Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

NEWSVIDEO: Nama Kampung Bero di Lampung Berasal dari Kapal Belanda

Asal mula kata bero (ejaan masyarakat setempat) berasal dari nama sebuah kapal perang Belanda yaitu Berouw

Editor: Bian Harnansa

TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Kampung Bero merupakan sebuah kawasan permukiman penduduk yang beralamat di Jalan Sunda, Kelurahan Negeri Olokgading, Kecamatan Teluk Betung, Bandar lampung. Yang unik disini adalah, asal mula kata bero (ejaan masyarakat setempat) berasal dari nama sebuah kapal perang Belanda yaitu Berouw, yang terdampar di kampung tersebut ketika peristiwa letusan gunung Krakatau terjadi.

Ketua RT 05/Lk. 01 Kampung Kapal Bero, Sugiyanto menuturkan, kampung tersebut memang dinamakan seperti itu lantaran pada tahun 1883, kapal Berouw Belanda terdampar di aliran sungai kali akar yang berada dikampung itu. “karena adanya kapal itu, maka para tokoh masyarakat setempat sepakat menamakan kampung tersebut dengan nama kampung berouw, namun masyarakat disini mengejanya dengan kata “bero”,”ujarnya, Jumat, (10/4/15).

Sugiyanto lalu mengajak Tribun Lampung untuk melihat lokasi awal kapal Berouw terdampar, dan melihat sisa-sisa besi kapal yang masih ada. Ia menunjukan beberapa Besi tua bagian dari kapal yang baru ditemukan pada tahun 2011. “Sepertinya ini semacam tuas kapal, benda ini ditemukan oleh tokoh masyarakat kampung sini, pak sumawardi,” ujarnya.

Tokoh masyarakat Kampung Kapal Berouw, Sumawardi menjelaskan, pada awalnya kapal tersebut berada di aliran sungai kali akar tepat dibelakang kampung Berouw, lalu pada tahun 1927 terjadi banjir besar, yang membawa kapal berouw hingga beberapa ratus meter sampai ke Desa Olokgading. “Terakhir di tahun 1979 kembali terjadi banjir besar yang menyeret kapal tersebut hingga kealiran sungai Kuripan. Ditempat terakhir inilah kapal tersebut mulai dipreteli oleh masyarakat untuk dijual besinya, sehingga tidak berbekas sampai sekarang ini,”ujar Pria kelahiran Bandarlampung 22 April 1948 ini.

Sumawardi juga mengaku, dirinya beberapa kali memperoleh bagian-bagian kapal Berouw disekitaran sungai kali akar (berupa baut, lempengan besi, kayu, bahkan koin-koin tua bergambar ratu Belanda Wilhelmina). Namun barang-barang tersebut sudah dijual untuk kebutuhan sehari-hari. “Maklum lah, kita ini orang kampung, tidak tahu kalau penemuan tersebut merupakan benda berharga yang harus dirawat,”ujarnya.

Kini kapal Berouw hanya tinggal nama, tercatat sebagai nama sebuah kampung di Bandar Lampung, berikut beberapa puing-puing kecil yang masih disimpan oleh Sumawardi, serta beberapa warga sekitar.

Reporter Tribun Lampung, YOGA NOLDY PERDANA, melaporkan

Berita Rekomendasi
Sumber: Tribun Lampung
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas