Aksi Anggota Komunitas Parkour Lampung
Jika pernah menonton film berjudul “Yamakasi” atau “District B13”, seperti itulah aksi gerakan dari parkour.
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Reporter Tribun Lampung, Yoga Noldy Perdana
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Parkour merupakan aktivitas disiplin berupa suatu gerak seni berpindah dari satu titik tempat ke titik lain, secara efisien dan secepat-cepatnya dengan menggunakan prinsip kemampuan badan manusia.
Jika pernah menonton film berjudul “Yamakasi” atau “District B13”, seperti itulah aksi gerakan dari parkour.
Pencinta olahraga ini kin mulai berkembang di berbagai kota di Indonesia, di antaranya Komunitas Parkour Bandar Lampung.
Founder dan pelatih Komunitas Parkour Lampung, Reza Novembri Tareza (26), mengatakan Komunitas Parkour Lampung pada awalnya didirikan oleh sekelompok orang yang kurang kerjaan.
“Tepatnya kami mulai merintis komunitas ini pada 2008, memang waktu dulu saya sering menonton acara parkour di tv, lalu saya mulai mencoba secara otodidak dengan melakukan gerakan-gerakan Parkour," ujarnya, Rabu (30/9/15).
"Kebetulan saya menemukan beberapa orang yang sejalan dan sehobi dengan saya, akhirnya kami mulai merintis dari tahun ke tahun sampai terbentuknya Komunitas Parkour Lampung ini,” katanya.
Parkour sendiri, lanjut Reza, adalah sebuah gerakan berpindah dari point A ke Point B dengan menggunakan azas seefisien mungkin dari anggota tubuh secepat mungkin, tanpa membuang tenaga.
“Dari sejarahnya, parkour ini merupakan sebuah metode atau cara melarikan diri yang dilakukan oleh orang Perancis untuk menyampaikan pesan pada masa Perang Dunia II," ujarnya.
"Lalu pada awal tahun 90-an, Raymond Belle seorang tentara Perancis, mulai melakukan pengembangan metode parkour kepada petugas pemadam kebakaran Perancis, seiring berjalannya waktu, David Belle anak dari Raymond Belle mempopulerkan parkour," katanya.
"Sehingga Parkour menjadi sebuah Lifestyle di Perancis dan kemudian menyebar keseluruh penjuru Dunia sampai sekarang,”.
Di Komunitas Parkour Lampung, anggotanya yang saat ini tercatat sudah mencapai ratusan orang, rutin melakukan latihan sekali dalam sepekan yang bertempat di kawasan Universitas Lampung, yakni setiap Minggu pada pukul 08.30 WIB.
“Di dalam Komunitas Parkour, ada beberapa teknik dasar yang wajib dikuasai oleh para anggotanya, yaitu Climbing (teknik memanjat), Jumping (teknik meloncat), Vaulting (teknik melewati rintangan), Rolling (teknik meredam loncatan), dan Swinging (teknik berayun),”ujarnya.
Dari Kelima teknik dasar tersebut, lanjut Reza, ada pengembangan Lima teknik lanjutan yang harus dikuasai oleh para Traceur (sebutan anggota Parkour laki-laki) dan Traceuse (sebutan bagi anggota Parkour wanita).
“Yang pertama adalah Precision Jump, yaitu gerakan melompat secara static kesuatu tempat, jadi point nya semakin jauh lompatan yang dapat kita capai, maka akan semakin bagus. Kemudian Voulting, yaitu merupakan teknik yang digunakan untuk melewati rintangan," katanya.
Lalu Climbing, di mana teknik tersebut merupakan sebuah gerakan memanjat sebuah tembok.
Ada lagi teknik Rolling, merupakan teknik meredam sebuah lompatan ketika kita melopat dari tempat yang tinggi.
Jadi saat kita lompat dari ketinggian, para anggota akan melakukan rolling atau berguling.
"Dan teknik lanjutan yang terakhir adalah Swinging. Merupakan sebuah teknik berayun dari satu tempat ke tempat atau titik yang dituju,” ungkapnya.
Reza menambahkan, Komunitas Parkour terbuka bagi kalangan atau background manapun.
Teknik-teknik dalam parkour memang terlihat sulit dilakukan bagi orang awam, Namun jika melakukan pelatihan yang disiplin, semua teknik parkour dapat dikuasai sepenuhnya.
“Jadi, yang harus dimiliki jika ingin bergabung dengan Komunitas Parkour ini adalah, yang pertama fisik. Fisik yang kuat harus dimiliki oleh setiap anggota mengingat aktivitas kita memang mengandalkan fisik, lalu yang kedua adalah mental," katanya.
"Dari berbagai rintangan yang ada, salah satu yang pasti kita lewati adalah rintangan ketinggian. Namun baik fisik dan mental tersebut akan dapat terbentuk dengan sendirinya ketika anggota rutin melakukan pelajaran pada komunitas," katanya. (*)