News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tempe dan Tahu Hilang di Pasaran

Indonesia Bisa Swasembada Kedelai 2014?

Editor: Anwar Sadat Guna
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pekerja memasukkan kacang kedelai ke dalam karung untuk ditimbang di salah satu toko kacang kedelai di Jalan Terusan Pasirkoja, Kota Bandung, Selasa (24/7/2012). Penjulan kacang kedelai untuk bahan baku membuat tahu dan tempe selama sebulan terakhir di tempat ini turun hingga 30 persen. Hal tersebut dipicu naiknya harga kacang asal Amerika tersebut menjadi Rp 7.600 - Rp 7.800 per kg dari harga sebelumnya Rp 6.500 per kg.

Laporan Agus Nia

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Melejitnya harga kedelai akhir-akhir sekitar 35 persen membuat para pengrajin tempe dan tahu sepakat tidak memproduksi dan memasarkan produknya hingga tiga hari mendatang, Rabu, (27/7/2012).

Hal tersebut dilakukan untuk menanggulangi sementara harga kenaikan kedelai yang mencapai Rp 8.000 per kilogram.

Berdasarkan surat edaran Pusat Koperasi Pengrajin Tahu Tempe (PUSKOPTI) DKI Jakarta, kebutuhan kedelai Indonesia tahun 2012 berkisar 2,3 juta ton, sedangkan kedelai lokal diperkirakan berkisar 800 ton berdasarkan data dari Kementrian Pertanian.
Pada nyatanya kedelai lokal hanya berkisar 600 ton, sehingga Indonesia harus mengimpor kedelai sekitar 1,7 juta ton.

Di sisi lain negara-negara penghasil kedelai seperti Amerika, Argentina, Brasil, India, Afrika, dan lain-lain sedang mengalami cuaca ekstrim. Hal tersebut mengganggu kualitas dan kuantitas kedelai dari masing-masing negara pengimpor.

"Kekeringan sumber kedelai yang seperti itu, belum bisa disiasati karena ketahanan dalam negeri pun lemah," kata Ketua Koperasi Perajin Tempe Tahu Indonesia (KOPTI) Jakarta Selatan, Sutaryo, saat dihubungi Tribunnews, Rabu, (25/7/2012).

Sutaryo merasa belum yakin Indonesia dapat merealisasikan swasembada kedelai 2014 karena bercermin dari aksi tahun 2008 lalu.
Aksi mogok dan demontrasi para perajin tahu dan tempe di depan Istana dan DPR saat itu, ditanggapi pemerintah dengan memberikan sekedar “obat” penenang sementara tanpa ada tindakan lebih lanjut.

"Indonesia sebenarnya bisa swasembada kedelai kalau pemerintah serius dan merundingkan secara terintegrasi dengan pihak terkait," tuturnya.

Menurut Sutaryo, pemberian insentif kepada petani dalam bentuk pemberian benih dan lahan yang cocok dapat membuat HPP lokal bersaing dengan produk impor.

"Kalau di luar saja baru panen 4,5 bulan, di Indonesia bisa 3 bulan sudah panen. Jawa Timur, NTT, dan NTB cocok untuk lahan panen kedelai," kata Sutaryo menjelaskan.

Di temui di pabrik tahu, pekerja yang bertugas mengisi tahu, Suparman, (40), mengaku sudah tidak memproduksi tahu sejak Minggu, (22/7/2012).

"Kemungkinan besar kita naikin harga setelah tanggal 27 nanti, tapi masih nunggu dari pusat berapa kenaikannya. Biasanya pabrik jual Rp 130 ribu per masa (satu masa: 6 papan, umumnya dipotong dengan ukuran 12x12 tiap papannya)," kata pekerja yang telah lima tahun bekerja di Jalan Palmerah Utara, Jakarta, ditemui pada Rabu, (25/7/2012).

BACA JUGA:

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini