Hasil Studi BCG dan Stellar Women: Perempuan Masih Hadapi Sejumlah Tantangan dalam Berbisnis
Studi BCG dan Stellar Women mengungkapkan, salah satu tantangan terbesar perempuan untuk berbisnis adalah sulitnya mendapatkan mentor.
Penulis: Yussy Maulia
Parapuan.co – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi tulang punggung perekonomian negara-negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh sumbangan kontribusi UMKM yang cukup besar terhadap pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021, kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional mencapai 60,5 persen. Sementara itu, UMKM menyerap sekitar 117 juta pekerja atau 97 persen dari total tenaga kerja secara nasional.
Menariknya, BPS juga menemukan bahwa dari 65 juta UMKM yang ada di Indonesia, 64,5 persen di antaranya dikelola oleh perempuan. Hal ini menunjukkan besarnya kontribusi perempuan terhadap perekonomian nasional.
Boston Consulting Group (BCG), sebuah perusahaan konsultasi manajemen global yang telah berdiri sejak 1995 di Indonesia, melihat potensi ini sejalan dengan misinya untuk terus meningkatkan pemberdayaan perempuan, terutama mereka yang berkecimpung di sektor UMKM.
Baca Juga: Ikut Jaga Bumi, Ini Kisah 2 Kartini Hebat Bangun Ide Usaha Ramah Lingkungan
Dengan pengetahuan dan pengalaman mendalam dalam bisnis lokal, BCG berkomitmen untuk mendukung pengembangan dan prioritas nasional.
Belum lama ini, Managing Director dan Partner di BCG, Lenita Tobing, memprakarsai sebuah studi berjudul “From Dream to Reality: Empowering Indonesian Women Entrepreneurs for a Stronger Society” (2024). Studi ini merupakan buah kerja sama BCG dengan komunitas pemberdayaan perempuan, yaitu Stellar Women.
Survei ini dilakukan untuk menilik potensi, tantangan, dan solusi yang dihadapi oleh para perempuan Indonesia yang mengelola UMKM. Survei ini melibatkan lebih dari 500 responden perempuan pemilik UMKM di Indonesia yang berusia 25-49 tahun. Sebanyak 83 persen di antaranya memiliki bisnis yang berbasis di Jakarta dan Jawa Barat.
“Survei ini merupakan bukti ketahanan, inovasi, dan semangat wirausaha perempuan Indonesia, yang meski menghadapi berbagai tantangan, tetap memainkan peran penting dalam perekonomian negara. Survei ini juga memetakan arah bagaimana UMKM yang dipimpin perempuan dapat membentuk kembali masa depan perekonomian Indonesia,” ujar Lenita dalam keterangan tertulis.
Baca Juga: Bangun Ide Usaha? Ini 3 Tips Jaga Kedekatan Emosinal dengan Konsumen
Potensi dan tantangan perempuan pelaku UMKM
Lenita menjabarkan hasil temuan survei “From Dream to Reality: Empowering Indonesian Women Entrepreneurs for a Stronger Society” (2024) dalam sebuah acara talkshow di Jakarta, Jumat (15/3/2024).
Pada kesempatan tersebut, Lenita didampingi oleh co-founder Stellar Women, Samira Shihab, yang juga menjadi co-author survei yang sama untuk menjelaskan potensi dan tantangan yang dihadapi oleh perempuan pelaku UMKM.
“Terlepas dari ekosistem bisnis yang menantang, sejumlah data, termasuk data dari studi kami, menunjukkan besarnya potensi UMKM Perempuan di Indonesia. Dengan adanya kolaborasi dari para pemangku kepentingan, kita dapat bersama-sama menemukan solusi stratejik yang dapat mengurangi tantangan-tantangan yang dihadapi para pengusaha ini. Semangat inilah yang mendasari kolaborasi kami dengan BCG,” jelas Samira.
Sementara itu, Lenita menjelaskan bahwa survei ini diawali dengan sejumlah temuan latar belakang tentang perempuan pengusaha UMKM. Salah satunya latar belakang pendidikan, di mana BCG dan Stellar Women menemukan ragamnya latar belakang para perempuan pengusaha di Indonesia, dengan lulusan strata 1 (S1) atau lebih tinggi (70 persen) sebagai yang paling dominan.
