Gagal Sekolah SMA Tapi Jadi CEO Hebat
"HUH... Dasar nasib ya. Sewaktu sekolah, dia itu kan dulu bandel. Bisanya tukang cabut, membolos, dan dari prestasi tidak pernah juara. Tetapi mengapa ya, sekarang saat kerja, justru dia yang paling sukses di antara kita. Kamu masih ingat kan, kawan kita si Polan, juara umum kelas III sewaktu kita SMA? Sekarang, dia jadi loper koran di Pulo Gadung."
Demikianlah perbincangan saya dengan beberapa kawan teman sekelas saat SMA, 21 tahun silam dalam satu acara reuni kecil di Jakarta, baru baru ini. Kami berbincang sembari bertanya satu sama lain tentang kabar kawan lainnya.
Dialog menggugah bernada iri seperti di atas sering kali didapati di tengah masyarakat. Seorang siswa atau mahasiswa sekalipun, secara akademik bisa saja dia hebat, tetapi dalam bekerja tidak. Sebaliknya, dalam aktivitas di bangku pendidikan seseorang rata rata air saja, atau bahkan menengah bawah dalam hal prestasi, namun ketika berkarier, dia menjadi orang hebat, tersukses.
Pameo ini tepat ditujukan kepada Iwan Sunito, kini bos besar perusahaan properti berbasis di Australia, Crown International Holdings Grup yang didirikannya.
Kota Sydney, Australia, kini didapati banyak apartemen tinggi menjulang ke angkasa, maka itu karya anak bangsa, orang Indonesia, yakni Iwan. Sudah 16 tahun Iwan Iwan menggeluti bisnis properti, membangun hunian bertingkat layaknya hotel, yang berkantor pusat di New South Wales, Australia.
Ia lahir di Surabaya, Jawa Timur, dan dibesarkan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Masa sekolah SMA sempat dia alami Surabaya. Saat di Kalteng, Iwan hidup sederhana. Orangtuanya memang berdagang, tetapi bukan kulan besar. Bukan konglomerat. ia menunjukkan foto foto hunian masa kecilnya berupa rumah berkolong, berlantai papan yang banginannya berdiri di atas air, tepatnya sungai. Seperti kebanyakan tipikal rumah di Kalimantan.
Beranjak remaja, Iwan pindah ke Surabaya. Di Kota Pahlawan itu pula dia melanjutkan pendidikan. Berkaca pada masa kecilnya, tidak menyangka Iwan sehebat sekarang. Iwan bukan siswa berprestasi. "Saya sempat tidak naik kelas saat SMA karena malas," katanya saat berbincang dengan tim TRIBUNnews.com di Jakarta, baru baru ini.
Kemudian dia berlibur ke Bali, dan di Pulau Dewata itu mengalami kecelakaan lalu lintas. Namun kecelakaan saat liburan menjadi titik balik, mengubah arah hidupnya. "Saat tidak naik kelas, saya main ke Bali, lalu di sana tabrakan," kata Iwan kepada Kompas.com.
Di Surabaya, Iwan Sunito tidak lulus SMA. Tahun 1985, ia hijrah ke Sydney untuk menempuh pendidikan sekolah menengah. Perjalanannya menuju puncak industri properti Sydney dimulai dari pendidikan beliau di University of New South Wales di Sydney. (domu d ambarita)