Menikmati Keindahan saat Menyusuri Sungai Tayan
Langit biru tampak saat fajar menyingsing di ufuk timur. Di daratan, tak jauh dari Masjid Jami, masih berdiri Istana atau Keraton Pakunegara Tayan.
Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, SANGGAU - Jam dinding saat itu masih menunjukkan pukul 05.01 WIB. Asia (67) telah sibuk menyiapkan jalanya untuk mencari ikan.
Tak lama, Asia mengisyaratkan untuk segera turun menuju tepian Sungai Tayan di depan rumahnya, di Dusun Tanjung Kapuas, Desa Pedalaman, Kecamatan Tayan Hilir.
Asia memasang satu mesin berkekuatan 2,5 PK di belakang perahunya. Sementara satu perahu lainnya, cukup ia ikatkan ke samping perahu lain.
Wartawan Tribunpontianak.co.id menumpang di kapal itu. Menantu dan cucu Asia turut serta mencari ikan.
Pemandangan terlihat mengagumkan di sepanjang perairan Sungai Tayan. Langit biru tampak saat fajar menyingsing di ufuk timur.
Di daratan, tak jauh dari Masjid Jami, masih berdiri Istana atau Keraton Pakunegara Tayan, yang merupakan situs cagar budaya istana raja-raja Tayan.
Asia merupakan satu di antara warga yang pernah bekerja sebagai pengemudi perahu motor, yang mengangkut penumpang di sekitar perairan Sungai Tayan.
Namun, ia ini tak lagi menggelutinya setelah Jembatan Kapuas Tayan dibangun. Warga memilih mengendarai sepeda motor untuk bepergian ke seberang melintasi jembatan.
Kini, ia harus memutar otak agar dapat tetap mengepulkan asap dapur. Berbekal keterampilan menebar jala, Asia kini hanya mencari ikan di perairan Sungai Tayan dan di sungai-sungai kecil di sekitarnya.
"Bisalah mencukupi untuk makan. Kalau di rupiahkan masih dapat Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu sekali turun," sambung Asia.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.