Richard Susilo*
TRIBUNNEWS.COM - Siapa yang tidak tahu Citibank NA dari Amerika Serikat? Rasanya hampir semua kalangan bisnis tahu bank seperti apa Citibank NA tersebut. Namun di Jepang praktis frustrasi tak banyak bergerak. Ingin buka ATM sendiri sedikitnya 500 mesin ATM di seluruh Jepang, ternyata tak terkabulkan.
Orang Jepang sulit berkata tidak. Karena itu dalam menjawab permohonan Citibank, jawabannya, "Bagaimana kalau kerjasama dengan pihak kantor pos?"
Benar, saat ini Citibank memang telah menjalin kerjasama dengan kantor pos Jepang yang sangat raksasa, ATM sampai ke pelosok desa Jepang. Pemilik account Citibank dapat ambil uang dan masukkan uang hanya lewat ATM kantor pos Jepang.
Kenyataan, tetap saja Citibank tak berhasil merebut sebanyak mungkin account warga Jepang. Mengapa? Karena kalau masukkan uang atau keluarkan uang dari ATM kantor pos, pasti dikenakan 103 yen atau sekitar Rp 10.900 (kurs Rp 106 per yen) untuk biaya administrasi. Kalau satu bulan 100 kali saja, berarti sudah rugi 10.300 yen (Rp 10, juta), uang sangat besar bagi orang Jepang. Itu sebabnya, meskipun bisa pakai ATM kantor pos, tetap saja orang Jepang enggan buka account di Citibank. Kecuali yang punya kaitan bisnis dengan Amerika.
Keengganan lain, karena tahu bank asing, kalau ada masalah takut tak bisa melakukan solusi dengan baik karena masalah bahasa. Walaupun pimpinan Citibank di Jepang orang Jepang, tetap saja warga Jepang masih enggan pakai jasa Citibank dengan alasan bank asing. Padahal Citibank memberikan suku bunga terbesar di antara bank lain di Jepang.
Ini satu bukti nyata nasionalisme finansial orang Jepang cukup kuat dipegang warganya. Bisa dikatakan, agama orang Jepang adalah duit atau uang. Segala sesuatu mengenai uang akan sangat teramat hati-hati dalam melakukan gerakan apa pun.
Di Indonesia pun, seorang Direktur Utama bank besar di Jakarta meminta pendapat saya. Bagaimana kalau kita garap warga Jepang di Jakarta.
Langsung saya tolak, "Buang-buang waktu saja dan tak akan berhasil." Itulah jawaban saya. Mengapa? Sudah ada empat bank besar Jepang di Jakarta yaitu Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ, Bank Mizuho Indonesia, SMBC (Sumitomo Mitsui Banking Corporation) Bank dan Resona Bank Indonesia. Orang Jepang pasti akan membuka account ke bank-bank tersebut. Uang yang besar-besar.
Uang yang kecil-kecil sehari-hari tentu di bank milik Indonesia. Jumlahnya bisa dihitung dengan jari, nilainya tak akan besar di bank milik Indonesia. Ini semua karena soal kepercayaan saja kepada bank nasionalnya sendiri, kepada moral yang tinggi sesama bangsanya sendiri. Kalau komplain, mudah, sesama Jepang.
Lalu bagaimana kalau kita mau memasuki bisnis finansial dengan Jepang?
Harus dilihat dulu bisnis finansial yang bagaimana? Kalau tujuan minta mereka mendanai proyek bisnis kita, Hal ini akan sangat sulit sekali. Meskipun anda merasa sangat dekat sekali dengan mereka, tapi akan sangat sulit sekali. Kecuali nilai yang kecil sekitar 100 ribu yen sampai 500 ribu yen mungkin masih pikir-pikir dan akan bantu. Tapi kalau lebih dari 500 ribu yen akan sulit bukan main. Intinya adalah kehati-hatian mereka sangat tinggi sebelum memberikan pinjaman kepada kita.
Untuk bisnis yang kecil-kecil mungkin masih bisa. Tapi kalau sudah menyangkut uang jutaan yen atau di atas 100 juta rupiah, jangan berharap berbisnis bidang finansial dengan orang Jepang.
Apa sebenarnya yang ditakutkan? citra Indonesia khususnya moral hazard dianggap sangat tinggi. Pinjam uang tak kembalikan, kira-kira begitulah yang ada di pikiran kalangan finansial Jepang.
Karena itu apabila kita berhasil memiliki bisnis finansial besar dengan pengusaha finansial Jepang, mungkin kata “lucky” dapat kita sebutkan lebih berperan daripada kata “logis”. Perhatikan, hasil kerjasama dengan finansial Jepang, misal membuat perusahaan patungan dengan finansial Jepang, atau kerjasama dengan finansial Jepang, lebih menguntungkan mana? Kalau lebih menguntungkan Indonesia, itu baru hebat dan patut diacungkan jempol. Bukan mustahil memang, tapi bisa dihitung dengan jari.
Sebagai pebisnis professional kita harus kerja keras membuktikan bahwa kita memang serius melakukan bisnis finansial secara professional, sama seperti yang dilakukan kalangan negara maju lain. Memang perlu waktu dan kesabaran, bukan? Itulah kunci keberhasilan berbisnis dengan Jepang. Satu kuci terpenting, kuasailah bahasa Jepang dan budayanya, kita bicara dengan mereka pakai bahasa Jepang, maka semua yang "asli" akan terlihat jelas ke mana arah bisnis mereka.
Apabila ada pertanyaan, saran, kritik, ide, atau hal lain, silakan email ke info@promosi.jp dengan subject: Konsultasi Bisnis Jepang
*) Penulis adalah CEO Office Promosi, Ltd., Tokyo, Japan, lebih dari 20 tahun berdomisili di Jepang.
BISNIS POPULER