Sayat Lidah dengan Golok, Pria Ini Tak Merasakan Sakit
Punya kemampuan lebih, Kucang (39), warga Cileungsi, Kabupaten Bogor, selalu terpilih menjadi mediator untuk bertemu para dewa.
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR TENGAH - Punya kemampuan lebih, Kucang (39), warga Cileungsi, Kabupaten Bogor, selalu terpilih menjadi mediator untuk bertemu para dewa. Dalam ritual itu ia menyayat lidahnya sendiri dengan golok.
Genderang musik tabuh terdengar begitu riuh dari balik kerumunan orang di Vihara Dhanagun, Jalan Suryakancana, Bogor Tengah, Kota Bogor, pada Minggu (21/2/2016), pukul 16.00 WIB.
Di tengah kerumunan, sekitar tujuh orang mediator atau dikenal sebagai Thang Sin mengenakan kaos warna bitu dan merah, bersiap mendapat giliran melakukan ritual potong lidah. Kucang salah satunya.
Satu per satu lelaki ini mengambil beberapa dupa dan memanjatkannya pada sebuah joli di pintu masuk Vihara.
Kucang meloncat dan menggerakan tangan dan kaki secara brutal, seperti layaknya ahli bela diri kung fu. Setelah itu, ia diberikan sebilah golok oleh orang yang berada di dekatnya.
Kucang menyambut golok tanpa sarung tersebut, serta mengambil sebuah mangkuk kecil dan mengarahkannya ke dalam mulut dan menyayat lidahnya.
"Saya tidak pernah sadar, saya juga tidak tahu bagaimana rasanya," kata Kucang kepada TribunnewsBogor.com, usai ritual tersebut.
Darah mengalir dari dalam mulut pria ini yang di masukkan ke dalam mangkuk kecil itu. Darah itu, digunakan sebagai tinta untuk menulis nama dewa dalam di atas kertas kuning.
"Itu namanya Hu, kaya semacam nama dewa yang masuk ke mediator, cuma tidak ada yang bisa baca, itu huruf gundul," ujarnya.
Usai memotong lidahnya, pria ini kemudian dibopong oleh beberapa lelaki. Tak lama, Kucang kembali normal dengan satu gelas air mineral.
"Saya sudah 20 tahun melakukan ini, memang sudah terpilih, tidak pernah ada bekas, dari lahir lidah saya sudah terbelah-belah seperti ini," kata Kucang sambil menjulurkan lidahnya.
Lidah Kucang terlihat seperti tanah retak, terbelah-belah. Dirinya mengaku tidak pernah merasakan sakit atau bekas luka akibat goresan golok pun tidak ada.
Kucang merupaka satu diantara tujuh mediator terpilih. "Siapapun bisa, dari agama apapun, asal memang terpilih, atau ada keturunan, biasanya itu datang lewat mimpi, atau kejadian aneh," katanya.
Namun, kemampuan dan potensi alam yang dimiliki tidak bisa langsung digunakan. Harus ada pelatihan yang rutin dilakukan.
"Waktunya juga tidak sebentar, bertahun-tahun," katanya.
Ritual yang dilakukan satu hari sebelum perayaan Cap Go Meh ini, dimaksudkan sebagai minta berkah dari para dewa.
Dipilih lewat mimpi dan kejadian unik, para Thang Sin ini dilarang makanan yang bernyawa. Thang Sing atau mediator yang berkomunikasi dengan para dewa ini, rupanya bukan sembarang orang.
Mereka dipercaya oleh orang TiongHoa adalah orang-orang yang dipilih langsung oleh para dewa.
"Kitanya sendiri yang mau itu tidak bisa, harus memang ditunjuk langsung," kata seorang Thang Sin, Deden (32), kepada TribunnewsBogor.com, Minggu (21/2/2016).
Menurutnya, kebanyakan dari Thangsing merupakan keturunan dari sanak keluarga. "Ada juga yang memiliki bakat alami, tapi tetap harus dilatih terus potensinya, tidak bisa begitu saja," ujarnya.
Ciri khas dari para Thang Sin ini, kata Deden, terlihat pada tulang rusuknya., "Tulangnya jarang," katanya.
Thang Sin yang tergabung dalam sebuah paguyuban ini, selalu mengisi ritual di berbagai Vihara. Setiap Thang Sin merupakan perwakilan dari setiap Vihara di beberapa Kota.
"Ada yang dari Jakarta, Cileungsi, Jonggol, Bekasi, Tangerang, Bogor, kalau ada yang butuh yah kami datang," katanya.
Selain latihan, mediator yang kerap menyayat lidahnya saat ritual ini, juga mempunyai pantangan. "Globalnya yah tidak boleh maksiat, apapun yang bertentangan dengan agama," ujarnya.
Selain itu, dalam hal makanan pun mereka mempunyai ketentuan sendiri. Makanan seperti ikan, ayam dan berbagai bahan makanan yang hidup, tidak boleh dimakan.
"Jadi makannya ya tahu tempe, sayur, kalau telur apa lagi ikan itu tidak boleh," kata Deden.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.