Kronologi Gubernur Ahok Marah-marah dan Usir Wartawan: Kamu Nggak Boleh Masuk Sini Lagi
"Saya tegasin, kamu juga tidak usah nekan-nekan saya rekan media, saya tidak pernah takut, sama kayak Tempo, mana dari Tempo?".
Penulis: Lendy Ramadhan
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan dan Lendy Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meluapkan emosinya saat ditanya seorang pewarta.
Ahok merasa pertanyaan itu mengadu domba.
Awalnya, Ahok dikonfirmasi soal tudingan dari Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Junimart Giersang.
Tudingan itu mengenai relawan Teman Ahok yang disebut Junimart menerima uang senilai Rp 30 miliar dari pengembang proyek reklamasi di Teluk Jakarta.
Dikonfirmasi soal itu, Ahok membantahnya.
Dia menyebut tidak mungkin menerima suap dari pengembang reklamasi.
Ahok mengatakan bahwa dia merupakan pejabat bersih.
Dari menjabat dari Bupati Belitung Timur hingga menjadi Gubernur DKI, kata dia, memperjuangkan anti-korupsi dengan mengusulkan agar pejabat yang ada di seluruh Indonesia harus membuktikan hartanya berasal dari mana atau disebut Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN).
"Saya konsisten dari Bupati sampai DPR RI, sampai sekarang. Konsisten saya teriak-teriak itu. Saya adalah pejabat yang mengatakan kunci memberantas korupsi adalah tidak boleh ada transaksi tunai, seluruh Indonesia," ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (16/6/2016).
Karenanya Ahok mengira ada pihak-pihak yang hendak membangun opini ke masyarakat untuk menjatuhkan namanya.
Awalnya dengan pembelian sebagian lahan Rumah Sakit Sumber Waras, yang oleh Badan Pemeriksa Keuangan disebut terindikasi merugikan keuangan negara senilai Rp 191,3 miliar.
"Jadi bangun opini itu, jadi merek saya ini pengin dihancurin tahu enggak? Sumber Waras kan sudah, berapa banyak sih yang ngomong soal Sumber Waras saya pasti salah coba? Banyak yang ngomong. Sampai BPK saja ngomong, salah satu ketua, Prof Edi ngomong," imbuh dia.
Setelah selesai menjelaskan, seorang pewarta dari salah satu media mengonfirmasi, "Berarti tidak ada pejabat sehebat bapak?," ucapnya.