tertinggi, yakni 19,56%, dan Sulawesi Tengah dengan angka pertumbuhan 9,08% yang disokong hilirisasi sektor industri pengolahan dan pertambangan.
Dengan kata lain, target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan pemerintahan Prabowo-Gibran adalah realistis, tidak "ngayawara" atau halusinasi. It's real!
Starting Point
Mulai Jumat (8/11/2024) lalu, Presiden Prabowo Subianto melakukan kunjungan kenegaraan ke sejumlah negara untuk 16 hari ke depan. Yakni, ke China pada 8-10 November 2024 atas undangan dari pemerintah setempat. Di sana, Prabowo bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dan menghadiri agenda penting lainnya.
Dari China, Prabowo akan melakukan kunjungan kehormatan ke Amerika Serikat (AS) pada 11-12 November 2024, dan bertemu dengan Donald Trump yang baru saja terpilih menjadi Presiden ke-47 AS pada Pemilu 2024, Selasa (5/11/2024) lalu, setelah gagal mempertahankan jabatannya sebagai Presiden ke-45 AS pada Pemilu 2020.
Presiden Prabowo juga akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Peru, serta menghadiri KTT G20 di Brasil.
Lalu, Prabowo akan melakukan kunjungan kerja ke Inggris untuk bertemu Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer.
Presiden Prabowo menyadari bahwa China dan AS merupakan dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia saat ini. Kedua negara juga sedang terlibat perang dagang. Untuk itulah, Prabowo memilih China dan AS sebagai tujuan lawatan perdananya ke luar negeri karena hal tersebut sangat penting.
Lihat saja hasilnya. Bersama PM Xi Jinping, Prabowo berhasil mencapai 7 kesepakatan kerja sama antara Indonesia dan China. Pertama, Protokol Persyaratan Fitosanitari untuk Ekspor Buah Kelapa Segar dari Indonesia ke China.
Kedua, Pedoman Kerja Teknis untuk Mempromosikan Perikanan Tangkap Berkelanjutan. Ketiga, Memorandum Saling Pengertian tentang Penguatan Kerja Sama Ekonomi Biru.
Keempat, Memorandum Saling Pengertian tentang Kerja Sama Sumber Daya Mineral. Kelima, Memorandum Saling Pengertian tentang Kerja Sama Mineral Hijau. Keenam, Memorandum Saling Pengertian tentang Kerja Sama Bidang Sumber Daya Air. Ketujuh, Memorandum Saling Pengertian tentang Kerja Sama Penilaian Kesesuaian.
Saya kira kunjungan kenegaraan Prabowo ke China ini merupakan "starting point" atau titik awal yang baik untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi domestik 8%.
Apalagi nanti ditambah dengan kesepakatan bersama AS, serta dengan negara-negara lain yang hadir di KTT APEC di Peru dan KTT G20 di Brasil.
Di dua KTT itu saya prediksi akan banyak kepala negara atau kepala pemerintahan asing yang akan mengajak Prabowo bertemu untuk membangun kerja sama dengan Indonesia, termasuk dalam proyek-proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang pembangunannya sudah dimulai oleh Presiden ke-7 RI Joko Widodo dan akan dilanjutkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Alhasil, melihat starting point yang sudah dilakukan Presiden Prabowo, kita yakin target pertumbuhan ekonomi 8% tahun 2025 akan dapat tercapai alias bukan isapan jempol belaka. Insya Allah!
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia