Laporan Wartawan Tribun Timur, Hasriyani Latif
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Sungguh cita-cita mulia. Kalimat ini mungkin tidak berlebihan jika diberikan pada Marwan Karuntak.
Pasalnya, di tengah-tengah kesibukannya bergelut dengan tugas-tugas kuliah, dia masih menyempatkan diri untuk medirikan sebuah usaha.
Ingin berbagi dengan anak-anak yatim dan miskin.
Setidaknya, itulah yang menjadi alasan utama pria kelahiran Malaysia, 1 Oktober 1986 ini dalam merintis usahanya.
Tidak butuh waktu yang lama untuk berpikir.
Melihat prospeknya bagus, akhirnya usaha peternakan ayam kampung dan itik dipilihnya.
"Prospek untuk ayam kampung pedaging itu bagus. Apalagi dari segi kesehatan," katanya kepada Tribun, Jumat (6/1/2011).
Marwan, begitu sapaan pria yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Makassar (UNM) ini, melakoni usahanya sejak Januari 2011.
Dia memberi nama usahanya sesuai dengan niat awalnya membantu anak yatim dan miskin. Adalah Yatama Ternak.
Nama ini diambil dari singkatan Yatim dan Masakin yang berarti anak yatim dan miskin.
Bermodalkan Rp 2 juta dari kerja sampingannya mengajar privat Fisika dan Mengaji ditambah beasiswa dari universitas tempat dia mengenyam pendidikan, dia lantas membeli anak itik dan anak ayam kampung DOC untuk dipelihara.
Memaksimalkan lahan bantuan keluarga di kawasan Pallangga, Kabupaten Gowa, Sulsel, diapun membuat kandang untuk menampung ternaknya yang kala itu berjumlah masinng-masing 500 ekor.
Empat bulan kemudian, dia sudah berhasil memetik keuntungan dari hasil penjualan ayam dan telur itik. "Kalau ayam kampung pedaging itu sudah bisa dipanen 3-3,5 bulan.
Sementara itik yang sudah bertelur bisa terus menghasilkan hingga 3,5 tahun. Setelah tidak produktif lagi (tidak menghasilkan telur), masih bisa jadi uang karena dagingnya bisa dijual," katanya.
Untuk jualan, pria yang tercatat sebagai Finalis Mahasiswa dari Program Penghargaan Wirausaha Muda Mandiri 2011 ini, mendistribusikan ayamnya ke sejumlah rumah makan di Makassar. Sementara untuk penjualan telur, dia memanfaatkan sejumlah agen telur.
Dengan mempekerjakan seorang karyawan yang juga teman sejawatnya, kini dia bisa mengantongi omzet penjualan rata-rata Rp 11 juta sebulan.