Ketua Pesantren Waria Curhat: Kami Dianggap Tidak Ada dan Tidak Layak Beribadah dengan Cara Apapun
Ketua Pesantren Waria Al-Fatah, Shinta Ratri, kembali curhat tentang penyegelan Pesantren Waria oleh Ormas Front Jihad Islam (FJI).
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hendra Krisdianto
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Ketua Pesantren Waria Al-Fatah, Shinta Ratri, kembali curhat tentang penyegelan Pesantren Waria oleh Ormas Front Jihad Islam (FJI) beberapa waktu lalu, di Pendapa Keraton Kilen, Yogyakarta, Jumat (8/4/2016).
Ia menyampaikan unek-uneknya dalam acara dengar pendapat bertajuk 'Gerakan Intoleransi dan Upaya Mengatasinya', yang digagas GKR Hemas.
"Penyegelan Pesantren Waria adalah sebagai korban isu kebencian yang digulirkan. Sehari sebelum penyerangan, 19 Februari lalu, rekan-rekan dari FJI menyebarkan undangan berjihad untuk menutup pondok pesantren. Dengan alasan kami ini tidak ada. Tuhan hanya menciptakan laki-laki dan perempuan. Kami dianggap tidak layak beribadah dengan cara apapun," ucap Shinta.
Dalam acara itu, turut hadir pimpinan agama, kepolisisan, dan perwakilan dari GKI Palagan, GIA Ngentak Seyegan, GPdI El Shaddai, Pangukan Tridadi, GBI Saman, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Gerakan Ahmadiyah Indonesia, Pondok Pesantren Waria Al Fatah, Lembaga Rausyan Fikr, Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI).
Beberapa pimpinan atau perwakilan yang hadir tersebut, masing-masing diberikan kesempatan untuk menyampaikan sikap-sikap intoleransi yang pernah mereka alami dalam perjalanan kehadiran mereka di tengah masyarakat.
Unek-unek yang mereka sampaikan rata-rata mengenai sulitnya mendapat izin untuk mendirikan tempat beribadah. Kemudian mereka juga pernah jadi korban penggerebekan dan kekerasan.(*)