Menpar Arief Yahya: KKPDT 2016 Kombinasikan Cultural dan Comercial
Menpar Arief Yahya menyebutkan Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba 2016 adalah kombinasi yang sempurna, antara culture, nature, dan man made.
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Menpar Arief Yahya menyebut 60 persen wisman ke Indonesia karena culture atau ingin merasakan atmosfer budaya lokal.
Sisanya, 35 persen faktor alam atau nature, dan 5 persen man made, atau wisata yang di-create orang, seperti sport event, MICE, show music dan lainnya.
“Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba 2016 adalah kombinasi yang sempurna, antara culture, nature, dan man made. Karena itu value-nya akan berimbas pada destinasi Danau Toba,” ujar Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI di Jakarta.
Karena itu, sepuluh hari sebelum event berlangsung, 20-21 Agustus 2016, Kemenpar mempromosikan kegiatan di berbagai media sebagai event tahunan dalam rangkaian puncak peringatan HUT-RI ke-71.
Nilai budaya atau cultural value dari #KKPDT2016 ini sangat kuat, karena tradisi Tapanuli sendiri sudah menjadi atraksi tersendiri.
Kali ini budaya lokal itu diangkat dalam karnaval yang akan dihadiri oleh Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo.
“Modal dasarnya sudah kuat, yakni budaya Batak yang punya akar sejarah yang panjang,” jelas Arief Yahya.
Alamnya? “Semua orang mengakui, potensi alam Danau Toba dan destinasi di sekitarnya sudah berani bersaing di level global. Tinggal memoles, menata kembali, merevitalisasi, agar semua sector menggunakan global standart. Ini proses yang nantinya akan diintegrasi dan dikoordinasi oleh Badan Otoritas Pariwisata (BOP) Danau Toba, yang Perpres-nya sudah ditanda tangani oleh Presiden,” ungkapnya.
Menpar Arief selalu melihat sebuah kegiatan itu dari dua sisi.
Cultural value dan commercial value. Bahasa mudahnya, semua potensi, kegiatan, dan atraksi harus memberi dampak ekonomis yang konkret bagi masyarakat, terutama di sekitar Danau Toba yang menjadi tuan rumah KKPDT 2016 ini.
Manfaat ekonomis itu sendiri ada yang langsung, ada juga yang tidak langsung.
“Untuk KKPDT 2016 ini, indirect impact atau manfaat tidak langsungnya pasti lebih besar dibandingkan dengan direct impact,” jelas Mantan Dirut PT Telkom yang ahli korporasi itu.
Ada tiga kekuatan acara KKPDT 2016 ini. Pertama konser musik dengan artis-artis nasional yang sudah punya reputasi baik dan punya nama, pada 20 Agustus 2016 di Pantai Bebas, Parapat.
Ada grup musik Slank, Edo Kondologit, Opi Anderesta, Sammy Simorangkir, Judika, dan lainnya.
Ada sensasi baru, panggungnya di atas danau, mengapung dari jarak 10 meter dari bibir daratan. Artis yang diundang harus berlayar dari perahu, menuju ke stage.
Ukuran panggungnya juga spektakuler, 12x24 meter mengapung.
“Saya kira itu, sesuatu yang unik dan baru,” ungkap Menpar Arief Yahya.
Kedua, karnaval kemerdekaan yang sangat ethnic dan culture dan digelar pada 21 Agustus 2016 sore di Balige.
Bagi wisatawan yang ingin concern dengan budaya, detail yang ditampilkan dalam karnaval itu penuh filosofi. Penuh makna dan bisa dijelaskan dengan panjang lebar.
Tidak sekedar pawai dan arak-arakan dalam jumlah yang spektakuler.
Anda bisa bayangkan, iring-iringan 700 wanita berpakaian adat, menyunggi tandok, anyaman dari bambu khas Batak yang berisi beras.
Itu sudah mirip dengan tradisi Mapeed yang berbaris panjang membawa Gebongan, sesajen khas Bali yang terdiri atas rangkaian buah dan berjalan di pematang sawah, di Ubud sana?
Sama-sama berpakaian adat, sama-sama berjalan kaki menyunggi sesuatu, kadang melepas dari pegangan tangan dan tetap berjalan.
Tandok yang berisi beras itu menggambarkan sumbangan beras dari tetangga kiri kanan kepada yang sedang punya hajatan.
Ini merupakan simbol dari budaya partisipasi masyarakat Batak, yang bisa dibaca sebagai komitmen mereka untuk mensukseskan Pariwisata di Danau Toba.
“Wanita yang membawa Tandok berasal dari 7 kabupaten di Kawasan Toba, yang mereka juga sudah sepakat untuk kompak membangun pariwisata Danau Toba bersama-sama,” jelas Arief Yahya.
“Tandok pun akan ada di meja Presiden Jokowi, sebagai simbol bahwa Pemda juga berkontribusi untuk mensukses program Pemerintah Pusat dalam pariwisata. Semua detail dipikirkan secara simbolik, sebagai bahasa budaya,” kata Jay Wijayanto, Koordinator Karnaval itu.
Masih banyak poin-poin budaya lain yang unik, khas Batak, dan menggambarkan suka cita bersama. Sebagai tontonan, tentu karnaval sejauh 3,5 kilometer, dengan rangkaian sepanjang 1 kilometer ini akan sangat menarik.
“Kekuatan dari karnaval ini sebagai tontonan ada tiga, bunyi, warna dan gerakan,” jelas Jay, yang menyebut Batak itu hanya tiga warna utama, merah, hitam dan putih.
Semua artefak heritage peninggalan ratusan tahun silam, selalu menggunakan tiga dominasi warna itu.