"Mereka balas dendam dengan membunuh anak-anak kami?" katanya di samping tubuh anaknya yang berlumuran darah, dengan masih mengenakan baju pelindung pers.
Turki tidak menganggap Hamas organisasi teroris
Presiden Turki Tayyip Erdogan melontarkan komentar terkuatnya sepanjang konflik Gaza.
Ia mengatakan kelompok militan Palestina Hamas bukan organisasi teroris, namun kelompok pembebasan yang ingin melindungi tanah Palestina.
"Hamas bukan organisasi teroris, melainkan kelompok pembebasan 'mujahideen' yang berperang untuk melindungi tanah dan para warganya," ujarnya.
Turki mengutuk kematian warga Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober, tapi menyerukan agar tentara Israel untuk mencoba menahan diri saat menanggapinya.
Sikap Turki, sebagai anggota NATO, berbeda dengan kebanyakan negara anggota NATO dan Uni-Eropa lainnya, yang menganggap Hamas sebagai kelompok teroris.
Australia membantu Gaza
Sementara itu, Pemerintah Australia sudah memberikan bantuan tambahan sebesar AU$15 juta untuk warga sipil di Gaza yang terkena dampak perang Hamas dan Israel, setelah sebelumnya menyumbang AU$10 juta.
Perdana Menteri Anthony Albanese mengumumkannya saat melakukan konferensi pers bersama dengan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih.
PM Albanese kembali mengecam "serangan teroris" yang dilakukan Hamas di Israel, dan menyerukan penghormatan terhadap hukum kemanusiaan internasional.
Dalam pidatonya, Presiden Biden mengatakan masa depan Israel dan Palestina mencakup solusi dua negara untuk kedua belah pihak.
Israel harus berintegrasi dengan negara-negara tetangga Arabnya, katanya.
"Israel dan Palestina sama-sama berhak hidup berdampingan dengan aman, bermartabat, dan damai,"kata Presiden Biden.
Albanese juga memanfaatkan kunjungannya untuk memuji dukungan setia Presiden Biden terhadap Israel dan menyoroti perlunya melindungi warga sipil di Gaza.