Baca Juga: Hari Konsumen, Ini 8 Cara Tingkatkan Pelayanan Bisnis bagi Pelaku Ide Usaha
Survei ini juga meneliti sektor bisnis yang paling dominan di antara perempuan pelaku UMKM, yaitu food and beverages (48 persen) dan jasa (25 persen) unggul sebagai dua sektor yang paling banyak ditekuni pelaku UMKM perempuan, disusul oleh fesyen dan tekstil (22 persen), serta kerajinan tangan (12 persen).
Sebanyak 60 persen responden mengaku hanya memiliki satu jenis bisnis saja. Menariknya lagi, dalam hal permodalan, sebagian besar dari responden, atau tepatnya 85 persen, menggunakan tabungan pribadi sebagai modal awal bisnis.
Survei ini juga menemukan besarnya peranan UMKM milik perempuan dalam hal pemberdayaan tenaga kerja Perempuan. Sebanyak 55 persen dari pelaku usaha yang disurvei mempekerjakan lebih banyak karyawan perempuan. Porsi karyawan perempuan yang diserap UMKM ini mencapai 75 persen dari total karyawan.
Sayangnya, angka kesuksesan bisnis UMKM perempuan masih terbilang kecil. Hanya 24 persen responden yang bisnisnya berjalan dengan sukses pada percobaan pertama.
Baca Juga: 3 Cara Menghilangkan Rasa Jenuh Saat Menjalankan Ide Usaha, Apa Saja?
Menurut Lenita, tingkat kesuksesan perempuan pelaku UMKM tak lepas dari tantangan dan diskriminasi yang masih dihadapi oleh perempuan di dunia UMKM.
Dalam survei tersebut ditemukan, setidaknya ada tiga tantangan utama yang dihadapi oleh perempuan pelaku UMKM, yaitu keterbatasan akses mentor (73 persen), minimnya akses permodalan atau produk finansial lainnya (71 persen), dan minimnya pengetahuan tentang dunia usaha (66 persen).
Tak hanya itu, perempuan juga mengalami tantangan yang datangnya justru dari lingkungan sekitar, seperti kesulitan menyeimbangkan urusan bisnis dan pekerjaan rumah tangga (54 persen) dan kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat (25 persen).
Pada survei tersebut, Lenita dan penulis lainnya juga memberikan solusi yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan potensi UMKM yang dikelola perempuan, baik untuk peningkatan ekonomi nasional maupun menciptakan kesetaraan gender.
Baca Juga: Pelaku Bisnis Kerajinan Ungkap Strategi Memperkaya Variasi Produk Ide Usaha
“Bagi perempuan pelaku UMKM, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membangun mitra bisnis dan aktif mengikuti kegiatan mentoring untuk menambah wawasan terkait wirausaha,” jelas Lenita.
Lenita juga mengatakan bahwa upaya tersebut tak dapat berjalan sendiri tanpa adanya kontribusi aktif dari para pelaku industri dan pemerintah selaku pembuat kebijakan publik.
“Pelaku industri dapat berkontribusi dengan meningkatkan kolaborasi UMKM milik perempuan melalui berbagai praktek, seperti program pendampingan dan pendanaan, serta kebijakan perusahaan yang adil,” jelasnya.
Sementara bagi pembuat kebijakan, kata Lenita, dapat mendorong kebijakan strategis yang fokus untuk menghadirkan akses modal, pendampingan, dan peluang yang adil bagi seluruh UMKM, tanpa memandang gender. Sebagai salah satu pemain industri di Indonesia, BCG dengan Stellar Women pun berkolaborasi untuk mendorong perjuangan pemberdayaan perempuan melalui berbagai program mentoring, kursus, dan forum online.
“Harapannya, seluruh program kerja sama kami dapat mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi para womenpreneur, mulai dari akses terhadap pembiayaan dan kesenjangan literasi digital, bias sosial, hingga hambatan peraturan sehingga dapat mendorong pertumbuhan, inovasi, dan kesetaraan gender di negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara,” tambah Lenita.