TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA Presiden Asosiasi Pilot Garuda (APG) Stefanus Rahardi membenarkan adanya intimidasi yang diterima anggotanya yang ingin bergabung dalam aksi mogok.
"Laporan yang saya terima bahwa benar ada beberapa anggota kami, mereka yang mengaku security atau apa dan itu sekitar 5 orang yang mau turun dihalang-halangi. Akhirnya dia mengatakan dia terpaksa terbang kembali," sebutnya, saat ditemui di Kantor APG, Cengkareng, Tangerang, Kamis (28/7/2011).
Malah sebaliknya, dia kaget saat melihat running teks sebuah televisi yang menyatakan pihaknya melakukan intimidasi.
"Siapa yang menintimidasi disini. Tapi faktanya yang kami terima bahwa teman-teman melaporkan demikian," tegasnya.
Dia menegaskan bahwa aksi mogok ini tidak ada unsur paksaan dan intimidasi. Mogok merupakan keputusan bebas dari anggota.
"Semua kami serahkan ke individu masing-masing. Kami akan bela anggota kami. Mogok adalah hak karyawan," urainya.
Dia juga mengatakan bahwa gedung operasi yang biasanya berada dekat dengan kantor dipindahkan menjauhi kantor APG. "Jadi mundur untuk menjauhkan kami," terangnya.
Sebelumnya, Managemen PT Garuda Indonesia menyiapkan keamanan ketat dan bekerjasama dengan kepolisian Bandara.
Ari Sapari Direktur operasi Garuda Indonesia mengatakan langkah ini diambil perseroan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan buntut aksi mogok pilot-pilot Garuda yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda (APG).
"Keamanan kita ketatkan seperti ini, Polisi kita siapkan menghindari hal yang tidak diinginkan," ujarnya, di Kantor Garuda Indonesia, Cengkareng, Tangerang, Kamis (28/7/2011).
Apalagi, menurutnya, tindakan mogok pilot sudah ditenggarai mengarah tindakan intimidasi kepada rekan pilot yang akan bertugas.
"Hanya saja mereka sudah berusaha mencegat mobil jemputan pilot. Intervensi dan intimidasi dari mereka," tegasnya.