TRIBUNNEWS.COM - Banyak sekali orang Indonesia yang mau ke Jepang. Selain untuk belajar, mencari pengalaman kerja, serta menimba ilmu lebih banyak lagi dari negeri Sakura, tentu juga untuk memahami bahasa Jepang serta budayanya.
Namun kita sering tidak menyadari, bahwa Heiwa no Kuni (negeri damai) tersebut banyak sekali menggunakan minyak babi, sedangkan orang Indonesia umumnya beragama Islam. Bahkan satu-satunya negara di dunia di mana McDonald menjual makanan dengan menu Po-ku Hanba-ga (Hamburger Babi), hanyalah Jepang.
Inilah yang memberatkan kaum muslim dunia tinggal di Jepang. Harus banyak memilih makanan kalau tak mau makan makanan yang diharamkan agama Islam.
Makanan adalah salah satu sumber utama kehidupan manusia. Manusia akan meninggal kalau tak makan, tapi manusia tidak akan meninggal hanya karena tidak bisa berbahasa asing. Jadi sebenarnya unsur bahasa, walaupun penting, masih kalah penting dibandingkan makanan, khususnya bagi umat Islam yang mau ke Jepang. Hal ini jelas perlu benar-benar disadari terlebih dulu dan lebih lanjut oleh orang yang mau ke Jepang.
Permintaan Perusahaan
Dalam pertemuan dengan para pimpinan perusahaan Jepang, penulis selalu mendapatkan permintaan agar mencarikan tenaga kerja Indonesia, khususnya bagi perusahaan mereka yang ada di Indonesia, terutama yang mampu berbahasa Jepang sehingga komunikasi antara staf dengan pimpinan orang Jepang dapat berlangsung dengan baik.
Satu bukti sangat nyata bahwa memang bagi yang ingin bekerja di perusahaan Jepang, apalagi di negeri Sakura, harus bisa berbahasa Jepang agar dapat meningkatkan performance-nya lebih baik. Salah satu lembaga yang dapat direkomendasikan adalah Pandan College (www.pandan.ac.id) tidak hanya mengajarkan bahasa Jepang tetapi juga budaya, pola pikir dan cara bisnis orang Jepang dengan pengajar professional. Bahkan lulusan terbaik dari sekolah itu dijamin bisa ke Jepang.
Investasi Jepang di Indonesia saat ini memang masih sedikit sekitar 400 juta dolar AS dibandingkan 20 tahun lalu yang sekitar 4 miliar dolar AS. Jumlah investasi perusahaan Indonesia di Jepang pun sangat kecil hanya sekitar 8 juta dolar AS, paling kecil di antara negara Asean lain.
Hasil survei Jetro dan lembaga lain menunjukkan bahwa kestabilan politik dan keamanan, kepastian hukum, perburuhan (sumber daya manusia yang masih lemah, banyak unjuk rasa), infrastruktur , soal pajak (restitusi pajak tidak lancar berjalan), banyak korupsi, menjadi kendala investor Jepang masuk ke Indonesia.
Tapi lebih konkrit lagi mereka melihat soal perizinan usaha baru di Indonesia yang berbelit-belit. Belum lagi peraturan daerah satu dengan lainnya sering tidak sinkron. Misalnya ada satu kabupaten di Bali mensyaratkan perusahaan asing (PMA) yang mendirikan hotel di sana minimal harus bintang dua. Tetapi di kabupaten lain, juga di Bali, mensyaratkan minimal bintang tiga.
Proses perizinan di Indonesia mencapai 86 hari (hasil survei Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia [LPEM-UI] September 2007). Sementara negara lain seperti di New Zealand hanya seminggu diurus sudah selesai. Jauh berbeda bukan?
Data dari Bank Dunia (World Bank Investment Climate Surveys 2005) menunjukkan bahwa Indonesia yang kaya dengan sumber energi dan alam ini masih kalah cepat dalam pengurusan perizinan bagi investor asing dibandingkan Moroko, Uganda, China, India dan bahkan El-Savador.
Keadaan di dalam negeri sendiri yang belum beres ini kenyataan di lapangan memang banyak dikeluhan pengusaha Jepang, “Kalau Indonesia sudah cantik berbenah diri, tak usah kampanye untuk menarik investor asing, dengan sendirinya mereka pasti datang sendiri,” papar seorang Presdir perusahaan besar Jepang kepada penulis.
Memang benar, mungkin ada baiknya kita berkaca diri dulu sebelum bertindak lebih lanjut. Jangan mau di-ninabobo-kan oleh kekayaan alam kita sendiri. Mungkin ada baiknya kita renungkan bersama menjelang peringatan 55 tahun hubungan diplomatik Indonesia - Jepang ini.
Informasi lengkap lihat: http://www.tribunnews.com/topics/tips-bisnis-jepang.
Konsultasi, kritik, saran, ide dan segalanya silakan email ke: info@promosi.jp
*) Penulis adalah CEO Office Promosi Ltd, Tokyo Japan, berdomisili dan berpengalaman lebih dari 20 tahun di Jepang