Richard Susilo *)
TRIBUNNEWS.COM - Hari Minggu 20 April 2008 dan sampai saat ini pun, beberapa wanita muda dengan rok mini, mempertontonkan gratis celana dalamnya. Berkumpullah ratusan laki-laki memotretnya. Bahkan memotret dari jarak dekat pada bagian selangkangan sang wanita yang membiarkan aksi potret tersebut. Sudah menjadi hal biasa dan menjadi daya tarik orang, terutama lelaki muda, datang ke Akihabara, Tokyo.
Apakah moral anak muda Jepang sampai sejauh itu saat ini? Yang jelas toko di sekitar tontonan gratis itu menjadi ramai. Apakah toko itu yang membayarnya?
Lepas dari pertanyaan di atas, satu bukti nyata, begitu sulit bisnis di Jepang, sehingga hal-hal aneh seperti itu mulai dilakukan akhir-akhir ini. Perbincangan pun dilakukan masyarakat Jepang. Ada yang meminta polisi mengenakan denda berat atas perbuatan itu, ada yang menentangnya dan sebagainya.
Bukan hanya aksi porno itu saja dilakukan untuk (mungkin) kepentingan bisnis, tetapi pemalsuan pun tidak aneh lagi terjadi di Jepang. Itulah sebabnya tahun 2007 dijuluki tahun pemalsuan (karakter bahasa Jepang tertulis Gi dari Gizou).
Keterangan daging diganti sebagai daging dalam negeri. Padahal dicampur daging Australia. Bagi Muslim mungkin bergumam, semoga tak dicampur daging babi. Data konstruksi bangunan dan jalan raya dipalsukan, tanggal jatuh akhir (validity date) untuk makanan diperpanjang dengan label baru, dan sebagainya. Itu tiga contoh yang terjadi di Jepang saat ini.
Kesulitan bisnis di Jepang juga bertambah lagi dengan pukulan masalah property di Amerika Serikat (AS). Dikenal dengan masalah subprime loan AS. Tapi masalah hutang macet di bidang property itu belum apa-apa apabila dibandingkan kenaikan harga, terutama harga beras.
“Kenaikan harga kebutuhan bahan pokok seperti beras di Asia Tenggara saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini justru lebih bahaya daripada masalah subprime loan di Amerika Serikat yang berdampak ke Jepang pula,” papar Haruhiko Kuroda, yang kini Gubernur Bank Sentral Jepang, tanggal 18 April 2008.
Di Jepang saat ini kenaikan harga terjadi dan membuat prihatin banyak anggota masyarakatnya. Termasuk harga makanan dan kebutuhan sehari-hari meningkat karena harga bensin naik. Kenaikan harga-harga kebutuhan sehari-hari termasuk beras itulah yang menjadi batu sandungan pertumbuhan ekonomi saat ini di Jepang dan Asia, tekan Kuroda.
Kesulitan ekonomi di Jepang masih dipukul lagi dengan perpolitikan Jepang yang masih kurang sehat sampai dengan saat ini. Walaupun mungkin ada yang mengatakan mulai merangkat naik dan baik.
Dukungan masyarakat terhadap partai koalisi LDP (Partai Liberal Demokratik) di bawah kepemimpinan Shinzo Abe memang kuat dengan dukungan masyarakat sekitar 70 persen. Angka yang sangat kuat dalam sejarah politik Jepang. Maka tak heran muncul istilah Abenomics untuk perekonomian yang dikontrol Abe saat ini.
Meskipun demikian masyarakat Jepang umumnya masih sangat hati-hati untuk menilai saat ini karena dianggap penampilan Abe untuk mempersiapkan pemilu majelis tinggi bulan depan (Mei 2013) agar bisa menang pula telak terhadap partai oposisi Demokrat (DPJ) yang masih menguasai kursi majelis tinggi saat ini.
Masalah dalam negeri Jepang yang belum berketentuan jelas saat ini masih terjadi, sebagai dampak dari ledakan masalah korupsi uang pensiunan orang tua Jepang yang terungkap luas pada tahun 2007, sehingga banyak anggota masyarakat Jepang saat ini masih merasa sangat prihatin dengan masa depannya yang dianggap semakin tidak jelas.
Generasi muda mulai meningkatkan tabungannya, mengakibatkan misalnya, kebiasaan minum bir berkurang, sehingga penjualan (sales) bir di Jepang berkurang cukup banyak.